tag:blogger.com,1999:blog-3297619916505632232024-03-18T13:03:53.125+07:00Cerita Ngentot DewasaCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.comBlogger24125tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-9527039080211353732010-11-11T11:35:00.001+07:002010-11-11T11:52:55.934+07:00Adik Kelasku<h2>Adik Kelasku</h2><br /><br />Aku duduk di kelas 3 SMU saat ini. Namaku Nia, lengkapnya Lavenia, aku sangat terkenal di sekolah, teman-teman kagum akan<br /><br />kecantikanku, apalagi cowok-cowok, yang sering mengusilli aku dengan menggoda, aku sih cuek saja, soalnya aku juga senang<br /><br />sih. Aku punya sebuah "geng" di sekolah, Manda dan Lea adalah teman-teman dekatku. Kemanapun aku pergi mereka seperti<br /><br />biasanya selalu ada.<br /><br />Tahun ajaran baru kali ini sudah tiba, banyak adik-adik kelas baru yang baru masuk kelas 1. Sherry Andhina, nama gadis itu,<br /><br />ia baru duduk di kelas 1, tetapi ia sudah terkenal di sekolah ini. Bahkan ia bisa menyaingiku. Memang dia cantik, lebih<br /><br />cantik dari aku, kulitnya putih bersih terawat, dengan wajah agak kebule-bulean dan rambut sebahu, tubuhnya juga bagus,<br /><br />sintal, dan sexy. Baru 2 bulan bersekolah, nama Sherry sering jadi bahan pembicaraan cowok-cowok kelas 3 di kantin, ada yang<br /><br />naksir berat, bahkan kadang-kadang mereka suka berbagi fantasi seks mereka tentang Shery. Sherry tidak seperti aku, ia gadis<br /><br />pendiam yang nggak banyak tingkah. Mungkin itu yang membuat kaum cowok tergila-gila padanya.<br /><br />Semakin hari Sherry semakin terkenal, keegoisanku muncul ketika kini aku bukan lagi jadi bahan pembicaraan cowok-cowok.<br /><br />Kekesalanku pun memuncak kepada Sherry, akhirnya aku, Manda dan Lea merencanakan sesuatu, sesuatu untuk Sherry. Seperti aku,<br /><br />Sherry juga anggota cheerleaders sekolah, siang itu aku menjalankan rencanaku, aku bohongi Sherry untuk tidak langsung pulang<br /><br />sekolah nantinya, karena akan ada latihan cheers yang mendadak, ia menolak, namun dengan segala upaya aku membujuknya sampai<br /><br />ia mau.<br /><br />Sore itu, sekolah sudah sepi, tersisa aku, Manda, Lea, Sherry dan 4 orang penjaga sekolah. Aku pun mulai menjalankan rencana<br /><br />ku.<br />"Kak, sampai kapan Sherry mesti nunggu disini?"<br />"Udah tunggu aja, sebentar lagi!!"<br />Sherry mulai kelihatan cemas, ia mulai curiga terhadapku.<br />"Sudah beres Non" Tejo si penjaga sekolah melapor padaku.<br />"Oke" jawabku.<br /><br />Rencana ini sudah kusiapkan dengan matang, sampai aku membayar 4 penjaga sekolah untuk mau bekerja sama denganku, bukan hal<br /><br />yang berat bagiku, aku anak orang kaya.<br />"Ya udah, ikut gue sekarang!!" perintahku untuk Sherry.<br />Dengan ragu-ragu, Sherry mengikuti aku, Lea dan Manda. Kubawa ia ke ruang olahraga sekolah, tempat dimana kita biasa latihan<br /><br />cheerleaders.<br /><br />Sherry menangis karena bentakan dari aku, Manda dan Lea, ia terlihat ketakutan, tetapi kami terus menekannya secara<br /><br />psikologis, sampai ia menagis.<br />"Sherry salah apa Kak?" ia menangis terisak-isak.<br />"Lo baru masuk sekolah 2 bulan aja udah banyak lagak, lo mau nyaingin kita-kita yang senior? hormatin dong!!" bentakku<br />"Nggak kok Kak, Sherry nggak begitu"<br />"Nggak apaan? Nggak usah ngebantah deh, Lo mau nyaingin kita-kita kan?!" Lea menambahkan bentakanku.<br /><br />Setelah puas membentak-bentak Sherry, aku memberi tanda kepada Manda. Tak lama kemudian 4 penjaga sekolah yang sudah kuajak<br /><br />bekerjasama itu masuk ke ruang olahraga, mereka adalah Tejo, Andre, Lodi dan Seto. Dari tadi mereka sudah kusuruh menuggu di<br /><br />luar. Sherry saat itu terkejut dan sangat ketakutan.<br />"He.. he.. he.. ini dia Non Sherry yang ngetop itu" Seto berujar sambil tersenyum menyeringai.<br />"Cantik banget, sexy lagi.." tambah tejo.<br />Sherry gemetaran ia terlihat sangat takut.<br />"Sikat aja tuh!!" perintahku pada 4 pria itu.<br />"Oke, sip bos!! He.. he.. he.." Tejo menyeringai.<br /><br />Manda yang dari tadi diam mulai menyiapkan sebuah kamera handycam yang memang bagian dari rencanaku. Seto mencengkram tangan<br /><br />kanan Sherry, sementara Lodi mencengkram tangan kirinya. Tubuh Sherry mereka seret ke atas sebuah meja sekolah. Sherry<br /><br />terlihat sangat ketakutan ia pun menangis sambil menjerit-jerit minta tolong.<br />"Gue duluan ya" Tejo mendekati Sherry.<br /><br />Aku hanya tersenyum melihat keadaan Sherry sekarang, aku puas melihat ia ketakutan.<br />"Mau apa Pak? Tolong saya, ampun Pak?" Sherry memohon ampun.<br />Tapi Tejo sudah tidak perduli lagi dengan permohonan Sherry, ia sudah dibakar oleh nafsu. Perlahan Tejo mendaratkan tangannya<br /><br />menyentuh payudara Sherry, Sherry menjerit ketakutan. Tanpa menghiraukan teriakan Sherry, Tejo meremas-remas payudara Sherry<br /><br />perlahan-lahan.<br />"Yang kenceng Jo!!" perintahku.<br />Tejo mengeraskan cengkramannya di buah dada Sherry. Sherry berteriak, ia nampak kesakitan, dan aku pun sangat menikmati<br /><br />ekspresi wajah Sherry saat itu. Dipenuhi nafsu yang membara, Tejo membuka seragam SMU sherry kancing demi kancing sampai<br /><br />payudara Sherry yang tertutup BH terlihat.<br /><br />"Gila!! Seksi banget nih toket, putih banget!!" sahut Tejo sambil tertawa gembira.<br />Perlahan Tejo menyentuh kulit payudara Sherry, Sherry pun terlihat gemetaran.<br />"Tolong jangan Pak!!" sahut Sherry memelas.<br />Seluruh orang di ruangan ini sudah tidak sabar lagi menyuruh Tejo menanggalkan penutup payudara Sherry itu. Tejo pun akhirnya<br /><br />melepas BH yang menutupi keindahan payudara Sherry itu. Aku tergelak menahan ludah, payudara Sherry indah sekali, mulus,<br /><br />bersih dengan puting yang merah muda merekah, seksi sekali pikirku.<br />"Abisin aja Pak!!" Lea meminta Tejo dengan wajah cemburu, ia sepertinya iri pada keindahan payudara Sherry.<br />"Ok Sherry sayang, tenang aja ya? Nggak sakit kok, dijamin nikmat deh.." Tejo berseloroh, ia terlihat bernafsu sekali seperti<br /><br />halnya Lodi dan Seto yang masih memegangi tangan Sherry supaya ia tidak melawan, sementara Andre berdiri dibelakangku sambil<br /><br />memperhatikan dengan nafsunya.<br />"Jangan Pak!! ampun Kak!! tolong Sherry.." Sherry memohon dengan wajah pasrah, namun aku tidak perduli.<br /><br />Sama sepertiku, Tejo juga tidak perduli dengan permintaan Sherry. Tejo mulai memainkan tangannya di payudara Sherry, ia mulai<br /><br />meremas perlahan-lahan sambil sesekali mengelus dan menekan-nekan puting payudara Sherry dengan jarinya. Lodi dan Seto tidak<br /><br />ketinggalan, mereka menikmati mulusnya kulit lengan Sherry dengan mengelusnya dan terkadang mencium dan menjilatinya, aku pun<br /><br />mulai merasa panas.<br />"Ah.. cukup Pak.. ampun Kak.." Sherry mulai mendesah.<br />Tejo kian bernafsu, ia memutar-mutar jarinya di sekitar puting payudara Sherry, akupun bisa membayangkan apa yang dirasakan<br /><br />Sherry ketika bagian sensitifnya dirangsang, ia pasti merasa kenikmatan.<br /><br />Melihat suasana yang panas itu, Andre akhirnya turun tangan, pria hitam bertubuh gendut itu maju mendekati Sherry. Andre dan<br /><br />Tejo saling berbagi payudara Sherry, kiri dan kanan, dengan nafsu mereka mulai memainkan lidah mereka menyapu kulit payudara<br /><br />Sherry dan menjalar dengan liar di sekitar puting payudara Sherry, kadang mereka melakukan hisapan dan gigitan kecil di<br /><br />puting payudara Sherry. Sherry mendesah sambil ketakutan, terlihat ia baru pertama kali diperlakukan seperti itu. Manda pun<br /><br />beraksi merekam seluruh kejadian yang menimpa payudara Sherry dengan seksama melalui handy cam-nya.<br /><br />Tejo menurunkan ciuman dan jilatannya ke perut Sherry yang juga indah dan mulus, aku cukup terkejut melihat pusar Sherry yang<br /><br />ditindik itu, terlihat seksi. Setelah puas mencium dan menjilati daerah pusar Shery. Tejo berhenti dan menyuruh Andre yang<br /><br />sedang menikmati puting payudara Sherry berhenti. Tejo lalu mulai menyingkap rok sekolah Sherry, sambil mengelus paha Sherry.<br /><br />Ia memainkan jarinya menelusuri halusnya paha Sherry yang mulus dan putih itu. Tangan Tejo perlahan naik menyentuh<br /><br />selangkangan Sherry yang ditutup celana dalam pink itu.<br />"Jangan Pak!! Ampun!!" Sherry memohon pada Tejo. Andre pun ikut mendekat ke Tejo.<br />"Wah, Celana dalam Non Sherry lucu sekali.." ejek Andre.<br /><br />Tejo yang sudah sangat nafsu perlahan membuka celana dalam Sherry. Tak berapa lama kemudian, Celana dalam itu sudah terlepas<br /><br />dari tempatnya.<br />"Wow Non Sherry!! Vaginanya indah banget!!" Tejo tampak bersemangat.<br />Vagina Sherry memang terlihat terawat, daerah selangkangannya putih, bersih, dan Sherry sepertinya tidak suka dengan<br /><br />rambut-rambut yang tumbuh di sekitar vaginanya, ia membiarkan vaginanya tertampang mulus tanpa rambut kemaluan. Perlahan<br /><br />tangan Tejo dan Andre menjelajahi paha, dan sekitar selangkangan Sherry. Sherry hanya bisa menggeliat kesana kemari<br /><br />menghadapi rangsangan itu.<br /><br />Tak lama kemudian tangan Tejo dan Andre, tiba di bagian vital Sherry. Dengan nafsu membara, Andre membuka bibir vagina<br /><br />Sherry, sementara Tejo memasukkan jarinya kedalam liang vagina Sherry. Perlahan jari tangan Tejo menyolok-nyolok vagina<br /><br />Sherry, dan makin lama gerakannya makin cepat. Tubuh Sherry nampak menegang, sambil mendongakkan wajahnya, Sherry mendesah<br /><br />perlahan.<br />Tejo dengan pandai memainkan kecepatan jarinya menyolok-nyolok vagina Sherry, sementara aku dan teman-temanku memperhatikan<br /><br />kejadian itu. Setelah hampir 2 menit jari Tejo menembus liang vagina Sherry, dari bibir vagina Sherry kulihat cairan<br /><br />kewanitaan yang keluar, rupanya Sherry terangsang.<br />"Wah Non, terangsang nih? Enak ya? Mau lebih cepat?"<br />"Jangan Pak, tolong!!" Sherry memohon.<br />Tejo tidak mempedulikan permohonan Sherry, Jarinya keluar masuk vagina Sherry dengan cepat.<br />"Ahh.. stop Pak!! Tolong..!" Sherry kelihatan sangat terangsang, namun ia berusaha melawan.<br />"Ahh..!" Sherry vaginiak pelan, sepertinya ia hampir mencapai orgasme sambil menahan kesakitan di lubang vaginanya.<br /><br />"Payah lo!! Baru segitu aja udah mau orgasme.. cuih.. " aku meledek Sherry, aku membayangkan jika aku dalam posisi Sherry,<br /><br />pasti aku akan lebih lama lagi orgasme.<br />"Dasar perek amatir, baru gitu aja udah mau orgasme!!" Lea ikut mengejek.<br />Tejo menghentikan jarinya yang menyolok-nyolok vagina Sherry, nampaknya ia belum mau Sherry mencapai puncaknya. Namun aku<br /><br />sudah tak sabar, dendam di dadaku terus membara ingin mempermalukan Sherry. Kutarik jari Tejo keluar dari vagina Sherry, lalu<br /><br />kudorong tubuhnya menjauhi Sherry.<br />"Lho Non.. saya belum puas nih.." Tejo terlihat bingung.<br />"Sabar dulu!! Nanti lo dapat giliran lagi!!" bentakku pada Tejo.<br /><br />Saat kulihat Sherry dihadapanku, nafsu dan amarahku membara. Aku tak tahan lagi, kujongkokkan tubuhku hingga wajahku tepat<br /><br />menghadap vagina Sherry. Tertampang jelas keindahan vagina Sherry di mataku, bibir vaginanya yang memerah karena gesekan jari<br /><br />Tejo dan cairan yang membasahi sekitar selangkangannya membuat aku menahan ludah. Perlahan kudekatkan wajahku ke vagina<br /><br />Sherry, dan kucium harum vagina Sherry, Ia terlihat sangat merawat daerah vitalnya ini. Dengan penuh nafsu dan dendam,<br /><br />perlahan kubasuh vaginanya dengan lidahku.<br /><br />Semua yang ada disitu spontan terkejut, dan Sherry terlihat sangat kaget.<br />"Waduuh.. Non Nia ternyata juga mau ngerasain vagina Non Sherry ya?" Andre berseloroh meledek.<br />"Bilang dong Non dari tadi, kalo gini saya malah jadi tambah horni nih.." Tejo menimpali.<br />Aku tak perduli dengan ledekan Tejo dan Andre, yang kupikirkan hanya satu, aku ingin membuat Sherry malu di tanganku.<br /><br />"Aaah.. Kak.. mau apa Kak? Jangan Kak.." Sherry mulai merasa terangsang lagi, perlahan kurasa otot selangkangannya menegang.<br /><br />Kubasuh vagina Sherry dengan jilatan lidahku, dan kujalari daerah selangkangannya dengan ciuman dan jilatan erotis.<br /><br />Kutelusuri bibir vagina Sherry dengan lidahku, sambil kubuka liang vaginanya dengan jariku supaya lidahku dengan leluasa<br /><br />menjalar di daerah sensitifnya.<br /><br />Tak berapa lama kutemukan klitoris Sherry, perlahan kujilat dan kuberi dia hisapan-hisapan kecil dari mulutku. Semua<br /><br />laki-laki yang ada diruangan ini kurasa sangat beruntung menyaksikan dua bunga sekolah ini terlibat aktivitas seksual.<br />"Ahh.. ah.. ah.." Sherry tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya bisa berteriak kecil merasakan rangsangan di klitorisnya.<br /><br />Perlahan tubuh Sherry menggelinjang kesana kemari, keringatnya makin deras membasahi tubuh dan seragam sekolahnya. Sampai<br /><br />akhirnya kurasakan vagina Sherry memuncratkan cairan-cairan kewanitaan yang menggairahkan membasahi mulutku, tanpa kusadari<br /><br />akupun terangsang dan menghirup cairan kewanitaan Sherry dalam-dalam.<br /><br />Hampir 5 menit kunikmati vagina Sherry, daerah selangkangannya sudah sangat basah, sama seperti tubuhnya yang dibanjiri<br /><br />keringat. Sherry hanya bisa mendesah pasrah sambil menikmati rangsanganku. Tak berapa lama, kurasa otot vaginanya menegang,<br /><br />Sherry agak terhentak, lalu kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pundakku, ia hampir mencapai puncak. Saat itu pula<br /><br />kuhentikan jilatanku, lalu menarik nafas istirahat. Sherry terkulai lemas, tubuhnya tergeletak tak berdaya diatas meja sambil<br /><br />perlahan mencoba mengumpulkan nafas. Tejo, Seto, Lodi dan Andre hanya bisa terpaku menatap aku dan Sherry, sementara Lea dan<br /><br />Manda terlihat puas melihat "siksaan"ku terhadap Sherry. Aku berdiri setelah istirahat sejenak.<br />"Gilaa!! Non Nia hebat!! Saya jadi horni banget nih lihat cewek lesbian kayak gitu" Seto angkat bicara.<br /><br />Kutatap Sherry yang terkulai lemas dengan pandangan nafsu dan dendam.<br />Kulebarkan kedua kaki Sherry sampai ia mengangkang. Kutarik pinggulnya sampai sisi meja. Kali ini akan aku buat ia orgasme.<br /><br />Kutanggalkan rok sekolahku lalu kulepas celana dalamku. Semua pria yang ada disitu tergelak menahan ludah, menanti kejadian<br /><br />selanjutnya. Kubuka seragam sekolahku karena udara sudah sangat panas, sambil kutanggalkan BH-ku, begitu juga dengan Sherry,<br /><br />kubuat ia telanjang bulat.<br /><br />Posisi kaki Sherry yang mengangkang membuat vaginanya melebar, membuka bibir vaginanya, dan itu membuatku terangsang.<br /><br />Kuangkat kaki kiriku keatas meja, lalu kudekatkan selangkanganku ke selangkangan Sherry. Posisi tubuhku dan Sherry Seperti<br /><br />dua gunting yang berhimpitan pada pangkalnya. Dengan nafsu yang membara kugesekkan vaginaku dengan vagina Sherry yang masih<br /><br />terkulai lemas itu.<br />"Hmm.. aah.. cukup Kak.. aah.." Sherry mendesah memohon padaku.<br />Tanpa perduli pada Sherry, aku yang sudah dibakar nafsu terus melaju. Sementara Pria-pria yang ada disana mulai mengeluarkan<br /><br />kemaluan mereka kemudian melakukan onani sambil menyaksikan aku dan Sherry. Semakin lama semakin kupercepat gesekkan<br /><br />vaginaku, sambil kulihat wajah Sherry yang cantik itu dengan nafas memburu, membuatku kian terangsang. Tubuhku dan Sherry<br /><br />bergerak seirama, kurasakan keringat mengucur dari tubuhku, serta vaginaku kian basah oleh cairan kewanitaanku yang bercampur<br /><br />dengan cairan kewanitaan Sherry. Selama hampir 5 menit kupacu tubuh Sherry, dan tiap detik pun kurasakan kenikmatan dan rasa<br /><br />dendam yang terbayar.<br /><br />Di tengah deru nafasku yang saling memacu dengan nafas Sherry, tiba-tiba kumerasa sesosok tubuh besar memelukku dari<br /><br />belakang. Ternyata itu Andre, pria hitam bertubuh gendut itu sudah telanjang bulat dan memeluk tubuhku sambil memainkan<br /><br />jemarinya di puting payudaraku.<br />"Saya juga ikutan ya Non Nia? Habis Non Nia bener-bener hot sih" permintaan Andre kuturuti tanpa menjawab, sebab jarinya yang<br /><br />memilin puting payudaraku semakin membuat aku berenang dalam lautan kenikmatan.<br /><br />Kulirik Sherry yang menarik nafas terengah-engah dan kulihat tubuhnya mulai menggelinjang merasakan kenikmatan. Kupercepat<br /><br />gerakanku, sambil mencoba untuk mengatur nafas, tiba-tiba sebuah benda kurasa menyentuh pantatku lalu menelusup diantara<br /><br />belahannya. Aku mendengar Andre melenguh, ternyata benda itu adalah penisnya yang menegang dan berusaha meyodok lubang<br /><br />anusku.<br />"Non Nia, saya nggak tahan lagi nih.." permintaan Andre kupenuhi, kubiarkan penisnya masuk ke lubang anusku.<br /><br />Dengan sedikit hentakan, penis Andre menerobos masuk anusku. Kurasakan benda itu berukuran besar, memenuhi lubang anusku.<br />"Aaah.. lobang Non Nia masih rapet banget nih.." Andre mencoba menekan pinggulnya untuk memasukkan seluruh batang penisnya.<br /><br />Sambil terus kupacu tubuh Sherry, Andre juga mulai memompa penisnya di lubang anusku. Tak berhenti, Andre menjelajahi bagian<br /><br />atas tubuhku dengan tangannya.<br /><br />Kejadian ini berlangsung hampir 7 menit sebelum, Sherry berteriak kencang memperoleh puncak kenikmatannya. Tak berapa lama<br /><br />kemudian giliranku dan Andre yang mencapai orgasme bersamaan, ditandai semburan spermanya di lubang anusku. Aku sangat lelah,<br /><br />tubuhku basah oleh keringat, namun aku sangat puas, puas karena dendamku terbayar dan puas atas kenikmatan yang kuperoleh<br /><br />tadi. Kubiarkan Sherry beristirahat selama kurang lebih 5 menit, sampai akhirnya "penyiksaan" ini dimulai lagi.<br /><br />Aku duduk menjauh dari Sherry, kali ini kuputuskan menjadi penonton saja. Tongkat komando kini dipegang Lea, ia kini yang<br /><br />memerintah semua yang ada disitu. Tejo, Lodi dan Seto mendekati tubuh Sherry yang tergeletak tak berdaya. Lea memberi tanda<br /><br />pada Seto yang dijawab dengan anggukan kepalanya. Seto memegang pinggul Sherry yang lemas itu kemudian memutar tubuhnya.<br /><br />Posisi Sherry kini telungkup dengan memperlihatkan bulatan pantatnya yang padat berisi.<br />"Nah, Non Sherry siap-siap ya!" Seto berujar sambil mengangkat pinggul Sherry sampai ia dalam posisi menungging. Sherry cuma<br /><br />bisa menunggu siksaan apa lagi yang akan diterimanya dengan pasrah. Meski tubuh Sherry tampak lemas, ia masih saja<br /><br />menggairahkan. Seketika saja Sherry mendesah pelan, Seto dengan nafsunya meremas bongkahan pantat Sherry sambil mengelusnya.<br />"Hajar aja!!" perintah Lea.<br /><br />Setelah mendengar perintah Lea, Seto yang sudah menunggu dari tadi langsung melesakkan penisnya yang menegang itu ke lubang<br /><br />vagina Sherry. Wajah Sherry terlihat terkejut sambil menahan sakit. Ukuran penis Seto yang besar memaksa masuk ke lubang<br /><br />vagina Sherry yang rapat itu. Sherry berteriak tiap kali Seto mendorong penisnya masuk.<br />"Vagina Non Sherry rapet banget nih, aahh.." Seto berkata sambil mendorong penisnya lagi memasuki vagina Sherry.<br /><br />Setelah seluruh penis Seto masuk dalam lubang vagina Sherry, seto berhenti sejenak, ia membiarkan Sherry mengambil nafas<br /><br />sejenak. Namun Seto tidak membiarkan Sherry berlama-lama, perlahan-lahan ia mulai memompa penisnya didalam vagina Sherry.<br /><br />Gerakan Seto makin cepat, deru nafas Sherry dan Seto terdengar keras dibarengi gerakan mereka yang seirama. Sambil terus<br /><br />memompa penisnya, Seto memainkan tangannya menjelajahi pantat dan pinggul Sherry yang basah oleh keringat. Sekali lagi Lea<br /><br />memberi tanda, Seto mempercepat lagi gerakannya, membuat tubuh Sherry bergerak kian liar. Tejo maju menghampiri Sherry, ia<br /><br />berdiri di depan wajahnya. Tejo mengangkat tubuh Sherry sampai ia dalam posisi merangkak.<br /><br />"Aaah.. cukup Pak.. ah.." Sherry memohon pada Tejo.<br />Dengan senyum mengejek Tejo memaksa Sherry membuka mulutnya. Dengan nafsu yang membara ia memaksa penisnya masuk ke bibir<br /><br />mungil Sherry.<br />"Ayo isep penis saya Non!! isep!!" Paksa Tejo.<br />Karena ketakutan, Sherry dengan pasrah menerima batangan penis Tejo menembus bibirnya. Besarnya penis Tejo nampak memenuhi<br /><br />seluruh mulut Sherry. Tak bisa kubayangkan betapa puasnya Tejo, ketika gadis SMU secantik Sherry kini sedang mengulum<br /><br />penisnya.<br /><br />Dari jauh kulihat Sherry menangis, airmata jatuh ke pipinya, ia merasa terhina dan jijik. Dendamku benar-benar terbalas,<br /><br />Sherry benar-benar menderita. Dibalik semua itu aku juga merasa kasihan padanya. Tejo mulai memompa penisnya, melakukan<br /><br />gerakan maju mundur dihadapan wajah Sherry. Kini mulut dan vagina Sherry telah dipompa dua batang penis. Keringat membasahi<br /><br />seluruh tubuhnya, membuat tubuh Sherry terlihat berkilau seksi. Hanya Lodi saja yang belum menikmati Sherry, kini ia naik<br /><br />keatas meja, lalu memposisikan dirinya diatas punggung Sherry seolah-olah ia sedang menaiki kuda. Lodi meletakkan penisnya<br /><br />diatas punggung Sherry, sambil kemudian ia gesekkan. Tangan lodi menjelajah kedua payudara Sherry yang tergantung.<br /><br />Tiga orang itu sekaligus menikmati tubuh Sherry, tak bisa kubayangkan perasaan Sherry saat ini. Vagina, mulut, punggung,<br /><br />payudara, hampir seluruh bagian tubuhnya dirangsang. Kulihat Seto berejakulasi di dalam liang vagina Sherry, sperma yang<br /><br />melimpah keluar dari penis Seto mengalir keluar melalui liang vagina Sherry, seketika itu juga Sherry bergumam sembari<br /><br />menaikkan pinggulnya, ia berorgasme. Setelah Seto puas membasahi vagina Sherry dengan spermanya, giliran Lea menggantikan<br /><br />posisi Seto. Dengan liar, Lea menjilati vagina Sherry yang masih basah oleh sperma Seto.<br /><br />Selang berapa menit kemudian Tejo berejakulasi, ia berteriak kencang memanggil nama Sherry sembari memuncratkan spermanya di<br /><br />wajah Sherry, kulihat Sherry menerima semburan sperma itu di sekitar bibir dan pipinya, bahkan ia menelannya, mungkin Sherry<br /><br />sudah pasrah dan memilih untuk menikmati kejadian ini.<br /><br />Setelah Tejo, giliran Lodi berejakulasi diatas punggung Sherry. Sperma lodi nampak membasahi kulit punggung Sherry yang putih<br /><br />mulus. Andre yang dari tadi diam, bergerak menggantikan Lea yang kini merubah posisi Sherry menjadi terlentang, lalu<br /><br />memegangi tangan Sherry keatas.<br />Penis Andre yang ekstra besar itu menembus vagina Sherry, dan dengan liar memompa tubuh Sherry. Sherry yang sudah sangat<br /><br />lelah hanya mendesah pelan sambil menikmati. Hampir 10 menit Andre memompa penisnya didalam vagina Sherry sampai akhirnya<br /><br />gerakan Andre dipercepat, Sherry berteriak, pinggulnya naik, tubuhnya nampak bergetar, ia kembali berorgasme. Tidak lama<br /><br />kemudian Andre berejakulasi di luar vagina Sherry, ia membiarkan spermanya jatuh membasahi selangkangan Sherry.<br /><br />Suasana sunyi hanya terdengar desah nafas Sherry yang mencoba mengatur kembali nafasnya. Tubuhnya basah oleh keringat,<br /><br />selangkangannya dipenuhi sperma, Sherry hanya tergeletak diatas meja itu. Kubayar uang yang kujanjikan pada Tejo, Andre, Seto<br /><br />dan Lodi. Mereka lalu pergi meninggalkan ruangan ini dengan senyum puas.<br /><br />"Nah, sekarang kapok kan lo?" bentak Lea kepada Sherry.<br />"Makanya jangan macam-macam, kalo lo bilang-bilang kejadian ini sama siapapun, rekaman video tentang lo bakal gue sebar<br /><br />luas!! Terus lo bisa jadi bintang porno terbaru dan terkenal, he.. he.. he.. " ancamku pada Sherry.<br />"Sekarang lo bilang!! Gimana rasanya tadi?! Ayo jawab!!" bentak Lea.<br />"Kok diem aja?! Ayo jawab tolol!!" bentakku.<br />"Enak Kak.." jawab Sherry ketakutan.<br />"Enak?! lo seneng dientot?!" bentak Lea lagi.<br />"Iya Kak.. enak sekali.. nikmat.." Sherry menjawab.<br />"Lo mau lagi?!" Manda yang dari tadi diam kini bicara.<br />"Ma..mau Kak.." jawab Sherry.<br />Aku, Lea dan Manda saling berpandangan sambil tersenyum. Ya, akhirnya Sherry kini menjadi bagian gengku, geng gila seks yang<br /><br />suka sekali mencari kenikmatan, haus akan hal-hal berbau seks. Dan si cantik Sherry, adik kelasku menjadi bagian yang tak<br /><br />terpisahkan dalam petulangan seks ku selanjutnya.<br /><br />E N DCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-8466290854338746522010-11-11T11:25:00.000+07:002010-11-11T11:34:38.418+07:00Barter Ngentot Dengan Tetanggaku<h2>Barter Ngentot Dengan Tetanggaku</h2><br />Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.<br /><br />Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.<br /><br />Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.<br /><br />Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.<br /><br />"Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!"<br />"Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian." katanya menyebut isteriku.<br />Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.<br /><br />"Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?" kata isteriku ketika kuajak.<br />Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.<br /><br />Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.<br /><br />Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.<br />"Mas.., sekarang Mas..!" pinta isteriku memelas.<br />Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.<br /><br />Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, "Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?"<br />Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.<br /><br />Sorenya Agus datang ke rumahku, "Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?" tanyanya setelah kami berbasa-basi.<br />"Maksudmu apa Gus..?" tanyaku heran.<br />"Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya."<br />Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.<br />Agus langsung menambahkan, "Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas." katanya tanpa malu-malu.<br /><br />"Begini saja Mas," tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, "Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?"<br />"Acara apa Gus..?" tanyaku penasaran.<br />"Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?"<br />"Pesta apaan..? Gila kamu."<br />"Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?"<br /><br />Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.<br /><br />Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.<br /><br />Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.<br /><br />Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.<br />"Kegilaan apa lagi ini..?" batinku.<br />Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.<br /><br />Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.<br /><br />Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.<br /><br />"Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!" erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.<br />Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.<br /><br />Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.<br />"Sshh.., akh..!" Rini menggelinjang nikmat.<br />Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.<br /><br />Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.<br /><br />Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.<br /><br />Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.<br /><br />Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.<br />Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, "Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!"<br />Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.<br /><br />Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.<br /><br />Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.<br /><br />Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.<br /><br />Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.<br /><br />Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.<br /><br />Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.<br /><br />Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.<br /><br />Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.<br /><br />Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..<br /><br />TAMATCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-2729104984828765742010-11-11T11:19:00.001+07:002010-11-11T11:25:27.669+07:00Ngentotin Asistenku<h2>Ngentotin Asistenku</h2><br />Ceritanya begini. Sewaktu itu saya pulang kerja pada jam lima sore, saya lihat dia sedang menunggu hujan agak mereda pada hari itu, kita mengobrol karena dia dan aku searah. Saya ditawari untuk ikut serta dengan mobilnya. Di mobil kami bercerita tentang segala macam. Saya merasa ingin sekali bercerita terus. Singkat cerita mobil yang membawa kami telah tiba di sebuah perempatan di mana saya harus turun, tetapi di luar masih hujan, dia memaksa untuk dapat mengantarkan saya sampai rumah karena jaraknya agak dekat. Tiba di rumah saya menawarkannya untuk masuk, dia akhirnya mau dengan keperluan untuk meminjam kamar kecil yang kemudian saya mengetahuinya digunakan untuk mengganti panty shield.<br /><br />Singkat cerita, mungkin setelah tertarik kami saling bertatap-tatapan di depan kamar mandi setelah dia selesai dari kamar mandi, aku langsung menerjang bibirnya. Kuhisap mulut dan bibirnya yang lembut, tercium aroma tubuhnya white musk, tanganku bergerak merangkulnya dia memegang bahu dan otot bisep dan trisepku. Rupanya dia juga tertarik dengan tubuhku yang atletis, karena rambutnya sebatas leher, kusibakkan rambutnya ke belakang sehingga bisa kulihat belakang kupingnya dan tengkuknya. Lalu kutarik perlahan hisapan mulutku pada bibirnya, dia menampar lalu kucium leher pada bagian bawah lehernya. Rupanya dia sungguh menikmatinya. Perlahan jari-jemarinya membuka kancing bajuku lalu tangannya masuk di sela-sela dan mengelus dadaku, terasa jantung dan darahku mendesir, sementara keadaan di luar rumah hujan dan dingin.<br /><br />Tangan kananku mencoba mencari ritsluiting roknya di bagian belakang roknya. Setelah kutemukan, kuturunkan perlahan, tangan kirinya kemudian memegang tanganku sebagai tanda tak setuju. Tetapi karena itu kupindahkan lagi bibirku untuk kembali mencium dalam-dalam bibirnya yang tipis itu. Nafas menderu dan berdesah, sementara semakin rapat saja payudaranya menekan dadaku. Kali ini berhasil kuturunkan ritsluiting roknya, kemudian ia melangkahi keluar dari lingkaran roknya yang telah turun ke lantai.<br /><br />Lama juga aku mencium gadis ini, mungkin ada hampir 3 sampai 10 menit kemudian aku menatap matanya. Tak ada keraguan dari dirinya, kemudian kuangkat dan kugendong dia ke kamar, sampai di kamar kutaruh dia perlahan ke tempat tidur. Sementara kuturunkan celana panjangku. Kupeluk dia, kucium rambutnya sementara kubuka baju kemudian kaus dalamnya, kulihat kulitnya putih sekali. Kemudian ia mengisyaratkan aku untuk menggunakan kondom, tetapi aku tidak punya, kemudian ia menepuk pipiku dan menarik pipiku sampai mulutku monyong. "Gue nggak mau resiko, dasar anak nakal", kemudian dia keluar kamar sambil hanya mengenakan pakaian dalam. Kemudian dia kembali sudah membawa beberapa kondom yang salah satunya sudah dia buka dengan cara digigit di depanku. Kemudian dia duduk di pahaku, sementara aku sudah telentang.<br /><br />Dia mengamati bentuk penisku yang agak kentara, karena sudah agak mengeras di dalam celana dalam. Dia memainkan kuku telunjuknya mengikuti bentuknya dan mengelusnya perlahan. Sementara aku menarik CD-ku agak turun. Sehingga kini tegaklah penisku dengan perkasa dan ia tertawa melihatnya. Dia memegang batang penisku dengan tangan kirinya dan mengelus-elusnya perlahan. Aliran darah menuju penisku semakin bertambah tegangnya, sehingga terlihat urat-urat di sekitar batangnya. Lalu tanganku ditariknya untuk memegang penisku sementara dia memasangi kondom itu dengan kedua tangannya. Maklum penisku diameternya hampir sama dengan botol Aqua Rp 1000-an, namun panjangnya hampir sama dengan botol Aqua yang Rp 1500-an. Akhirnya usaha untuk memasukkan kondom itu berhasil lalu dia bergerak maju dan agak berdiri setengah jongkok. Kemudian aku mengarahkan kepala penisku yang terselaputi itu ke arah lubang vaginanya. Dia tidak membuka celana dalamnya, dia hanya menyampingkan sedikit bagian bawah celananya, tetapi dia menarik panty shield-nya dan membuangnya ke lantai. Dia turun sedikit sehingga kepala penisku terbenam pada bagian kemaluannya. Agaknya dia berteriak tertahan dan berdesis, "Sshh.. ahkk", sepertinya memang agak rapat otot-otot kewanitaannya.<br /><br />Dia bangun lalu menyuruhku untuk melakukan petting kembali. Tangannya menarik tanganku untuk meremas-remas payudaranya yang memang agak kecil dan bila ia tiduran tambah tidak terlihat tetapi tetap saja membuatku bertambah nafsu melihat ekspresi wajahnya. Sementara kudekatkan wajahku untuk mencium bibir dan lehernya. Tangan kiriku bergerak turun ke balik celana dalamnya yang berwarna putih. Kuikuti alur garis bibir kemaluannya turun kemudian ke atas agak menyelip masuk sedikit ke dalam, kemudian naik ke atas agak di atas liang kenikmatannya. Kucari benjolan kecil yang kemudian dapat kusentuh-sentuh dan kugerak-gerakkan, seiring itu dia bergerak-gerak tanpa sengaja dia menggigit bibirku, aku menarik wajahku dengan reflek. Tanganku yang tadinya kugunakan untuk meraba payudaranya, kugunakan untuk menarik bibirku agar terlihat dengan mataku, "Sorry nggak sengaja", katanya.<br /><br />Langsung saja kutarik celana dalamnya turun sampai ke betis, lalu kulihat bagaimana kemaluannya masih ditumbuhi bulu yang tidak terlalu lebat, halus namun merata. Lalu warna merah jambu bibir kemaluannya dengan bagian pantat yang tidak gemuk ia terlihat seperti anak-anak. Langsung saja kutindih tubuhnya namun kujaga agar ia tidak langsung kaget menerima beban tubuhku. Kepala penisku kuarahkan ke arah bagian kemaluannya, tetapi aku kembali menciumi bibirnya dengan bibirku yang agak berdarah. Agak asin kurasakan kini, waktu itu penisku tidak masuk melainkan kegesek di luar saja kemudian kuangkat pantatku dan kulebarkan pahanya.<br /><br />Sementara tangan kananku meraih bantal dan kuletakkan dibawah pinggang Desy, (oh ya namanya Desy) sehingga agak terangkat. Kemudian kuarahkan masuk kepala penisku sedikit demi sedikit kurasakan hangatnya "di kedalaman". "Aakh.. shh.." aku atau dia yang berdesis, aku sudah tidak ingat. Tak sampai penuh masuk, kutarik lagi penisku dan kulebarkan kembali pahanya dan kumasukkan kembali penisku dengan agak memaksa. "Oouch", ujarnya. Kutarik ke atas pantatku kemudian kubenamkan kembali penisku setelah beberapa kali terulang kutarik agak keluar dan kemudian kudesak sangat dalam sampai pangkal atau buah zakarku tertekan pada lubang duburnya.<br /><br />Selama kejadian itu berlangsung tangan dia memelukku dengan erat namun seakan melemah ketika pinggangku kuangkat naik. Saling tarik nafas terjadi bagai sebuah kancah berebut oksigen sehingga beberapa menit kemudian desakan dari dalam tak bisa kutahan dan kulepaskan saja semuanya. Nafasku terengah-engah, putus-putus, tak lama kemudian aku merasakan rasa tolakan serta desakan yang kuat dari dalam vagina Desy. Keringat dingin terasa di tubuhku dan kejang-kejang serta ekspresi lain yang tak kuingat dan kulihat karena aku merem menyertai pada diri desy. "Ooohh.. shh", kemudian dia memelukku erat walaupun terasa desakan dari dalam kuat tetap saja tak mampu mengeluarkan penisku, malah jadinya kutekan sekuatku ke dalam. Lalu tak terasa aku tertidur lemas sampai akhirnya ia menggeserku agar pindah dari atas tubuhnya. Penisku terangkat dan bersandar di pahanya. Kuberikan isyarat untuk mencopot kondomnya, ia kemudian melakukannya. Kupegang penisku dan kugerak-gerakkan, "Berani nggak?" kutanya. Begitu penis itu dipegangnya ia baru terkena di bibirnya dan terjilat sekali, dia kemudian muntah di lantai. "Pusing ah.." iya memang karena seharian kerja aku juga sempat kunang-kunang, setelah mencapai klimaks setelah <span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Ngentotin Asistenku</span>.<br /><br />TamatCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-23061538099249098462010-11-04T13:05:00.000+07:002010-11-04T13:11:47.462+07:00Asmara Cewek Beijing<h2 style="font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0);">Asmara Cewek Beijing</h2><br />Saat itu adalah hari ke 2 saya berada di Beijing dan saya sudah mengetahui tempat makan, tempat jalan dan saya sudah mencoba naik bis di kota Beijing. Saya sempat tergiur melihat cewek-cewek Beijing yang berlalu lalang di dalam sekolah tempat saya belajar bahasa Mandarin. Seandainya bahasa Mandarin saya sudah bagus, tentunya saya bisa berkenalan dengan mereka. Saat itu saya belum mengenal siapa-siapa selain agen perjalanan yang mengatur di mana saya tinggal dan di mana saya akan mendapatkan pendidikan bahasa Mandarin. Karena tidak ada kerjaan, saya berjalan-jalan di aula sekolah tersebut dan saya melihat sepucuk kertas kecil berisikan nama dan nomor telepon yang menempel di sebuah papan pengumuman. Kertas itu bertuliskan dalam bahasa Inggris sehingga saya dapat membacanya dengan jelas. Pemilik kertas itu bernama Zhang Jing Jing atau Crystal (ini adalah nama asli dia, tetapi tidak usah diedit supaya lebih asyik dan menarik).<br /><br />Setelah hari berganti senja, saya memberanikan mencoba menelpon Zhang Jing Jing atau Crystal. Dengan bermodalkan bahasa mandarin saya yang pas-pasan dan bahasa Inggris, saya mengutarakan maksud saya untuk belajar bahasa Mandarin dan saya akan membayar dia untuk menjadi guru private saya. Dia menawarkan diri untuk mengajar saya bahasa mandarin dengan biaya 10 RMB (Rp 8,000) per 1 jam. Setelah saya setuju dengan harga, dia menawarkan supaya saya datang ke rumah dia keesokan harinya karena kebetulan dia tidak ada kelas dan saya juga belum mulai sekolahnya.<br /><br />Tibalah saat waktu les dengan Crystal, saya mandi, makan dan merapikan diri. Setelah semuanya selesai, saya membawa buku tulis dan buku cetak beserta alat tulis ke tempat Crystal. Untuk menemukan tempat crystal karena saya masih baru sekali di Beijing, saya bertanya letak tempat dia kepada orang-orang sekitar dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Mandarin jika mereka tidak mengerti bahasa Inggris. Akhirnya setelah berapa lama, saya dapat menemukannya. Setibanya di depan pintu kamar Zhang Jing Jing, saya mengetuk pintu kamar dia dan tak lama, seorang gadis bermata sipit yang memiliki tubuh yang bahenol dan berambut panjang membukakan pintu. Wajahnya cantik sekali karena terlihat tidak ada noda atau jerawat di wajahnya. Dengan gugup, saya memperkenalkan diri dengan bahasa Mandarin yang belepotan karena bahasa Inggris dia juga tidak terlalu bagus walaupun saya mengerti maksud dia kalau dia bicara bahasa Inggris.<br /><br />Akhirnya masuklah saya ke dalam kamarnya yang sangat kecil itu. Saya sempat terperanjat ketika saya masuk dan melihat dia sedang asyik menonton sebuah VCD Cina porno. Terlihat di layar televisinya sepasang laki-laki dan cewek chinese yang sedang asyik berpelukan tanpa busana. Sempat terlintas di pikiran saya bahwa guru privat les saya ini sedang "horny". Setelah Crystal melihat saya memperhatikan layar televisi, dia buru-buru mematikan pesawat televisi dan mengajak saya duduk di ranjang sambil menanyakan apa yang saya ingin pelajari.<br /><br />Setelah itu, saya mencoba bicara kepada dia. "Wo Yao Wen Ni (aku mau tanya nih)", tetapi karena saya melafalkan dengan nada yang salah, dia tersenyum kepada saya sambil mengecup bibir saya dengan bibirnya. Saya kaget bercampur senang dan menanyakan kenapa. Dia menjelaskan bahwa saya barusan ngomong kalau saya mau cium dia, makanya dia suka saja karena dia bilang saya tampan seperti bekas pacarnya yang sudah meninggal karena kecelakaan di pesawat terbang.<br /><br />Melihat gelagatnya yang menguntungkan buat saya, saya membalas ciuman bibirnya sambil tangan saya mengelus-elus payudara dia yang ternyata sudah mengeras dan mungkin saja akibat pengaruh VCD yang dia tonton di TV. Sambil terus memainkan tangan saya di dada Crystal, saya mengulum bibirnya dan saya sempat surprise karena dia mahir sekali memainkan lidahnya.<br /><br />Beberapa menit kemudian, dia melepaskan ciumannya dan dia memberitahu arti kata "ciuman" di dalam bahasa Mandarin. Dia juga mengenalkan bagian tubuhnya dan tubuh saya dalam bahasa Mandarin. Saya hanya mengangguk sambil berusaha bertanya pada Crystal dengan menggunakan bahasa Mandarin. Setelah itu, saya menyuruhnya untuk berbaring dan saya mendekatkan mulut ke dalam vaginanya dan sebelum saya mencium vaginanya, saya menyuruh dia untuk ngomong kotor dalam bahasa Mandarin seandainya dia merasa nikmat walaupun saya cuma tahu sedikit kata kata kotor dalam bahasa Mandarin.<br /><br />Kemudian, saya mencium klitorisnya dan memainkan lidah saya di klitoris cewek Beijing ini. Crystal merintih-rintih dengan penuh kenikmatan dan dia mulai mendesah-desah dan mengeluarkan bahasa "dewa"nya dan saya tahu bahwa dia sedang berbicara kotor karena merasakan kenikmatan yang maha dahsyat ini. "Slurpp", lidah saya terus merajalela menjelajahi lubang kenikmatan Crystal dan 15 menit kemudian, kepala saya dijepit dengan kuat oleh Crystal sehingga saya menjadi susah bernafas dan pada saat yang bersamaan, dia berteriak dan mengeluarkan bahasa Mandarin yang artinya, "Gue klimakss.., sayy.." dan tubuh dia bergetar secara hebat.<br /><br />Saya tidak puas dengan permainan ini walaupun saya tahu dia sudah puas, saya mulai mengeluarkan "burung" saya dari dalam CD dan saya mulai memasukkan penis saya di dalam vaginanya tanpa memberitahukan dia yang masih menikmati momen-momen kenikmatan itu. Saat saat memasukkan penis ke dalam vaginanya, dia kaget dan berteriak lirih dalam bahasa Mandarin yang artinya, "Joee.., sakitt..", tapi aku diam saja dan terus memasukkan penis saya sampai kira-kira menyentuh rahimnya. Setelah sampai di ujung liang kenikmatannya, saya mencium bibirnya dan dia membalas ciuman saya dengan panas dan agresif dan tangan saya bermain-main dengan liarnya di payudaranya.<br /><br />"Hmm.., Ahh.., inii pertama kali saya main dengan orang Indonesia", katanya dalam bahasa Mandarin yang kadang-kadang bercampur dengan bahasa Inggris. Saya memainkan penis saya di dalam liang surgawinya, cukup lama sekitar 1 jam, tapi saya tahu bahwa dia sudah mencapai puncak surgawi sekitar 4 kali. Tetapi saya belum merasa puas (terus terang saya termasuk Hiperseks apalagi ini adalah kesempatan pertama kali bisa merasakan liang surgawi seorang gadis cina asli), saya meminta dia untuk membelakangi saya dan saya mulai memasukkan penis saya ke anusnya.<br /><br />Tiba-tiba dia berteriak dengan penuh sensasi dan berkata, "Joe.., kamu adalah pria terhebat.., bahkan eks saya tidak bisa memuaskan saya begini banyak.., arghh.., ohh..", sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang membuat saya menjadi semakin nikmat.<br /><br />Setelah beberapa lama, saya merasa tidak kuat lagi menahan kenikmatan ini dan saya mengeluarkan "senjata" saya dari anusnya dan menyuruh dia untuk menghisap penis saya. Saya sungguh kaget karena dia menyambut tawaran saya dengan senang hati dan saya tiduran sementara penis saya dihisap oleh Crystal dengan nafsunya. Dia menghisap hisap penis saya seperti anak kecil yang sedang mengemut permen loli atau ice cream. Makin lama dia menghisap, makin cepat hisapan dia yang membuat saya merasakan sensasi yang luar biasa dan di suatu waktu, saya mempercepat gerakan saya sehingga Crystal juga mempercepat hisapannya dan, "Arghh.., guee keluarr.., crystall", teriak saya dalam bahasa Mandarin dan di saat saya sedang bergetar hebat, saya bisa melihat sperma saya sedang memenuhi mulut Crystal dan setelah dia melepaskan penis saya dari mulutnya, saya melihat dia menelan sperma saya semuanya dan perasaan saya sungguh puas sekali dengan perlakuannya.<br /><br />Akhirnya saya tidak jadi les privat karena sudah terlalu lama bercinta dengannya. Saya kecapaian dan tertidur sambil memeluk dia di atas dada saya. Sekali-kali saya mencium kening dan mulutnya dan dia membalasnya dengan mesra dan dia hanya berkata "Xie Xie.., Ni Hen Li Hai (Terima kasih, kamu hebat sekali)".<br /><br />Sesudah kejadian ini, saya dan Crystal menjadi sangat akrab seperti orang pacaran walaupun kami tidak pacaran dan hubungan ini terputus karena dia akan pindah sekolah ke Guang Zhou untuk menemani nenek dan adiknya. Sewaktu dia akan pergi meninggalkan Beijing, saya menemani dia ke Airport dan kami berciuman dengan mesranya sebelum dia masuk ke pesawat untuk terbang ke Guang Zhow. Wo Zhen De Hen Xiang Ta (Aku benar benar merindukan dia.., terutama liang surganya yang asyik)<br /><br />TAMATCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-49024653815930716322010-11-04T12:57:00.002+07:002010-11-04T13:03:57.202+07:00Ngocok Bareng<h2 style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Nikmatnya Ngocok Bareng</h2><br />Aku seorang pria berusia 40 tahun, wiraswastawan, dan bukan seorang petualang sex yang mencari cari hubungan sex dimana mana. Kejadian yang aku alami kira kira dua tahun yang lalu ini adalah suatu kebetulan belaka, meskipun harus kuakui bahwa aku sangat menikmatinya dan kadang berharap dapat mengulanginya lagi.<br /><br />Pekerjaanku membuatku banyak bertemu dengan ibu-ibu rumah tangga ditempat kediaman mereka. Beberapa langganan lama kadang menemuiku dengan masih berpakaian tidur ataupun daster. Pakaian tersebut kadang cukup minim dan tipis dan sering memperlihatkan tubuh si pemakai yang sering tanpa BH, maklum mereka kadang kadang belum mandi dan merias diri karena aku menemui mereka pagi pagi untuk mengejar waktu.<br /><br />Salah satu pelangganku setiaku, sebut saja Bu Linda, seorang Ibu rumah tangga berusia 40 tahunan, memintaku untuk datang ke tempatnya di suatu kompleks apartemen di bilangan Jakarta Barat. Seperti biasa aku datang pagi pagi pada hari yang dijanjikan. Bu Linda adalah pelanggan lamaku dan hubungan kami sudah cukup akrab, lebih sebagai teman dan bukan hubungan bisnis semata. Hari itu Bu Linda menemuiku dengan memakai daster longgar berdada agak rendah, panjangnya setengah paha, jadi cukup pendek.<br /><br />Beliau adalah seorang wanita yang cukup cantik, berkulit putih bersih (Chinese), langsing dengan pinggul lebar, pantat yang menonjol dan dada yang sedang sedang saja. Wanita yang menarik dan sangat ramah. Tapi ini bukanlah yang pertama kalinya ia menemuiku dalam pakaian seperti itu, bahkan pernah dengan pakaian tidur yang sangat tipis dan sexy, entah sengaja atau tidak, yang jelas, selama ini beliau tidak pernah menunjukkan tingkah laku yang mengundang ataupun berbicara hal hal yang menjurus. Dan akupun tidak pernah mencoba untuk melakukan tindakan yang mengarah kesitu, maklum, bukan gayaku, meskipun harus kuakui bahwa aku sering ingin juga melakukannya.<br /><br />Seperti biasa kami duduk disofa berhadap hadapan dan membicarakan bisnis. Setelah urusan bisnis selesai kami bercakap cakap seperti layaknya antar teman, tapi kali ini pandanganku sering tertuju kearah pahanya. Karena dia duduk dengan menyilangkan kaki maka hampir seluruh pahanya terpampang dengan jelas di hadapanku, begitu putih dan mulus. Bahkan kadang kadang sekilas terlihat celana dalamnya yang berwarna biru muda pada saat ia mengganti posisi kakinya. Dan yang lebih menggoda lagi, aku dapat melihat buah dadanya yang tidak terbungkus BH kalau beliau menunduk, meskipun tidak seluruhnya namun kadang aku dapat melihat pentilnya yang berwarna coklat tua.<br /><br />Sejak 4 hari aku tidak melakukan hubungan sex karena istriku sedang haid, padahal biasanya kami melakukannya hampir setiap hari. Karena itu aku berada dalam keadaan tegangan yang cukup tinggi. Pemandangan menggoda dihadapanku membuat aku agak gelisah. Gelisah karena kepingin, pasti, tapi gelisah terutama karena kontolku yang mulai ngaceng agak terjepit dan sakit. Disamping itu aku tidak ingin Bu Linda memperhatikan keadaanku. Hal ini membuat aku jadi salah tingkah, terutama karena kontolku sekarang sudah ngaceng penuh dan sakit karena terjepit. Aku ingin memohon diri, tapi bagaimana bangun dengan kontol yang ngaceng, pasti kelihatan. Sungguh situasi yang tidak mengenakkan. Bangun salah, dudukpun salah.<br /><br />Tiba tiba Bu Linda berkata, "Pak Yan (kependekan dari Yanto, namaku), kontolnya ngaceng ya?"<br /><br />Aku seperti disambar petir. Bu Linda yang selama ini sangat ramah dan sopan menanyakan apakah kontolku ngaceng, membuatku benar benar tergagap dan menjawab, "E.. iya nih Bu, tahu kenapa."<br /><br />Bu Linda tersenyum sambil berkata, "Baru lihat paha saya sudah ngaceng, apa lagi kalau saya kasih lihat memek saya, bisa muncrat tuh kontol. Ngomong ngomong kontolnya engga kejepit tuh Pak?"<br /><br />Kali ini aku sudah siap, atau sudah nekat, entahlah, yang jelas aku segera berdiri dan membetulkan posisi kontolku yang dari tadi agak tertekuk dan berkata, "Mau dong Bu lihat memeknya, entar saya kasih lihat kontol saya dah."<br /><br />Bu Linda pun berdiri dan mengulurkan tangannya kearah kontolku, memegangnya dari luar celana dan meremas remas kontolku, lalu berkata, "Bener nih, tapi lihat aja ya, engga boleh pegang."<br /><br />Kemudian beliau melangkah mundur selangkah, membuka dasternya dan kemudian celana dalamnya dan berdiri dalam keadaan telanjang bulat dua langkah dihadapanku. Kemudian ia duduk kembali kali ini dengan mengangkangkan kakinya lebar lebar sambil berkata, "Ayo buka celananya Pak, saya ingin lihat kontol Bapak."<br /><br />Sambil membuka pakaianku aku memperhatikan tubuh Bu Linda. Teteknya berukuran sedang, 36 B, putih dan membulat kencang, pentilnya coklat tua dan agak panjang, mungkin sering dihisap, maklum anaknya dua, lalu selangkangannya, bersih tanpa selembar bulupun, total dicukur botak, sungguh kesukaanku karena aku kurang suka memek yang berbulu banyak, lebih suka yang botak. Lalu bibir memeknya juga cukup panjang berwarna coklat muda, membuka perlahan lahan memperlihatkan lubang memek yang tampak merah muda dan berkilatan, agaknya sudah sedikit basah.<br /><br />Yang paling mengagumkan adalah itilnya yang begitu besar, hampir sebesar Ibu jariku, kepala itilnya tampak merah muda menyembul separuh dari kulit yang menutupinya, seperti kontol kecil yang tidak disunat, luar biasa, belum pernah aku melihat itil sebesar itu. Tangan Bu Linda mengusap usap bagian luar memeknya perlahan lahan, kemudian telunjuknya masuk perlahan lahan kedalam lubang memek yang sudah merekah indah dan perlahan lahan keluar masuk seperti kontol yang keluar masuk memek. Sementara tangan yang satu lagi memegang itilnya diantara telunjuk dan ibu jari dan memilin milin itilnya dengan cepat.<br /><br />Akupun tidak mau kalah dan mengusap usap kepala kontolku yang 14 cm, kemudian menggenggam batangnya dan mulai mengocok sambil terus memperhatikan Bu Linda. Bu Linda mulai mendesah desah dan memeknyapun mulai menimbulkan suara berdecak decak karena basah, tampak air memek yang berwarna putih susu mengalir sedikit membasahi selangkangannya. Kami onani sambil saling memperhatikan. Sungguh tidak pernah kusangka bahwa onani bareng bareng seorang wanita rasanya begitu nikmat.<br /><br />Saat hampir nyemprot, aku menahan kocokanku dan menghampiri Bu Linda yang terus menusuk nusuk memeknya dengan cepat. Aku berjongkok dihadapannya dan lidahkupun mulai menjilati memeknya. Bu Linda mencabut jarinya dan membiarkan aku menjilati memeknya, tangannya meremas remas kedua teteknya dengan keras. Aku menjulurkan lidahku kedalam lubang memek yang menganga lebar dan menusuk nusukkan lidahku seperti ngentot, Bu Linda mulai mengerang dan tak lama beliau menarik kepalaku kearah selangkangannya membuat ku sulit bernapas karena hidungku tertutup memek, kemudian terasalah memeknya berkedut kedut dan bertambah basah.<br /><br />Rupanya Bu Linda sudah memperoleh orgasme pertamanya. Tapi aku tidak puas dengan hanya menjilati lubang memeknya, sasaranku berikutnya adalah si itil besar. Mula mula kujilat jilat kepala itil yang menyembul dari kulit itu, lalu kumasukkan seluruh itilnya kemulutku dan mulailah aku menyedot nyedot sang itil. Belum pernah aku begitu merasakan itil di dalam mulut dengan begitu jelas, dalam hatiku berpikir, "Begini rupanya ngisep 'kontol kecil'".<br /><br />Maklum itilnya benar benar seperti kontol kecil. Bu Linda mengerang erang dan menggoyang goyangkan pinggulnya kekiri kekana sehingga aku terpaksa menahan pinggulnya dengan tanganku supaya sang itil tidak lepas dari hisapanku. Tidak lama beliau mengeluarkan lenguhan yang keras dan memeknya pun kembali berdenyut denyut dengan keras, kali ini dengan disertai cairan putih susu yang agak banyak. Rupanya orgasme kedua telah tiba. Aku melepaskan itilnya dari mulutku dan mulai menjilati cairan memeknya sampai bersih. Sungguh nikmat rasanya.<br /><br />Bu Linda tergolek dengan lemasnya seperti balon yang kurang angin. Akupun berdiri dan mulai mengocok ngocok lagi kontolku yang sudah begitu keras dan tegang. Mata Bu Linda mengikuti setiap gerakan tanganku mempermainkan kontolku. Saat aku hampir mencapai orgasme, kudekatkan kontolku ke mukanya dan Bu Linda segera membuka mulutnya dan menghisap kontolku dengan lembutnya. Aku sungguh tidak sanggup lagi bertahan karena hisapannya yang begitu nikmat, maka akupun menyemprotkan air maniku di mulutnya. Rasanya belum pernah aku menyemprot senikmat itu dan kontolku seolah olah tidak mau berhenti menyemprot. Begitu banyak semprotanku, tapi tidak tampak setetespun air mani yang keluar dari mulut Bu Linda, semuanya ditelan habis.<br /><br />Sejak itu kami selalu onani bareng kalau bertemu, dan percaya atau tidak, aku belum pernah memasukkan kontolku kedalam memeknya. Kami sudah sangat puas dengan ngocok bersama sama. Sayangnya beliau sekeluarga pindah keluar negri sehingga aku sekarang kehilangan temen ngocok bareng. Tapi kenangan itu tetap ada di hatiku.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-65370025979404833922010-11-04T12:50:00.002+07:002010-11-04T12:57:05.358+07:00Banana Split<h2><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Banana Split</span></h2><br />Aku seorang cewek berumur 17 tahun dan masih kelas ii SLTA. Diantara teman-teman, aku mungkin paling pemalu. Aku sering naksir cowok tapi aku takut untuk memulai hubungan. Di dalam kamar, aku sering membayang-bayangkan wajah cowok yang kutaksir, membayangkan bagaimana kalau bercinta dengannya, berhubungan seks dengannya, sehingga hal ini sering membuatku sangat terangsang. Akhirnya aku sering beronani dengan mengusap-usap <i>vagina</i>ku yang mungil.<br /><br />Pada awalnya sih aku hanya senang mengusap-usap clitorisku sambil melihatnya lewat cermin yang kuletakkan sedemikian rupa sehingga aku bisa memandangi <i>vagina</i>ku lewat kaca itu. Mungkin karena keseringanku beronani dengan cara mengusap-usap bagian luar <i>vagina</i> dan clitoris lama-kelamaan aku kurang puas jika hanya meraba clitoris, tanganku mulai merambah daerah di bawah clitoris, meraba-raba bibir <i>vagina</i>ku yang mungil kemerahan dan ternyata rasanya lebih nikmat meskipun geli sekali. Kadang-kadang bibir itu aku buka dengan tangan kiri dan jari tangan kananku masukkan pelan-pelan ke dalam lubangnya, pada awalnya sih terasa sakit tapi lama-kelamaan nikmat sekali, aku putar-putar jariku dalam lubang sambil sesekali aku memasukkan dalam-dalam berusaha meraih tonjolan yang berada di ujung lubang <i>vagina</i> dan rasanya selangit deh rasa-rasanya aku ingin memasukkan jari ini dan menggerakkan keluar masuk secara cepat, terpikir olehku bagaimana rasanya kalau yang ada di dalamnya adalah sebuah penis yang bergerak keluar masuk. Tak terbayang bagaimana rasanya. Tapi aku belum berani melakukan hubungan seks dengan lelaki aku takut kalau hamil dan aku juga belum punya pacar.<br /><br />Karena keenakan hampir setiap hari aku beronani terkadang aku berpikir, aku hyperseks tapi biarin deh yang penting nikmat. Karena seringnya beronani maka pada saat di kamar terkadang aku sengaja tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan kaos dan rok atau hanya mengenakan daster sehingga aku bebas meraba <i>vagina</i>ku. Sewaktu mengganggur sendirian di kamar aku sering memandangi <i>vagina</i>ku lewat kaca cermin sambil membersihkannya dari cairan-cairan atau merapikan rambut-rambut kemaluanku yang mulai panjang, bahkan aku menyediakan waktu khusus untuk merawat <i>vagina</i>ku.<br /><br />Suatu saat aku bangun pagi-pagi sekali dengan kondisi sangat bernafsu, memang nafsuku sangat tinggi pada hari-hari menjelang haidku datang atau pada beberapa hari setelah haid, padahal sebelum tidur aku telah beronani, pagi itu aku bingung mau bagaimana antara ingin memuaskan diriku sendirian atau berhubungan seks karena malam itu aku mimpi berhubungan seks dengan seseorang. Kemudian aku keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi ingin pipis dulu, saat lewat di ruang makan aku melihat pisang yang ada di atas meja makan sisa tadi malam. Tanpa pikir panjang aku mengambil pisang itu satu dan aku bawa masuk ke kamar. aku langsung rebahan di atas tempat tidur dan memulai beraksi. Aku meraba-raba <i>vagina</i>ku, sebentar saja <i>vagina</i>ku sudah sangat basah, dan aku melepas daster yang kukenakan sehingga aku langsung telanjang bulat karena aku hanya mengenakan daster. Pada saat itu aku tidak bisa menceritakan bagaimana rasanya nafsuku benar-benar tinggi. Jari-jariku dengan liar merambah seluruh bagian <i>vagina</i>ku, bahkan sampai clitorisnya aku pencet-pencet hingga nikmatnya luar biasa. Kalau biasanya hanya satu jari yang kumasukkan ke liang <i>vagina</i> maka sekarang dua jari aku masukkan bersamaan dan rasanya memang nikmat sekali sampai sampai seluruh badanku tergetar keenakan.<br /><br />Kemudian kuambil pisang yang tadi aku ambil dari meja makan. Aku kupas dan kemudian kumasukkan ke dalam <i>vagina</i> sambil membayangkan bahwa itu sebuah penis, saat mulai masuk nikmat sekali kemudian setelah separuh lebih masuk dan dibiarkan di sana dalu sambil menikmati bagaimana rasanya. Kemudian pisang itu kugerakkan keluar masuk secara pelahan, rasanya nikmat sekali dan pisang itu aku gerakkan terus keluar masuk dengan tangan kanan sementara tangan kiriku mengusap-usap clitorisku yang menonjol kemerah-merahan. Sambil terus menggerakkan pisang itu aku berpikir kenapa tidak dari dulu kugunakan benda ini kalau rasanya sangat nikmat begini, beberapa saat kemudian terasa olehku seperti ingin pipis yang tertahan dan nikmat yang luar biasa itu tandanya aku segera akan orgasme dan benda itu aku gerakkan dalam-dalam, ya ampun nikmatnya dan akupun orgasme dengan pisang yang sepertiga masuk ke dalam <i>vagina</i>, aku sangat menikmati orgasme ini dan aku biarkan pisang itu ada di sana dan tanganku pelan-pelan meraba-raba kedua payudaraku yang tidak pernah terjamah saat aku onani karena aku lebih tertarik pada <i>vagina</i>ku, kuusap-usap putingku pelahan sambil menikmati kenikmatan yang tiada taranya ini.<br /><br />Setelah puas kutarik pisang itu pelan-pelan tapi pisang itu patah separuh dan yang separuhnya masih ada di dalam <i>vagina</i>ku, setengah panik aku berusaha mengeluarkan separuh bagian pisang itu dengan tangan tapi tak berhasil malah pisang itu makin masuk ke dalam. Aku sangat bingung harus bagaimana, padahal hari ini aku juga harus ujian sekolah, aku langsung masuk ke kamar mandi dan dengan selang air aku berusaha menyemprot <i>vagina</i>ku dengan air biar pisang itu keluar, tapi tak berhasil juga malah bibir-bibir <i>vagina</i>ku menciut karena kedinginan, mau bilang pada Mama aku malu setengah mati. Akhirnya kuputuskan untuk ke rumah sakit setelah ujian nanti dan akupun bergegas berangkat ke sekolah. Setelah selesai berpakaian dan dandan, aku mencoba berjalan tapi ya ampun terasa ada sesuatu yang menganjal di dalam <i>vagina</i>ku, maka cara berjalankupun lucu aku tidak bisa berjalan dengan langkah biasa karena ada pisang dalam <i>vagina</i>ku.<br /><br />Sesampai di sekolah aku takut kalau teman-temanku tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam <i>vagina</i>ku, pelan-pelan aku jalan dengan langkah yang aneh. Sesampainya di depan kelas banyak teman yang memperhatikan langkahku bahkan ada yang bertanya kenapa Rien kok langkahnya kayak robot? aku diam saja sambil tersenyum kecut. "lecet ya kakinya?". Untung dia menebak dulu dan tinggal aku iyakan. Saat dudukpun aku bingung soalnya saat dipakai duduk pisang sialan ini sangat terasa kalau mengganjal dan aku juga khawatir bagaimana kalau nanti pisang ini keluar dan terjatuh saat aku sedang berjalan malu kan?<br /><br />Akhirnya aku mengerjakan ujian dengan tidak konsen dan segera ingin pulang. Saat pulang karena sangat tidak enak saat dipakai berjalan aku naik becak, hatiku ragu-ragu untuk ke rumah sakit, Bagaimana nanti aku bilang pada dokter atau perawat? duh malunya! Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja. Sesampai di rumah aku lepas semua pakaianku, aku coba lagi mengeluarkan pisang itu tapi ternyata sulit sekali akhirnya karena kelelahan aku tertidur dengan kondisi telanjang dan kaki yang mengangkang karena posisi itulah yang paling nikmat.<br /><br />Sore hari, aku terbangun dan berusaha lagi mengeluarkannya setelah makan siang yang terlambat. Aku berdiri dengan setengah berjongkok sehingga <i>vagina</i>ku terbuka lebar dan jari tangan kananku mencoba mengeluarkannya sementara tangan kiriku berpegangan pada tempat tidur biar tidak jatuh. Tapi sia-sia saja usaha ini karena jari-jariku sulit menjangkaunya, akhirnya karena setengah putus asa aku gunakan sebuah sumpit mie ayam untuk mencoba mengeluarkannya. Dengan posisi yang sama pelan-pelan kumasukkan sumpit itu pelahan dan setelah terasa sampai di pisang aku songkel pelan-pelan pisang itu karena terasa agak sakit. Pelan-pelan terasa olehku kalau pisang itu akan keluar kemudian tangan kiri aku gunakan untuk membuka bibir <i>vagina</i>ku biar pisang itu mudah keluar. Dan akhirnya.., telepok.., pisang itu keluar dan terjatuh di antara kedua kakiku, lega sekali rasanya. Ketika aku melihat pisang yang sudah jatuh itu aku agak geli juga benda itu bentuknya sudah tak karuan dan baunya juga sudah tercampur dengan bau <i>vagina</i>ku, setengah hari dia berada di dalam <i>vagina</i>ku dan membuatku kebingungan setengah mati. Kemudian aku buang pisang itu dan aku ke kamar mandi untuk membersihkan <i>vagina</i>ku dari sisa-sisa pisang.<br /><br />Akhirnya aku kapok menggunakan pisang untuk beronani dan kemudian aku berencana untuk membeli sebuah dildo (penis buatan) untuk beronani. Dan aku sarankan buat teman-teman cewek kalau kalian ingin beronani dan akan memasukkan sesuatu benda yang menyerupai penis ke dalam <i>vagina</i> kalian jangan menggunakan pisang. Kalaupun akan menggunakan pisang gunakan yang masih mentah (hijau) karena masih keras dan tidak mudah patah kemudian gunakanlah secara pelan-pelan dan hati-hati agar tidak patah. Dan kalau cairan <i>vagina</i>mu sangat banyak jangan menggunakan pisang meskipun pisang mentah karena cairan yang banyak akan melembekkan pisang itu dan membuatnya cepat patah.<br /><br />TAMAT<br /><br />Pada awalnya sih aku hanya senang mengusap-usap clitorisku sambil melihatnya lewat cermin yang kuletakkan sedemikian rupa sehingga aku bisa memandangi vaginaku lewat kaca itu. Mungkin karena keseringanku beronani dengan cara mengusap-usap bagian luar vagina dan clitoris lama-kelamaan aku kurang puas jika hanya meraba clitoris, tanganku mulai merambah daerah di bawah clitoris, meraba-raba bibir vaginaku yang mungil kemerahan dan ternyata rasanya lebih nikmat meskipun geli sekali. Kadang-kadang bibir itu aku buka dengan tangan kiri dan jari tangan kananku masukkan pelan-pelan ke dalam lubangnya, pada awalnya sih terasa sakit tapi lama-kelamaan nikmat sekali, aku putar-putar jariku dalam lubang sambil sesekali aku memasukkan dalam-dalam berusaha meraih tonjolan yang berada di ujung lubang vagina dan rasanya selangit deh rasa-rasanya aku ingin memasukkan jari ini dan menggerakkan keluar masuk secara cepat, terpikir olehku bagaimana rasanya kalau yang ada di dalamnya adalah sebuah penis yang bergerak keluar masuk. Tak terbayang bagaimana rasanya. Tapi aku belum berani melakukan hubungan seks dengan lelaki aku takut kalau hamil dan aku juga belum punya pacar.<br /><br />Karena keenakan hampir setiap hari aku beronani terkadang aku berpikir, aku hyperseks tapi biarin deh yang penting nikmat. Karena seringnya beronani maka pada saat di kamar terkadang aku sengaja tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan kaos dan rok atau hanya mengenakan daster sehingga aku bebas meraba vaginaku. Sewaktu mengganggur sendirian di kamar aku sering memandangi vaginaku lewat kaca cermin sambil membersihkannya dari cairan-cairan atau merapikan rambut-rambut kemaluanku yang mulai panjang, bahkan aku menyediakan waktu khusus untuk merawat vaginaku.<br /><br />Suatu saat aku bangun pagi-pagi sekali dengan kondisi sangat bernafsu, memang nafsuku sangat tinggi pada hari-hari menjelang haidku datang atau pada beberapa hari setelah haid, padahal sebelum tidur aku telah beronani, pagi itu aku bingung mau bagaimana antara ingin memuaskan diriku sendirian atau berhubungan seks karena malam itu aku mimpi berhubungan seks dengan seseorang. Kemudian aku keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi ingin pipis dulu, saat lewat di ruang makan aku melihat pisang yang ada di atas meja makan sisa tadi malam. Tanpa pikir panjang aku mengambil pisang itu satu dan aku bawa masuk ke kamar. aku langsung rebahan di atas tempat tidur dan memulai beraksi. Aku meraba-raba vaginaku, sebentar saja vaginaku sudah sangat basah, dan aku melepas daster yang kukenakan sehingga aku langsung telanjang bulat karena aku hanya mengenakan daster. Pada saat itu aku tidak bisa menceritakan bagaimana rasanya nafsuku benar-benar tinggi. Jari-jariku dengan liar merambah seluruh bagian vaginaku, bahkan sampai clitorisnya aku pencet-pencet hingga nikmatnya luar biasa. Kalau biasanya hanya satu jari yang kumasukkan ke liang vagina maka sekarang dua jari aku masukkan bersamaan dan rasanya memang nikmat sekali sampai sampai seluruh badanku tergetar keenakan.<br /><br />Kemudian kuambil pisang yang tadi aku ambil dari meja makan. Aku kupas dan kemudian kumasukkan ke dalam vagina sambil membayangkan bahwa itu sebuah penis, saat mulai masuk nikmat sekali kemudian setelah separuh lebih masuk dan dibiarkan di sana dalu sambil menikmati bagaimana rasanya. Kemudian pisang itu kugerakkan keluar masuk secara pelahan, rasanya nikmat sekali dan pisang itu aku gerakkan terus keluar masuk dengan tangan kanan sementara tangan kiriku mengusap-usap clitorisku yang menonjol kemerah-merahan. Sambil terus menggerakkan pisang itu aku berpikir kenapa tidak dari dulu kugunakan benda ini kalau rasanya sangat nikmat begini, beberapa saat kemudian terasa olehku seperti ingin pipis yang tertahan dan nikmat yang luar biasa itu tandanya aku segera akan orgasme dan benda itu aku gerakkan dalam-dalam, ya ampun nikmatnya dan akupun orgasme dengan pisang yang sepertiga masuk ke dalam vagina, aku sangat menikmati orgasme ini dan aku biarkan pisang itu ada di sana dan tanganku pelan-pelan meraba-raba kedua payudaraku yang tidak pernah terjamah saat aku onani karena aku lebih tertarik pada vaginaku, kuusap-usap putingku pelahan sambil menikmati kenikmatan yang tiada taranya ini.<br /><br />Setelah puas kutarik pisang itu pelan-pelan tapi pisang itu patah separuh dan yang separuhnya masih ada di dalam vaginaku, setengah panik aku berusaha mengeluarkan separuh bagian pisang itu dengan tangan tapi tak berhasil malah pisang itu makin masuk ke dalam. Aku sangat bingung harus bagaimana, padahal hari ini aku juga harus ujian sekolah, aku langsung masuk ke kamar mandi dan dengan selang air aku berusaha menyemprot vaginaku dengan air biar pisang itu keluar, tapi tak berhasil juga malah bibir-bibir vaginaku menciut karena kedinginan, mau bilang pada Mama aku malu setengah mati. Akhirnya kuputuskan untuk ke rumah sakit setelah ujian nanti dan akupun bergegas berangkat ke sekolah. Setelah selesai berpakaian dan dandan, aku mencoba berjalan tapi ya ampun terasa ada sesuatu yang menganjal di dalam vaginaku, maka cara berjalankupun lucu aku tidak bisa berjalan dengan langkah biasa karena ada pisang dalam vaginaku.<br /><br />Sesampai di sekolah aku takut kalau teman-temanku tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam vaginaku, pelan-pelan aku jalan dengan langkah yang aneh. Sesampainya di depan kelas banyak teman yang memperhatikan langkahku bahkan ada yang bertanya kenapa Rien kok langkahnya kayak robot? aku diam saja sambil tersenyum kecut. "lecet ya kakinya?". Untung dia menebak dulu dan tinggal aku iyakan. Saat dudukpun aku bingung soalnya saat dipakai duduk pisang sialan ini sangat terasa kalau mengganjal dan aku juga khawatir bagaimana kalau nanti pisang ini keluar dan terjatuh saat aku sedang berjalan malu kan?<br /><br />Akhirnya aku mengerjakan ujian dengan tidak konsen dan segera ingin pulang. Saat pulang karena sangat tidak enak saat dipakai berjalan aku naik becak, hatiku ragu-ragu untuk ke rumah sakit, Bagaimana nanti aku bilang pada dokter atau perawat? duh malunya! Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja. Sesampai di rumah aku lepas semua pakaianku, aku coba lagi mengeluarkan pisang itu tapi ternyata sulit sekali akhirnya karena kelelahan aku tertidur dengan kondisi telanjang dan kaki yang mengangkang karena posisi itulah yang paling nikmat.<br /><br />Sore hari, aku terbangun dan berusaha lagi mengeluarkannya setelah makan siang yang terlambat. Aku berdiri dengan setengah berjongkok sehingga vaginaku terbuka lebar dan jari tangan kananku mencoba mengeluarkannya sementara tangan kiriku berpegangan pada tempat tidur biar tidak jatuh. Tapi sia-sia saja usaha ini karena jari-jariku sulit menjangkaunya, akhirnya karena setengah putus asa aku gunakan sebuah sumpit mie ayam untuk mencoba mengeluarkannya. Dengan posisi yang sama pelan-pelan kumasukkan sumpit itu pelahan dan setelah terasa sampai di pisang aku songkel pelan-pelan pisang itu karena terasa agak sakit. Pelan-pelan terasa olehku kalau pisang itu akan keluar kemudian tangan kiri aku gunakan untuk membuka bibir vaginaku biar pisang itu mudah keluar. Dan akhirnya.., telepok.., pisang itu keluar dan terjatuh di antara kedua kakiku, lega sekali rasanya. Ketika aku melihat pisang yang sudah jatuh itu aku agak geli juga benda itu bentuknya sudah tak karuan dan baunya juga sudah tercampur dengan bau vaginaku, setengah hari dia berada di dalam vaginaku dan membuatku kebingungan setengah mati. Kemudian aku buang pisang itu dan aku ke kamar mandi untuk membersihkan vaginaku dari sisa-sisa pisang.<br /><br />Akhirnya aku kapok menggunakan pisang untuk beronani dan kemudian aku berencana untuk membeli sebuah dildo (penis buatan) untuk beronani. Dan aku sarankan buat teman-teman cewek kalau kalian ingin beronani dan akan memasukkan sesuatu benda yang menyerupai penis ke dalam vagina kalian jangan menggunakan pisang. Kalaupun akan menggunakan pisang gunakan yang masih mentah (hijau) karena masih keras dan tidak mudah patah kemudian gunakanlah secara pelan-pelan dan hati-hati agar tidak patah. Dan kalau cairan vaginamu sangat banyak jangan menggunakan pisang meskipun pisang mentah karena cairan yang banyak akan melembekkan pisang itu dan membuatnya cepat patah.<br /><br />TAMATCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-41872333914176070752010-11-03T08:51:00.001+07:002010-11-03T08:55:45.563+07:00Ngentot Dengan Artis Dikamar Mandi<span style="font-weight: bold; font-style: italic; color: rgb(255, 0, 0);">Ngentot Dengan Artis Dikamar Mandi</span><br /><br /><br />"Kok pagi begini kamu sudah berdandan rapi, sayang?" tanya Riko sambil masih berbaring di tempat tidur.<br /><br />Matanya agak susah dibuka karena masih mengantuk.<br /><br />"Sudah bangun sayang.." kata Vivi sambil duduk di tepi ranjang lalu mengecup pipi Riko.<br />"Aku lupa kasih tahu bahwa hari ini aku ada shooting di Puncak, mungkin selama 2 hari," kata Vivi lagi sambil mengusap-ngusap punggung Riko.<br />"Aku sudah minta tolong Andi untuk antar aku ke lokasi.." kata Vivi lagi.<br />"Oke. Have fun ya.." kata Riko sambil membuka matanya lalu tersenyum.<br />"Thanks. Aku pergi ya, sayang," kata Vivi sambil mengecup bibir Riko.<br /><br />Vivi lalu meninggalkan Riko di apartemen mereka. Vivi ditemani Andi segera meluncur menuju Puncak untuk melakukan jadwal shooting sinetron Vivi.<br /><br />"Jadinya berapa hari kamu di Puncak, Vi?" tanya Andi sambil menyetir, "Dua hari saja kok.." jawab Vivi.<br />"Tenang saja, semuanya akomodasi aku siapkan deh buat kamu," kata Vivi sambil melirik ke Andi.<br />"Bukan soal itu, Non.. Masalahnya adalah Puncak itu kalau malam sangat dingin," kata Andi sambil tersenyum.<br />"Ada akomodasi penghangat badan tidak?" kata Andi lagi sambil tertawa.<br /><br />Vivipun ikut tertawa.<br /><br />"Ada-ada saja kamu ini, Andi," kata Vivi sambil tetap tertawa.<br />"Nanti aku deh yang jadi penghangat badan kamu.." kata Vivi sambil melirik Andi.<br />"Ah kamu.. Kamu tuh pacar si Riko, mana mungkin aku bisa dapat kamu," kata Andi.<br />"Kamu tidak akan bisa mendapatkan aku.. Tapi bisa merasakan aku.." kata Vivi sambil tersenyum melirik Andi.<br />"Mana bisa?" tanya Andi tak percaya.<br />"Dengar Andi, diantara aku dan Riko sudah ada komitmen untuk hidup bersama tapi tidak untuk mengekang keinginan masing-masing.." ungkap Vivi.<br />"Kami saling membebaskan kok," lanjut Vivi.<br />"Aku tahu dan Riko juga suka terus terang kalau dia jalan atau main dengan wanita lain.." kata Vivi lagi.<br /><br />Andi diam mendengarkan.<br /><br />"Aku juga demikian.." lanjut Vivi sambil menatap Andi.<br />"Tenang saja, An.." kata Vivi sambil tersenyum sambil mengelus paha Andi.<br />"Ya okelah kalau begitu," kata Andi sambil tersenyum pula.<br />"Dasar buaya!" kata Vivi sambil tertawa.<br /><br />Siang itu sampai malam, Vivi melakukan tugas dan kewajibannya untuk menyelesaikan shooting.<br /><br />"Pulang, An.." kata Vivi sambil masuk ke mobil.<br />"Aku sangat capek, pengen istirahat.." sambung Vivi lagi.<br />"Siap, boss.." kata Andi.<br /><br />Mereka segera menuju satu villa kecil yang sudah mereka booking jauh dari tempat menginap para crew film.<br /><br />"Aku mau mandi air hangat.." kata Vivi setiba di villa.<br />"Yuk, An.. Mandi bareng sambil pijitin aku," ajak Vivi sambil melepas semua pakaiannya.<br />"Ayo, siapa takut.." jawab Andi sambil melepas semua pakaiannya juga.<br />"Hii.. Kontol kamu mengkerut kecil.. Lucu!" kata Vivi sambil memegang kontol Andi.<br />"Ye, dasar bego! Ini karena kedinginan! Nanti kalau sudah bangun, kamu bisa lihat sendiri.." kata Andi sambil meremas buah dada Vivi.<br />"Ya sudah, yuk ah cepat mandi..!" kata Vivi sambil segera masuk ke kamar mandi.<br /><br />Mereka berdua lalu mandi bersama di bawah siraman shower.<br /><br />"Sudah lama sekali aku ingin seperti ini.." kata Andi sambil menyabuni tubuh Vivi dari belakang.<br />"Mm.. Kenapa tidak minta.. mmhh," kata Vivi ketika tangan Andi menyabuni sambil meremas buah dadanya.<br />"Karena aku takut ditolak.." bisik Andi sambil terus meremas buah dada dan memainkan puting susus Vivi yang licin oleh sabun.<br />"Mmhh.. Mulai sekarang tidak usah takut lagiihh," desah Vivi sambil memejamkan matanya.<br />"Ini apa yang menyodok pantat?" kata Vivi sambil tanganya meraih kontol Andi yang tegang menyodok pantatnya.<br />"Kan aku sudah bilang, bukti kalau kontol aku sudah bangun kamu akan suka.." bisik Andi sambil satu tangannya turun ke memek Vivi.<br />"Oww! Enak, An.." kata Vivi ketika jari Andi menggosok-gosok kelentitnya.<br /><br />Sementara tangan Vivi tak henti mengocok kontol Andi.<br /><br />"Jilatin memek aku, An.." desah Vivi.<br />"Oke.. Tapi bersihkan dulu sabunnya ya.." kata Andi.<br /><br />Tak lama setelah mereka membilas sabun di tubuh mereka masing-masing, Andi berjongkok di depan Vivi. Wajahnya tepat di depan memek Vivi.<br /><br />"Ohh.." desah Vivi ketika lidah Andi mulai menjilat belahan memeknya sambil melihat ke bawah ke wajah Andi yang menyusup ke selangkangannya.<br />"Ohh.." desah Vivi lagi sambil terpejam menengadahkan wajahnya ketika kelentitnya dijilat dan dikulum oleh lidah dan mulut Andi.<br /><br />Vivi menggoyangkan memeknya seiring jilatan-jilatan dan hisapan Andi pada memeknya. Sementara Andi terus memainkan lidahnya sambil tangannya mengocok kontolnya sendiri.<br /><br />"Terus, Ann.. Teruss.. Aku mau keluarrhh!!" jerit Vivi tertahan sambil memegang kepala Andi lalu mendesakkan memeknya ke wajah Andi.<br />"Ahh.. Ohh," jerit Vivi sambil agak kelojotan merasakan rasa nikmat yang amat sangat seiring menyemburnya air mani di dalam memek.<br /><br />Andi bangkit lalu memeluk pinggang Vivi, kemudian dilumat bibir Vivi dengan liar. Vivi membalas lumatan Andi dengan liar pula sambil tangannya memegang dan meremas pantat Andi.<br /><br />"Angkat satu kakimu, Vi.." bisik Andi dengan suara serak karena desakan nafsu sambil mengarahkan kontolnnya ke memek Vivi.<br /><br />Vivi menurut, diangkatnya salah satu kakinya agar kontol Andi mudah masuk ke memeknya dalam posisi berdiri. Tak lama, bless.. Kontol Andi sudah masuk ke dalam memek Vivi. Vivi segera menurunkan kakinya dan agak berjinjit mengimbangi tinggi tubuh Andi.<br /><br />"Ohh, enak sekali, Vii.." bisik Andi sambil mengeluarmasukkan kontolnya.<br />"Ohh.." desah Vivi sambil memegang dan mendesakkan pantat Andi agar lebih dalam menyetubuhinya.<br />"Dari dulu aku ingin menyetubuhi kamu, Vi.." bisik Andi sambil memompa kontolnya.<br />"Mulai sekarang, kapanpun kamu mau.. mmhh.. Tinggal bilang sajaahh.." desah Vivi.<br />"Ganti posisi, Vi.." kata Andi sambil mencabut kontolnya dari memek Vivi.<br />"Berbaliklah.." kata Andi.<br /><br />Vivi lalu berbalik membelakangi Andi. Andi lalu mengarahkan kontolnya ke lubang memek Vivi dari belakang sambil berdiri. Bless.. Kontol Andi kembali memasuki lubang kenikmatan yang selama ini diidamkannya.<br /><br />"Ohh, Andi.. Enakk.." desah Vivi ketika tangan Andi meremas kedua buah dadanya dari belakang.<br />"Enak, sayang.." bisik Andi sambil mempercepat gerakan kontolnya tanpa mengehentikan remasan tangannya pada buah dada Vivi.<br />"Enakkhh.." bisik Vivi sambil terpejam.<br /><br />Tangan Vivi meraih satu tangan Andi lalu membimbingnya menuju memeknya. Andi mengerti apa keinginan Vivi.<br /><br />"Ohh, Andiihh.." jerit lirih Vivi ketika jari Andi menggosok-gosok kelentitnya.<br />"Teruss.. Terusshh.." jerit lirih Vivi semakin keras.<br />"Aku mau keluar lagiihh.." jerit Vivi.<br />"Ohh.. Ohh.." jerit Vivi sambil mendesakkan pantatnya sehingga kontol Andi masuk lebih dalam ke memeknya seiring dengan menyemburnya air mani yang kedua kali dalam memek Vivi.<br />"Aku juga mau keluar, Viihh.." bisik Andi sambil mempercepat gerakkannya.<br />"Ohh.." desah Andi.<br /><br />Tak lama Andi segera melepas kontolnya dari memek Vivi.<br /><br />"Isep, Vi.." bisik Andi dengan suara serak.<br /><br />Vivi lalu berjongkok. Setelah mengocok kontol Andi beberapa saat, mulutnya langsung melahapnya. Jilatan dan hisapan mulut Vivi membuat Andi terpejam sambil memompa kontolnya pelan ke mulut Vivi.<br /><br />"Aku mau keluar, Vii.." kata Andi.<br /><br />Crott! Crott! Crott! Air mani Andi muncrat banyak di dalam mulut Vivi. Sebagian meleleh keluar dari sela bibir Vivi. Vivi dengan tenang menelan air mani Andi sampai habis. Kecuali yang meleleh keluar, dibersihkannya dengan tangan. Setelah bangkit, Vivi langsung memeluk Andi dan melumat bibirnya. Andi membalasnya dengan hangat. Begitulah, selama dua malam itu Andi dan Vivi memacu birahi saling melampiaskan birahi tanpa ada beban perasaan. Setelah selesai shooting, Vivi langsung pulang ke apartemennya.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-34969426817237383732010-11-03T08:50:00.000+07:002010-11-03T08:51:50.284+07:00Cerita Janda JablayPara netters sekalian, aku ingin sekali menceritakan pengalaman hidup masa laluku kepada anda semua, mungkin ada di antara anda yang dapat mengobati perasaanku ini. Tetapi tolong jangan terobsesi dengan ceritaku ini. Ceritaku ini berawal ketika di usiaku yang masih terbilang muda, 19 tahun, papaku waktu itu menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang usianya 10 tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan saudara dengan keluarga mamaku.<br /><br />Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walaupun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari Bandung. Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal yang namanya cinta.<br /><br />Sebenarnya dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Karena ke-3 orang adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua orangtuaku.<br /><br />Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Selama proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu hal yang serius yang kami bicarakan tentang masa depan karena semua sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua belah pihak. Maka masa-masa perkenalan kami yang sangat singkat itu hanya diisi dengan kunjungan-kunjungan rutin calon suamiku setiap malam minggu. Itupun paling hanya satu atau dua jam saja dan biasanya aku ditemani papa atau mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.<br /><br />Yang disebut malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu. Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu "mahir" dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang "belum" aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.<br /><br />Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku. Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.<br /><br />Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang. Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.<br /><br />Dengan perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Atas permintaan suami kupegang batang kemaluannya yang besar dan keras luar biasa menurutku pada waktu itu. Perlahan-lahan kutuntun kepala kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini. Rasa nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.<br /><br />Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka. Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tetapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.<br /><br />Sementara kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua. Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.<br /><br />Belakangan baru aku ketahui cairan itu yang disebut dengan sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.<br /><br />Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Dan setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali. Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex itu?<br /><br />Setelah 2 tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang ada di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering sekali ia keluar kota dengan alasan urusan kantor. Dan tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Yang lebih menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri simpanannya itu adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun menikah denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.<br /><br />Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan suamiku. Sakit memang hati ini seperti diiris-iris mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya itu, dengan terus terang dia mengatakan bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya yang sebetulnya memang bekas pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku ini yang selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan suamiku, begitu katanya.<br /><br />Lima tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.<br /><br />Terkadang sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan seorang teman kerjaku, sehingga setiap malam hanya onani saja yang dapat kulakukan. Tidak ada keberanian untuk menceritakan hal ini kepada orang lain apalagi pada teman-teman kerjaku, bisa-bisa aku diberi julukkan yang tidak baik di kantor. Hanya dengan tanganku ini kuelus-elus bibir vaginaku setiap malam sambil membayangkan bercumbu dengan seorang laki-laki, terkadang juga kumasukkan jari telunjukku agar aku dapat lebih merasakan kenikmatan yang pernah kualami dulu.<br /><br />Para netters sekalian, aku memberanikan diri menceritakan hal seperti di atas kepada Anda semua mungkin karena didorong oleh perasaan yang sangat tak tertahankan lagi saat ini. Dan mungkin ada di antara anda yang dapat membantu dan mungkin akan menjadi jodohku kelak. Aku harap Anda tidak hanya terobsesi dengan ceritaku di atas.<br /><br /><br />TAMATCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-77452433980661652202010-11-03T08:44:00.001+07:002010-11-03T08:50:01.489+07:00Tergoda Cewe Nakal SMUNamaku adalah Andi (bukan nama yang sebenarnya), dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung. Aku berasal dari luar daerah dan aku tinggal di kost. Aku pun termasuk orang yang berada, serta sangat menjalankan keagamaan yang kuat. Apalagi untuk mencoba narkoba atau segala macam, tidak deh.<br /><br />Kejadian ini bermula pada waktu kira-kira 4 bulan yang lalu. Tepatnya hari itu hari Selasa kira-kira jam 14:12, aku sendiri bingung hari itu beda sekali, karena hari itu terlihat mendung tapi tidak hujan-hujan. Teman satu kostan-ku mengatakan kepadaku bahwa nanti temanya anak SMU akan datang ke kost ini, kebetulan temanku itu anak sekolahan juga dan hanya dia yang anak SMU di kost tersebut.<br /><br />Setelah lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang juga, kemudian temanku langsung mengajaknya ke tempat kamarku yang berada di lantai atas. Akhirnya aku dikenali sama perempuan tersebut, sebut saja namanya Ria. Lama-lama kami ngobrol akhirnya baru aku sadari bahwahari menjelang sore. Kami bertiga bersama dengan temanku nonton TV yang ada di kamarku. Lama-lama kemudian temanku pamitan mau pergi ke tempat temannya, katanya sih ada tugas.<br /><br />Akhirnya singkat cerita kami berdua di tinggal berdua dengan Ria. Aku memang tergolong cowok yang keren, Tinggi 175 cm, dengan berat badan 62 kg, rambut gelombang tampang yang benar-benar cute, kata teman-teman sih. Ria hanya menatapku tanpa berkedip, akhirnya dia memberanikan diri untuk menggelitikku dan aku tidak tahu darimana dia mengetahui kelemahanku yang sangaTVital itu kontan saja aku langsung kaget dan balik membalas serangan Ria yang terus menerus menggelitikiku. Lama kami bercanda-canda dan sambil tertawa, dan kemudian diam sejenak seperti ada yang lewat kami saling berpandang, kemudian tanpa kusadari Ria mencium bibirku dan aku hanya diam kaget bercampur bingung.<br /><br />Akhirnya dilepaskannya lagi ciumannya yang ada di bibirku, aku pun heran kenapa sih nih anak? pikirku dalam hati. Ria pun kembali tidur-tiduran di kasur dan sambil menatapku dengan mata yang uih.. entah aku tidak tahu mata itu seolah-olah ingin menerkamku. Akhirnya dia melumat kembali bibirku dan kali ini kubalas lumatan bibirnya dengan hisapan-hisapan kecil di bibir bawah dan atasnya. Lama kami berciuman dan terus tanpa kusadari pintu kamar belum tertutup, Ria pun memintaku agar menutup pintu kamarku, entah angin apa aku hanya nurut saja tanpa banyak protes untuk membantah kata-katanya.<br /><br />Setelah aku menutup pintu kamar kost-ku Ria langsung memelukku dari belakang dan mencumbuku habis-habisan. Kemudian kurebahkan Ria di kasur dan kami saling berciuman mesra, aku memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya Ria yang kira-kira berukuran berapa ya..? 34 kali, aku tidak tahu jelas tapi sepertinya begitu deh, karena baru kali ini aku menuruni BH cewek. Dia mengenakan tengtop dan memakai sweater kecil berwarna hitam. Aku menurunkan tengtop-nya tanpa membuka kutangnya. Kulihat buah dada tersebut.. uih sepertinya empuk benar, biasanya aku paling-paling lihat di BF dan sekarang itu benar-benar terjadi di depan mataku saat ini.<br /><br />Tanpa pikir panjang, kusedot saja buah dada Ria yang kanan dan yang kirinya aku pelintir-pelintir seperti mencari gelombang radio. Ria hanya mendesah, "Aaahh.. aahh.. uuhh.."Aku tidak menghiraukan gelagat Ria yang sepertinya benar-benar sedang bernafsu tinggi. Kemudian aku pun kepingin membuka tali BH tengtop-nya. Kusuruh Ria untuk jongkok dan kemudian baru aku melihat ke belakang Ria, untuk mencari resliting kutangnya. Akhirnya ketemu juga dan gundukan payudara tersebut lebih mencuat lagi karena Ria yang baru duduk di bangku SMU kelas 2 dengan paras yang aduhai sehingga pergumulan ini bisa terjadi. Dengan rakusnya kembali kulumat dada Ria yang tampak kembali mengeras, perlahan-lahan ciumanku pun turun ke bawah ke perut Ria dan aku melihat celana hitam Ria yang belum terbuka dan dia hanya telanjang dada.<br /><br />Aku memberanikan diri untuk menurunkan celana panjang Ria, dan Ria pun membantu dengan mengangkat kedua pinggulnya. Ria pun tertawa dan berkata, "Hayo tidak bisa dibuka, soalnya Ria mempunyai celana pendek yang berwarna hitam satu lagi.." ejek Ria sambil tersenyum girang.Aku pun dengan cueknya menurunkanya kembali celana tersebut, dan kali ini barulah kelihatan celana dalam yang berwarna cream dan dipinggir-pinggirnya seperti ada motif bunga-bunga, aku pun menurunkanya kembali celana dalam milik Ria dan tampaklah kali ini Ria dalam keadaanbugil tanpa mengenakan apapun. Barulah aku melihat pemandangan yang benar-benar terjadi karena selama ini aku hanya berani berilusi dan nonton tidak pernah berbuat yang sebenarnya.<br /><br />Aku pandangi dengan seksama kemaluan Ria dengan seksama yang sudah ditumbuhi bebuluan yang kira-kira panjangnya hanya 2 cm tapi sedikit, ingin rasanya mencium dan mengetahui aroma kemaluan Ria. Aku pun mencoba mencium perut Ria dan pusarnya perlahan tapi pasti, ketika hampir mengenai sasaran kemaluannya Ria pun menghindari dan mengatakan, "Jangan dicium memeknya akh.. gelii.." Ria mengatakan sambil menutup rapat kedua selangkangannya.<br /><br />Yah, mau bagaimana lagi, langsung saja kutindih Ria, kucium-cium sambil tangan kiriku memegang kemaluan Ria dan berusaha memasukkanya ke dalam selangkangan Ria. Eh, Ria berontak iihh.. ge.. li.." ujar Ria. Tahu-tahu Ria mendorong badanku dan terbaliklah keadaan sekarang, aku yang tadinya berada di atas kini berubah dan berganti aku yang berada di bawah, kuat sekali dorongan perempuan yang berbobot kira-kira 45 kg dengan tinggi 160 cm ini, pikirku dalam hati. "Eh.. buka dong bajunya! masak sih Ria doang yang bugil Andinya tidak..?" ujar Ria sambil mencopotkanbaju kaos yang kukenakan dan aku lagi-lagi hanya diam dan menuruti apa yang Ria inginkan.<br /><br />Setelah membuka baju kaosku, tangan kanan Ria masuk ke dalam celana pendekku dan bibirnya sambil melumat bibirku. Gila pikirku dalam hati, nih cewek kayaknya sdah berpengalaman dan dia lebih berpengalaman dariku. Perlahan-lahan Ria mulai menurunkan celana pendekku dan muncullah kemaluanku yang besarnya minta ampun (kira-kira 22 cm). Dan Ria berdecak kagum dengan kejantananku, tanpa basa-basi Ria memegangnya dan membimbingnya untuk masuk ke dalam liang senggama miliknya Ria, langsung saja kutepis dan tidak jadi barang tersebut masuk ke lubang kemaluan Ria. "Eh, jangan dong kalau buat yang satu ini, soalnya gue belum pernah ngelakuinnya.." ujarku polos. "Ngapain kita udah bugil gini kalau kita tidak ngapa-ngapain, mendingan tadi kita tidak usah buka pakaian segala," ujar Ria dengan nada tinggi.<br /><br />Akhirnya aku diam dan aku hanya menempelkan kemaluanku di permukaan kemaluan Ria tanpa memasukkanya. "Begini aja ya..?" ujarku dengan nada polos. Ria hanya mengangguk dan begitu terasanya kemaluanku bergesek di bibir kemaluan Ria tanpa dimasukkan ke dalam lubang vaginanya milik Ria, aku hanya memegang kedua buah pantat Ria yang montok dan secara sembunyi-sembunyiaku menyentuh bibir kemaluan Ria, lama kami hanya bergesekan dan tanpa kusadari akhirnya kemaluanku masuk di dalam kemaluan Ria dan Ria terus-terusan menggoyang pantatnya naik-turun.Aku kaget dan bercampur dengan ketakutan yang luar bisa, karena keperawanan dalam hal ML yang aku jaga selama ini akhirnya hilang gara-gara anak SMU. Padahal sebelum-sebelumnya sudah ada yang mau menawari juga dan dia masih perawan lebih cantik lagi aku tolak dan sekarang hanya dengan anak SMU perjakaku hilang.<br /><br />Lama aku berpikir dan sedangkan Ria hanya naik-turun menggoyangkan pentatnya semenjak aku melamun tadi, mungkin dia tersenyum puas melihat apa yang baru dia lakukan terhadapku. Yach, kepalang tanggung sudah masuk, lagi nasi sudah jadi bubur akhirnya kugenjot juga pantatku naik-turun secara berlawanan dengan yang dilakukan Ria, dan bunyilah suara yang memecahkan keheningan, "Cplok.. cplok.. cplok.." Ria mendesah kenikmatan karena kocokanku yang kuat dilubang vaginanya. Lama kami berada di posisi tersebut, yaitu aku di bawah dan dia di atas.akhirnya aku mencoba mendesak Ria agar dia mau mengganti posisi, tapi dorongan tangannya yang kuat membatalkan niatku, tapi masa sih aku kalah sama cewek, pikirku. Kudorong ia dengan sekuat tenagaku dan akhirnya kami berada di posisi duduk dan kemaluanku tetap berdiri kokoh tanpa dilepas. Ria tanpa diperintah menggerakkan sendiri pantatnya, dan memang enak yah gituan, pikirku dalam hati. Tapi sayang tidak perawan.<br /><br />Akhirnya kudorong lagi Ria agar dia tiduran telentang dan aku ingin sekali melihat kemaluanku yang besar membelah selangkangan kemaluan Ria, makanya aku sambil memegang batang kemaluanku menempelkannya di lubang kemaluan Ria dan "Bless.." amblaslah semuanya. Kutekan dengan semangat "45" tentunya karena nasi sudah hancur. Kepalang tanggung biarlah kuterima dosa ini, pikirku. Dengan ganasnya dan cepat kuhentakkan kemaluanku keras-keras di lubang kemaluan Ria dan kembali bunyi itu menerawang di ruangan tersebut karena ternyata lubang kemaluan Ria telah banjir dengan air pelumasnya disana, aku tidak tahu pasti apakah itu spermanya Ria, apakah hanya pelumasnya saja? dan Ria berkata,<br />"Loe.. udah keluar ya..?" ujarnya.<br />"Sembarangan gue belom keluar dari tadi..?" ujarku dengan nada ketus.<br />Karena kupikir dia mengejekku karena mentang-mentang aku baru pertama kali beginian seenaknya saja dia menyangka aku keluar duluan. Akhirnya lama aku mencumbui Ria dan aku ingin segera mencapai puncaknya.<br /><br />Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari lubang kemaluannya dan kukeluarkan spermaku yang ada diperutnya Ria, karena aku takut kalau aku keluarkan di dalam vaginanya aku pikir dia akan hamil, kan berabe. Aku baru sekali gituan sama orang yang yang tidak perawan malah disuruh tanggung jawab lagi. Gimana kuliahku! Ria tersenyum dengan puas atas kemenangannya menggodaku untuk berbuat tidak senonoh terhadapnya. Huu, dasar nasib, dan semenjak saat itu aku sudah mulai menghilangkan kebiasaan burukku yaitu onani, dan aku tidak mau lagi mengulang perbuatan tersebut karena sebenarnya aku hanya mau menyerahkannya untuk istriku seorang.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-91208630548438451932010-11-03T08:40:00.000+07:002010-11-03T08:44:18.206+07:00Baru Kenal HaidAku seorang anak laki-laki yang sudah ditinggal mati kedua orangtuaku, saat itu aku masih bayi, oleh sebab itu aku tinggal bersama Paman dan Bibiku. Tempat tinggal kami adalah sebuah kontrakan yang hanya memiliki sebuah kamar tidur. Sebetulnya tidak dapat dikatakan sebagai kamar tidur, karena kontrakan ini tidak mempunyai sebuah kamar pun, kecuali kamar mandi yang jadi satu dengan kloset.<br /><br />Untuk membentuk kamar, maka tempat tidur tingkat yang terbuat dari besi bulat yang sangat besar (peninggalan orangtuaku) di sampingnya ditutup dengan lemari pakaian yang terbuat dari plastik yang lumayan besar. Aku dan anak tunggal Paman tidur bersama di bagian atas, dia adalah seorang gadis. Anaknya sudah besar, karena aku penakut maka aku tidur bersamanya.<br /><br />Pernah suatu kali aku terbangun menjelang tengah malam, karena rasa haus mencekik leherku. Dengan mata masih belum terbuka secara keseluruhan aku turun dari tempat tidur. Saat aku akan turun, terdengar tarikan selimut dengan sangat cepatnya. Tampak sekilas Paman yang tadi berada di atas tubuh Bibi segera beralih ke samping mendekati sisi dinding, sementara bibi ada di sisi tempat aku turun. Mereka secara bersamaan segera menutup organ penting mereka dengan selimut yang ada di samping mereka.<br /><br />"Ngapain Bud..?" tanya Bibi<br />"Haus, Bulek." jawabku.<br />Segera aku mengambil kendi di samping televisi dan menuangkan ke mulutku, dan segera naik ke atas tempat tidur, kembali tidur.<br />Waktu itu aku tidak tahu apa yang sedang mereka kerjakan, tetapi kejadian itu tidak terlupakan hingga saat ini.<br /><br />Karena kamar mandi yang hanya ada satu, kadang kami rebutan. Pernah suatu kali saat aku mandi, Bibi sudah tidak tahan untuk membuang hajat.<br /><br />"Bud, bukain pintunya, Bulek sudah nggak tahan nih..!" katanya dari luar kamar mandi.<br />Begitu pintu kamar mandi terbuka, dengan menggunakan longdress, dia mengangkat ujung longdress, kemudian menurunkan celana dalam sebatas dengkul dan mengangkat longdress-nya lagi sebatas pinggang, kemudian jongkok sambil menarik baju di bagian belakangnya, dan segera membuang hajatnya. Aku sendiri jengah dan tidak berani menghadap ke Bibi, selain itu aku pun ingin segera keluar dari kamar mandi, bukan apa-apa, mendengar suara dan baunya itu lho.<br /><br />Sekilas aku melihat celana dalam Bibi yang berwarna hitam sobek di bagian dasarnya (mungkin pas jahitan) sehingga membentuk seperti ada lubangnya. Setelah keluar dari kamar mandi dan kemudian berangkat sekolah, masih terpikir mengapa ada lubang di celana dalamnya? Apa karena ketarik oleh kedua lututnya? Atau ada fungsi lainnya? Pemikiran sebagai anak kecil belum sampai mengapa demikian. Misteri lubang itu masih terbawa hingga kini.<br /><br />Entah wabah apa yang terjadi, Bibi dan anak wanitanya menderita sakit, sementara Paman bekerja (aku baru mengetahui bahwa semua wanita akan mendapat 'penyakit' setiap bulannya - nah mereka berdua tergolong berat 'penyakit'-nya karena apabila mendapatkan selalu 'klenger' alias tidak dapat menjalani aktifitas sehari-hari). Bibi meminta bantuanku untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Sebetulnya pekerjaan rumah tangga sudah biasa kukerjakan, hanya mencuci yang belum pernah kukerjakan, karena selama ini yang mengerjakan anaknya atau Bibi.<br /><br />Dengan sedikit diberi petunjuk (jadi inget jaman orde baru), aku disuruh merendam cucian yang sudah menumpuk dengan air yang dicampur bubuk deterjen (yang katanya bisa mencuci sendiri; kenyataannya setelah direndam satu jam, tetap saja aku harus menyikat dan menggilasnya di papan gilas).<br /><br />Setelah direndam, aku mulai mencuci. Aku menemukan beberapa lembar rambut yang menurutku aneh bentuknya (runcing ujungnya dan ikalnya berbeda dengan rambut yang kebanyakan kulihat), yang menempel di celana dalam Bibi dan anak wanitanya. Kemudian aku juga menemukan bercak putih kekuningan di bagian dasar celana dalamnya, walau setengah mati aku menyikatnya tidak dapat hilang, hanya ada bercak darah yang hilang saat kusikat sekali saja (wah, mau mengadu ke siapa yah, kok di iklan televisi kotorannya bisa terbang ke atas dengan sendiri, ini jangankan terbang ke atas, bergeser sedikit saja nggak.)<br /><br />Setelah kusikat, kubilas dan peras, kemudian bilas lagi. Aku sangat menyukai pekerjaan yang sempurna, oleh sebab itu aku tidak ingin pekerjaan dinilai oleh Bibi tidak bersih. Satu persatu kuperiksa cucianku. Untuk baju kuperiksa bagian kerah bajunya, bersih! Untuk celana aku periksa bagian ujung bawahnya, bersih juga. Nah hanya bagian celana dalam mereka berdua saja yang tidak dapat bersih.<br /><br />Selain kulihat, aku juga mencium pakaian yang kucuci, aku tidak ingin pakaian yang kucuci bersih tetapi baunya apek. Semua pakaian baunya wangi deterjen, hanya dasar celana dalam mereka berdua yang baunya kok bisa mengalahkan wanginya deterjen. Mungkin setelah dijemur nanti akan berubah, pikirku.<br /><br />Setelah kujemur kering, kemudian kucium dasarnya.<br />"Ngapain Bud, kamu ciumin celana Bulek..?" kata Bibiku memergokin tingkah lakuku.<br />Wah jangan-jangan Bulek berpikiran macam-macam, untuk itu aku mencoba menjelaskan sejujurnya apa yang terjadi, tetapi Bibi tidak memberikan jawaban dari pertanyaanku, mengapa kok nodanya tidak dapat hilang, begitu juga baunya. Hanya saja dia bilang aku sudah bekerja dengan baik.<br /><br />Akhirnya aku tahu mengapa ada bercak darah dan 'penyakit' apa yang mereka derita. Saat aku membuang sampah, ada bungkusan koran yang mengusikku untuk membukanya. Setelah bungkusan kubuka, kok ada gulungan yang merekat seperti isolasi band. Kubuka perekatnya, nampak bagian tengahnya penuh dengan darah dan beberapa lembar bulu, bulu yang mirip kutemukan di celana waktu sebelum mencuci tadi. Kuperhatikan setiap buang sampah, minimal sekali dalam sebulan aku menemukan sampah seperti ini.<br /><br />Masalahnya bercak dan bau apakah itu? Pertanyaan ini kusimpan di benakku.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-53572236990568466392010-11-03T08:37:00.000+07:002010-11-03T08:38:48.557+07:00Diperkosa Teman SuamikuAku berasal dari kota S. Pendidikanku cukup baik, aku selalu berhasil dengan baik dalam tiap pelajaran, bahkan aku dapat lulus dari perguruan tinggi dengan IP yang sangat baik. Tetapi itu semua tidak menjamin kebahagiaan, aku dididik dengan pendidikan yang kolot, serius, sehingga aku cenderung menjadi orang yang kuper dan pendiam. Namun itu tidak menyulitkanku dalam hal perjodohan, karena banyak orang mengatakan bahwa aku cantik, dan memiliki mata yang bundar, aku tidak terlalu memahami apa yang mereka katakan, namun kebanyakan pria yang mendekatiku mengatakan hal serupa.<br /><br />Karena itulah dalam usia yang relatif muda, 21 tahun aku berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan orangnya pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku, bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk apel lagi.<br /><br />Selama beberapa tahun, hubungan kami baik-baik saja, kami dikaruniai dua orang anak, dan kami sangat berkecukupan di bidang materi. Namun kadang-kadang tidak semuanya berjalan lancar, ternyata suamiku tidak bisa lagi memberi nafkah batin kepadaku, ternyata dia mengalami problem impotensi, karena overworking. Tetapi saya tetap mencintainya karena dia jauh dari perselingkuhan dan dia sangat perhatian kepadaku.<br /><br />Walaupun dia sudah tidak dapat lagi memberiku kepuasan, namun saya tetap menahan diri dan mencoba untuk tidak berselingkuh. Semuanya berjalan dengan baik sampai akhirnya datang Roni. Dia adalah rekan bisnis suamiku sejak lama, namun aku baru sekian lama dapat berjumpa dengannya, dia seusia suamiku, menurutnya dia dan suamiku berpartner sejak mulai bekerja, kami kemudian menjadi dekat karena dia orangnya humoris.<br /><br />Dasar laki-laki tampaknya dia cukup tanggap dengan keadaan suamiku yang tidak mampu lagi memuaskan diriku sehingga akhirnya dia akan membawaku ke jurang kehancuran, aku dapat merasakan matanya yang jalang bila melihatku, terus terang saja aku merasa risih namun ada sensasi birahi dalam diriku bila dipandang seperti itu, aku tidak tahu mengapa, mungkin karena aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu, walaupun ketika masih mojang aku mempunyai banyak kenalan pria.<br /><br />Suatu saat dia menelepon dari hotelnya, dia menyuruhku menjemput suamiku yang katanya minum-minum sampai mabuk, aku ingat waktu itu masih pagi betul, memang suamiku kadang lembur sampai malam sekali, sehingga aku tidak tahu kapan dia pulang. Betapa bodohnya aku, aku menyadari suamiku tidak pernah minum alkohol, entah mengapa ajakan Roni seperti hipnotis sehingga aku tidak curiga sama sekali.<br /><br />Akhirnya aku sampai di hotel GS tempat Roni menginap, aku memasuki kamarnya dan dengan muka tak berdosa dia memaksaku untuk masuk, tanpa curiga aku cepat-cepat masuk dan mencari suamiku, namun ketika aku sadar dia tidak ada tiba-tiba mulutku dibekap dari belakang, napasku sesak sampai aku pingsan, entah apa yang terjadi selanjutnya, aku merasa ada kegelian di dadaku, seseorang mengelus-elus dan meremas-remas bagian dadaku. Pelan-pelan aku terbangun, kulihat Roni sedang memainkan payudaraku. Oh, betapa terkejutnya aku, apalagi mendapati diriku terebah di tempat tidur dengan hanya baju atasan yang sudah terbuka dan BH-ku yang sudah dibuka paksa. Aku menyuruhnya melepaskanku kudorong dorong badannya tetapi dia tak bergeming.<br /><br />Dia memegangi kedua tanganku dan menekuk kedua lenganku dan menaruhnya di samping kepalaku, sehingga aku praktis tidak bisa apa-apa, genggamannya terlalu kuat, dia tertawa kecil dan menciumi kedua puting payudaraku, aku menolak tapi entah kenapa aku merasa risih birahi. Kemudian dia memasukkan penisnya ke bagian kemaluanku, aku meringis-ringis dan berteriak, rasanya sakit sekali.<br /><br />Tetapi aku sepertinya justru menginginkannya, di tengah pergumulan itu aku menyadari bahwa penis suamiku sebenarnya terlalu kecil, aku pelan-pelan merasakan kenikmatan, dasar lelaki tampaknya Roni sangat pintar mengambil kesimpulan, aku pasrah pada kemauannya, ketika dia membalikkan badanku sampai seperti merangkak, dia sangat agresif, tetapi aku dapat mengimbanginya karena sudah lama aku tidak merasakan ini. Dia kembali menusukkan penisnya di kemaluanku dan meremas-remas payudaraku. Ahh, memang aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang bahkan suamiku sendiri tidak pernah memberikannya. Kemudian merasa tidak puas dengan baju bagian atasku yang masih menempel, dia melepaskannya, sambil kemudian membuat posisiku seperti duduk dipangku olehnya.<br /><br />Seperti kesetanan aku secara otomatis mengikuti irama kemauannya, ketika kedua tangannya memegang perutku dan menggerakkannya naik turun aku secara otomatis mempercepat dan memperlambat gerakanku secara teratur, dia tersenyum penuh kemenangan, merasa dia telah membuat ramalan yang jitu. Kurasakan dia kembali meremas-remas dadaku ketika dia merasa aku dapat mengambil inisiatif. Sungguh seperti binatang saja aku, melakukan hal semacam itu di pagi hari, di mana seharusnya aku ada di rumah mempersiapkan sarapan dan mengurus anak-anakku. Sempat kurasakan tiada selembar benangpun menempel di tubuhku kecuali celana jinsku di sebelah kanan yang belum terlepas seluruhnya, tampaknya Roni tidak sempat melepasnya karena terlalu terburu nafsu.<br /><br />Akhirnya dia menyuruhku mengambil posisi telentang lagi dan dia mengangkat dua kakiku direntangkannya kedua kakiku ke arah wajahnya dan dia mulai memainkan penisnya lagi, dan kurasa dia sangat menaruh hati kepada payudaraku, karena kemudian dia mengomentari payudaraku, menurutnya keduanya indah bagaikan mangkuk. Hmm, aku sungguh menikmatinya karena suamiku sendiri tidak pernah memberi perlakuan spesial pada kedua payudaraku ini, paling dia hanya meremas-remasnya. Tetapi apa yang dilakukan Roni benar-benar sungguh mengejutkan dan memuaskan diriku, dia menghisap putingku dan memainkannya seperti dot bayi. Hanya sebentar rasanya aku mengalami orgasme, aku merasa lelah sekali dan kehabisan nafas sampai akhirnya dia juga sampai ke situ.<br /><br />Setelah itu aku merasa sangat marah dan menyesal kudorong Roni yang masih mencoba mencumbuku, kumaki dia habis-habisan. Tampaknya dia juga menyesal, dia tidak dapat berkata apa-apa. Roni kemudian hanya duduk saja sementara aku sambil menangis memakai kembali seluruh pakaianku. Aku mencoba menenangkan diri, sampai kemudian Roni mengancamku untuk tidak mengatakan hal ini kepada suamiku, dia kembali menekankan bahwa bisnis suamiku ada di tangannya karena dia adalah pembeli mayoritas sarang burung walet suamiku. Aku membenarkannya karena suamiku pernah berkata bahwa Roni adalah koneksinya yang paling penting. Aku bingung olehnya, baru-baru ini ketika dia pulang ke kotaku, dia kembali memaksaku melakukan lagi hal serupa, bahkan dia pernah berkata bahwa suamiku sudah menyerahkan diriku padanya karena dia merasa tidak mampu lagi memuaskan diriku.<br /><br />Kapankah ini akan berakhir, dunia ini sungguh kejam.<br /><br />Christine,Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-53664825597620634452010-10-26T14:06:00.002+07:002010-10-26T14:39:23.976+07:00Perkosa Cewek Yang Sedang KKNPada pertengahan bulan Maret tahun 1990-an, desaku kedatangan sekelompok mahasiswa yang akan melakukan KKN. Mungkin karena ini adalah baru pertama kalinya desaku jadi tempat tujuan KKN sehingga penduduk desaku sangat gembira mendengar akan ada mahasiswa yang akan ikut membantu meringankan beban dalam membangun desa kami terutama kepala dusunnya.<br /><br />Kebetulan rumah tinggal yang di pinjamkan oleh kepala dusun untuk sekelompok mahasiswa itu bersebelahan dengan rumah saya, sehingga secara otomatis saya jadi dapat berkenalan dengan mereka. Mereka beranggotakan delapan orang, lima di antaranya cowok, tiga yang lainya cewek. Kebanyakan mereka bukan orang Yogya asli. Mereka ada yang berasal dari Bandung, Sumatra, dan Sulawesi, cuma satu orang yang berasal dari Yogya.<br /><br />Mereka ditugaskan oleh kepala dusun desa saya untuk membangun sebuah kamar mandi umum untuk sarana desa yang selama ini belum terbangun. Setiap hari, ketika mereka sibuk dengan pekerjaan mereka, aku selalu memperhatikan salah satu anggota cewek dari ketiga mahasiswi tersebut. Ia bernama Windy, usianya sekitar 22 tahun, lebih tua 3 tahun denganku saat itu. Tingginya sekitar 167 cm, asalnya dari Bandung. Para pembaca tahu sendiri kan kalau orang Bandung umumnya berkulit putih mulus.<br /><br />Aku selalu memperhatikan Windy karena tubuhnya yang indah dan bahenol itu, ia memakai BH yang berukuran mungkin sekitar 34 atau lebih, karena memang payudaranya sangat menonjol, apalagi saat kerja ia hanya mengenakan kaus ketat dan memakai celana gunung hanya pada bagian atasnya saja, mungkin karena panas sehingga bagian bawahnya tidak dipakainya saat bekerja, meskipun saat berdiri hanya sampai lutut, tetapi saat berjongkok atau duduk bersila, pahanya yang putih mulus itu sangat terlihat jelas dan saat berkeringat, BH-nya terlihat jelas karena tercetak terkena keringat. Aku jelas sangat tergoda dan bernafsu, apalagi di desaku jarang melihat cewek putih secantik dia.<br /><br />Suatu ketika, saat mereka sedang bekerja keras, entah mengapa Windy minta diantarkan temannya ke tempat tinggalnya yang berjarak sekitar 200 m dari tempat kerjanya, aku langsung mengikutinya karena hanya gadis itulah yang aku sukai tubuh seksinya.<br /><br />Sesampai di rumah mereka, Silvi teman Windi yang mengantarkannya, diminta Windi untuk segera kembali ke teman-temannya untuk membantu pekerjaan yang sedang mereka kerjakan agar cepat selesai. Mungkin karena kelelahan, ia langsung pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Karena rumah yang ditempatinya bukan termasuk rumah orang kaya maka kamar mandinya pun juga sederhana sekali, pintunya saja hanya terbuat dari seng yang tidak bisa tertutup rapat, bagian bawahnya terbuka sekitar 5 cm, dan bagian kanan atau kiri pintu juga mudah diintip. Aku sudah hafal dengan bentuk kamar mandi ini karena aku sering mengintip diam-diam dua anak Pak Kadus yang masih SMP dan SMU saat mereka mandi. Meskipun mereka berwajah manis tetapi masih kalah putih dan seksi dibandingkan si Windi.<br /><br />Aku masuk lewat halaman belakang karena kamar mandinya juga terletak di halaman belakang. Mungkin karena sudah merasa aman setelah pintu depan ditutup dan dikunci rapat, ia mandi dengan santai sambil menyanyi-nyanyi lagu pop Britney Spears kesukaannya. Saat aku mulai mengintip, ia sedang berjongkok untuk kencing sehingga aku mulai khawatir kalau-kalau ia melihatku sebab ia berjongkok menghadap pintu depan kamar mandi sedangkan aku mengintipnya dari bawah pintu. Tetapi untungnya ia hanya melihat ke bawah lantai.<br /><br />Saat ia kencing itulah aku merasa terangsang. Vaginanya terlihat jelas karena terbuka lebar dengan bulu-bulunya yang keriting dan lebat, dan yang paling kusukai dari dia tentunya adalah karena ia masih perawan. Aku jadi ingin merasakan bagaimana rasanya vagina cewek yang masih perawan karena selama ini aku hanya berpacaran dan berhubungan intim dengan wanita yang sudah tidak perawan dan tidak secantik dia.<br /><br />Setelah ia selesai mandi, aku ingin segera keluar dari rumah itu, tapi karena hari itu hujan, aku terpeleset saat memanjat tembok dan menyenggol pot tanaman hingga ia langsung keluar dari kamar mandi dengan hanya menutup handuk untuk melihat suara apa itu dan langsung memergokiku.<br /><br />"Loh Mas, kok disini, lagi ngapain kamu Mas?".<br />"Eh.. Emm.. Aku ee.. Lagi manjat tembok tapi kepeleset", ujarku beralasan.<br /><br />Karena sudah tak tahan melihat tubuhnya yang putih mulus dan wangi itu aku mendekatinya dan tanpa basa-basi langsung kusekap mulutnya. Dengan mudah aku dapat meringkusnya dengan mengikat tangannya karena di tempat itu terdapat banyak tali-tali tambang, dan kuseret dia ke dalam kamar tidur entah milik siapa. Di situ aku buka ikatannya dan langsung kurebut handuknya sehingga ia telanjang bulat.<br /><br />"Jangan Mas, jangan, kita kan tetangga", ia hanya dapat menangis dan memohon-mohon saat aku melepaskan semua bajuku.<br />"Emang gue pikirin, aku dah nggak tahan ngeliat tubuh seksi lu!!", bentakku.<br /><br />Pistolku yang berukuran 18 cm ini langsung tegak menodong ke arahnya. Aku langsung menubruk dia. Karena ia melakukan perlawanan terpaksa aku menampar dan sedikit mencekiknya, karena hanya dengan cara inilah ia akhirnya dapat lemas dan menyerah tanpa membuat lecet kulit putih mulusnya. Aku mulai menciumi bibir tipisnya dan menjilati wajahnya sambil meremas-remas payudara dan memelintir putingnya, lalu aku melumat payudara dan menggigiti putingnya.<br /><br />"Aah.. Aah sakit Mas!", rintihnya lalu aku mulai meletakan penisku di atas vaginanya.<br />"Jangan digituin Mas, ampun Mas", ia memohon sambil mengeluarkan air matanya.<br />"Santai aja Mbak, enak kok"<br />"Jangan Mas, jangan.. Aacchh.. Aacch.. Uucch sakit.. Ooch!!", ia menjerit kesakitan saat aku berusaha keras memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih tertutup rapat.<br /><br />Lalu kubalik posisi tubuhnya sehingga ia berlutut dan kutampar-tampar pantatnya hingga memerah, sambil kujilat-jilat pantat mulusnya.<br /><br />"Wow, pantat Mbak indah juga, bulet tapi juga sekal banget"<br /><br />Saat hampir kumasukkan penisku ke duburnya tiba-tiba pintu terbuka dan ada orang masuk. Windi tahu bahwa itu pasti temannya sehingga ia langsung berterika meminta tolong. Orang itu mendengar teriakan Windi lalu langsung menuju kamar ini hingga ia terkejut bukan main begitu juga denganku<br /><br />"Hey, sedang apa kau?"<br />"Eh.. Mm anu aku.." aku bingung menjawabnya.<br /><br />Windi sempat lega melihat salah seorang temannya datang. Teman pria Windi itu sempat ingin marah ketika Windi akan kusodomi. Tetapi ketika ia melihat kemolekan tubuh Windi, ia jadi terdiam sesaat. Mungkin ia juga terangsang, karena saat aku melihat bibirnya ia mengucapkan kata "Wow" dengan lirih secara tidak sengaja. Tanpa disangka ia lalu malah memberi suatu penawaran kepadaku.<br /><br />"Kalo lu ngasih aku bagian dari tubuh sexy ini, aku nggak bakalan ngomong ama tetangga sebelah, OK?"<br />"Oh boleh saja, kita nikmati bareng-bareng aja." tentu saja aku setuju dari pada dikeroyok masa.<br /><br />Dia langsung membuka bajunya yang sudah basah terkena hujan.<br /><br />"Loh, Rob kamu ini gimana sih, aku ini temanmu" Windi merasa kecewa ketika ia melihat temannya itu sedang mengeluarkan batang kejantanannya dari CD-nya.<br />"Iya aku juga tau lu ini temanku, tapi kan cuman teman KKN aja dan selama ini aku selalu terangsang ngeliat tubuh lu saat ngintip lu mandi, he.. he.. he", ujarnya.<br /><br />Aku langsung melanjutkan kegiatanku tadi. Saat Windi masih berdebat dengan temannya, langsung saja kumasukkan penis 18,5 cm-ku ini ke lubang duburnya.<br /><br />"Robi, kamu ini kurang aj.. Aacchh.. Aach.. Oocch!!" ia menjerit kesakitan.<br />"Ooch.. Aacch.. Yes wauw biar seret tapi enak tenan Win duburmu!!", ujarku.<br /><br />Temannya pun tak tinggal diam, ia langsung menyodorkan batang kemaluannya ke wajah Windi.<br /><br />"Nah Win entot nih kontolku, ha.. ha.. ha!!", ia memaksa membuka mulut Windi dengan menjambaknya.<br />"Please Rob, please.. mmph.. mmphh!".<br /><br />Windi merasakan siksaan sampai hampir muntah, karena memang ia belum pernah mengulum penis seseorang. Kugenjot-genjot penisku, karena aku senang jika melihat payudaranya bergoyang-goyang.<br /><br />"Aach.. Oocchh.. Yes!!".<br /><br />Akhirnya kusemprotkan cairan spermaku ke lubang duburnya. Si Robi pun ikut menyemburkan cairan kentalnya ke mulut Windi dan memaksanya untuk menelan semuanya dan menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di penisnya. Lalu kami beristirahat sebentar sambil merokok dan menonton film porno di ruang tengah. Lalu temannya yang ternyata bernama Robi itu mampir ke warung sebelah untuk membeli vitamin penambah tenaga dan obat kuat.<br /><br />Setelah 30 menit, hari masih hujan lebat sehingga teman-temannya yang lain kemungkinan masih akan lama pulangnya. Kami pun meneruskan memperkosa Windi. Ia mengira penderitaanya sudah berakhir karena saat aku menghampirinya, ia sudah memakai CD-nya kembali. Ia pun terkejut saat aku menghampirinya sehingga ia melakukan sedikit pemberontakan tapi tidak berhasil lalu langsung kutampar hingga jatuh dan Robi melepaskan kembali CD-nya.<br /><br />"Tolong sudahi saja Rob, aku sudah cape", mohonnya.<br />"Hey aku kan belum nyoba vagina lu tau!"<br /><br />Robi berbaring telentang di kasur dan mengangkat tubuh Windi dengan posisi tengkurap menghadap dirinya, dan langsung menghujamkan penisnya ke vaginanya.<br /><br />"Aacchh.. Uucchh.. Sst tolong, udah aja Rob, sakit..!", rintihnya.<br /><br />Tanpa kutunggu-tunggu, aku langsung ikut menunggangi tubuh Windi dan memasukan penisku ke vaginanya sehingga penisku dengan penis Robi bergesekan dalam satu vagina hingga lapisan klitoris Windi robek dan berdarah.<br /><br />"Aacchh.. Aacch.. Uucch.. Sstt aduuh sakit banget, toloong!!"<br /><br />Setelah sekitar 25 menit, Robi menyemprotkan spermanya dulu lalu mencabutnya, dan tubuh Windi kubalikkan telentang. Lima menit kemudian ganti aku yang menyemprotkan cairan hangat dan kentalku. Aku pun lemas dan menindih tubuh seksinya tapi tidak langsung mencabut penisku dari vaginanya. Windi pun juga sudah sangat lemas tidak berdaya.<br /><br />Karena hujan sudah mulai agak reda, Robi langsung mengeluarkan HP-nya dan memfoto bagian-bagian vital tubuh telanjang Windi untuk mengancam Windi agar tidak membuka mulut kepada siapapun. Lalu kami memakaikan bajunya. Saat kemudian 2 orang lagi temannya datang, kami terlihat sedang menonton TV bersama. Meskipun wajah Windi terlihat sedih, mereka tidak mengetahui dan tidak mempedulikannya karena memang hubungan mereka belum begitu akrab sebab mereka semua berbeda jurusan apalagi baru saling kenal beberapa hari. Tetapi beberapa hari kemudian, Windi akhirnya mengaku kepada keluarganya bahwa ia telah diperkosa oleh saya dan temannya saat KKN, sehingga kami pun ditangkap oleh polisi dan dipenjara selama 2,5 tahun.<br /><br />Setelah kejadian itu, warga desa saya menjadi trauma karena takut kejadian itu akan terulang lagi dan itu telah memperburuk nama desaku. Sejak saat itu jika ada KKN lagi, penduduk desa saya meminta para anggota KKN khususnya cewek harus berpakaian sopan dan tidak merangsang, karena pemuda di desaku memang jarang keluar desa, sehingga agak mudah terangsang jika melihat cewek cantik dengan pakaian yang sedikit menggoda.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-24674686846708157152010-10-26T13:53:00.000+07:002010-10-26T14:04:49.022+07:00Aku VS VibratorMulailah aku menjelajahi dunia maya, ditemani segelas susu panas dan teman-temannya tadi. Aku membuka mIRC, dan mencoba chatting dengan beberapa netter lain, tak lama kemudian aku akhirnya online dengan beberapa cowok, satu diantaranya menarik perhatianku, dia memakai nickname [hujanderas] yang kebetulan sama dengan keadaan diluar. Dia bilang, dia berumur 28 tahun, bekerja di salah satu Trading Company di Bandung juga, dan kebetulan belum married, walaupun terus terang aku tidak mempercayai sepenuhnya, tetapi aku menanggapinya juga, karena dia lebih sopan dibandingkan yang lain, dan dari segi bahasa yang digunakan juga menunjukkan dia (mungkin) seseorang yang 'berkelas', hal itu membuatku untuk men-disconnect cowok-cowok lainnya, dan hanya melayani chat dengan si [hujanderas] saja.<br /><br />Ternyata [hujanderas] orang yang menyenangkan juga, dan lumayan berwawasan luas, segala hal yang aku omongkan 'nyambung', hingga kadang secara tidak sadar aku senyum-senyum sendiri di depan layar monitor PC-ku, mirip orang yang tidak waras. Lumayan lama aku chatting dengannya hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4 dinihari, gelas susu panas tadi sudah lama kosong, begitu juga toast yang sudah tandas duluan, lalu akupun mulai merasakan mataku berat dan badanku penat, akhirnya setelah memutuskan untuk bertemu dengannya sore nanti, aku segera beranjak tidur.<br /><br />Aku tidur nyenyak sekali, rupanya aku benar-benar kelelahan setelah semalaman chatting dengan [hujanderas]. Aku terbangun oleh dering telepon yang terletak di meja kecil tepat di samping tempat tidurku. Dengan malas kuraih gagang telepon yang berbentuk boneka Garfield itu, seseorang menyapaku di ujung sana.<br />"Din, elo masih tidur gini hari?!" ternyata Lisa.<br />"Mmm.. elo di mana Lis..?" suaraku terdengar serak karena aku memang masih ngantuk berat.<br />"Masih di rumah Jakarta, ntar gue pulang dua hari lagi kok, udah dulu yah.. met tidur lagi deh.. hi.. hi.. hi.. 'Klik!" telepon ditutup.<br />"Sableng.." kataku dalam hati. Mataku melirik ke arah weker, "Gila, udah jam setengah satu siang.."<br />Dengan malas aku turun dari tempat tidurku, lalu kubuka tirai jendela kamarku, di luar hari sangat terang, matahari bersinar dengan cerahnya, kulihat ke bawah salah satu pembantuku yang masih muda, si Imas sedang menyiram tanaman, aku menikmati sebentar udara luar yang masuk ke kamarku, lalu aku mulai melakukan senam-senam kecil, meregangkan otot-otot tubuhku yang terasa kaku, setelah sedikit berkeringat, aku turun ke lantai bawah.<br /><br />"Selamat siang Neng Dini, mau makan apa neng..?" sapa pembantuku yang lain lagi.<br />"Tolong bikinin telur dadar pakai kornet ya Bik," pintaku.<br />"Baik Neng.."<br />Aku lalu membuka kulkas, kutuang segelas orange juice dingin dalam gelas dan meneguknya habis, lalu tak lama kemudian aku makan dengan telur dadar kornet dan sup panas sambil membaca The Jakarta Post edisi hari itu. Beberapa berita di koran membuatku berharap agar tidak ada lagi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, karena kalau hal itu terjadi maka itu bakalan menjadi suatu pekerjaan lagi bagiku di kantor.<br /><br />Selesai makan aku beranjak lagi ke atas, lalu masuk kamarku lagi, kuambil bathrobe dan towel, lalu aku mulai mandi. Entah mengapa, tiba-tiba dalam kamar mandi aku mencoba membayangkan si [hujanderas] tadi, walaupun semalam aku sudah melihat fotonya yang dikirimkan padaku, dimana dia terlihat lumayan tampan, tetapi karena aku belum melihatnya secara keseluruhan (karena fotonya hanya setengah badan) maka dalam bayanganku dia bertubuh tegap, dan atletis. Lalu dalam keadaan telanjang bulat di dalam kamar mandi, aku mulai merangsang diriku sendiri.<br /><br />Tanpa sadar tanganku mulai menggerayangi bagian-bagian sensitif sekujur tubuhku. Anganku melayang membayangkan seolah cowok itu datang memelukku, lalu menciumi tubuhku dengan mesra, hingga kurasakan tubuhku merinding, lambat namun pasti kurasakan tangannya meremas dadaku yang kenyal, jemarinya memelintir puting-putingnya dengan lembut, hingga kedua putingku mengacung keras. Aku mulai mengejang dan dia mulai berbuat lebih jauh lagi, tangannya menelusup di selangkanganku, lalu membelai lembut gumpalan daging lunak penuh bulu, menyibakkannya lalu menelusupkan tiga jarinya, menggosok dan mengucek-ngucek klitoris dalam liang kewanitaanku hingga aku makin mendesah-desah penuh kenikmatan, tubuhku mulai berkeringat sementara rongga bagian dalam kewanitaanku mulai licin, basah dan berdenyut-denyut hangat, aku makin tak tahan lagi.<br /><br />Sesaat kemudian aku segera membuka laci toilet, dan kuambil vibrator berbentuk kemaluan laki-laki berulir dengan panjang sekitar 30 cm, yang digerakkan tenaga baterai, dan segera menghidupkannya. Batangan plastik itu bergerak-gerak dan bergetar perlahan, aku lalu memasukkannya senti demi senti dalam lubang kewanitaanku dan.., "Srett.. srett..!" kubayangkan cowok itu menghunjamkan batang kejantanannya menembus dalam-dalam lubang kewanitaanku menyungkal hingga ke pangkalnya, sampai aku merasakan geli namun nikmat luar biasa, akibat gesekan dinding-dinding lubang kewanitaanku dengan permukaannya yang berulir. Kurasakan hawa hangat mulai menjalari seluruh saraf tubuhku, berpusat dari pangkal selangkanganku.<br /><br />Mulailah aku mengocok-ngocokkan batang bergetar itu keluar masuk liang kewanitaanku, hingga batang itu berlumuran lendir bening hangat kental yang berbau khas, aku sendiri makin mengerang-erang pelan, keringatku makin banyak. "Ohh.. mmhh.. sshh.. aahh.. ahh.. ouwfouwww.. hhmmhh.." Akhirnya setelah berulang kali batang itu keluar masuk dalam liang kewanitaanku, kurasakan sesuatu mendesak dari dalam tubuhku, seakan-akan ada sesuatu yang akan meledak, aku mencoba bertahan dan tanganku makin menggila mengucek-ucek liang kewanitaanku sampai-sampai sebagian lendir hangatnya meleleh, berleleran di antara paha dan pantatku. Hingga akhirnya aku tak bisa lagi menahannya dan.., "Auuhh! oohh! aahh! ouww! hehhsshh!" maka jebollah pertahananku, kurasakan sesuatu meledak dari lubang kewanitaanku, begitu nikmat menjalari seluruh saraf tubuhku, hingga kurasakan badanku melayang ringan dan seakan-akan seluruh persendian tubuhku berlolosan. Tubuhku bergetar hebat, dan mataku terpejam erat, sedang nafasku terengah-engah menikmati sensasi luar biasa. Aku mencapai klimaks.<br /><br />Dalam keheningan kamar mandiku, aku bermasturbasi gara-gara membayangkan bersetubuh dengan seseorang yang aku sama sekali belum pernah ketemu, setelah nafasku teratur, aku menyeka keringat tubuhku dengan handuk, kusimpan lagi vibrator berulir yang telah 'berjasa' itu setelah sebelumnya mencucinya bersih-bersih, dan akhirnya aku mulai benar-benar mandi. Kurasakan kesegaran luar biasa saat air hangat mengguyur tubuhku dari shower.<br /><br />Tak lama aku sudah selesai berdandan. Aku merasa seksi sekali hari itu, kukenakan hipster hitam dengan tank top dan cardigan-nya, sengaja aku hanya memoles sedikit make-up pada wajahku, setelah menyemprotkan Aqua Di Gio pada tubuhku, aku segera menyambar tas tangan Prada dan kunci kontak Honda Estillo hitamku, lalu turun ke bawah.<br /><br />"Mau pergi Neng?" tanya pembantuku yang sudah agak tua.<br />"Iya Bi, tolong si Imas suruh bukain pintu garasi!" perintahku.<br />"Jaga rumah baik-baik ya Bik, kunci semua pintu dan jendela, kalau ada orang yang nggak dikenal, jangan biarkan masuk.." sambungku lagi. Aku selalu mengingatkan pembantuku dalam hal keamanan, karena aku tinggal sendirian di rumah, dan hanya ditemani mereka berdua saja.<br /><br />Kemudian aku sudah meluncur ke arah Dago bawah, matahari sudah mulai condong ke Barat, aku ingin jalan-jalan sebentar cuci mata di Galleria BIP, melewatkan waktu sebentar sebelum jam 5 sore, dimana aku ada janji dengan si [hujanderas] nanti. Aku melihat baju-baju yang ada di gerai-gerai Galleria Matahari, coba-coba beberapa potong, dan akhirnya tanpa kurencanakan aku membeli dua potong pakaian Invio, dua botol kecil nail enamel dan satu clear mascara. Aku selalu saja tak bisa menahan nafsu belanjaku apabila sedang berjalan-jalan.<br /><br />Aku bergegas pergi saat kulihat arloji di pergelangan tanganku menunjukkan pukul lima kurang seperempat. Aku menyempatkan untuk menghubungi nomor HP si [hujanderas] dengan telepon kartu, sengaja aku tidak menghubunginya via HP-ku, karena aku tidak ingin dia mengetahui nomor HP-ku. Dia mengatakan sudah berada di Caf? itu menungguku, memberitahuku warna bajunya dan tempat duduknya, akupun mengatakan warna baju dan ciri-ciriku padanya. Lalu aku berjalan menuju Caf? Victoria yang ada di dekat pintu masuk BIP II, dan segera menemukannya duduk sendirian. Aku lalu berkenalan dengannya, dan mengambil tempat duduk di hadapannya, lalu beberapa saat kemudian aku sudah terlibat obrolan ringan dengannya, dan aku tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengetahuinya bahwa dia sangat berbeda dari bayanganku, dan berbeda pula dari semua hal yang dia telah katakan semalam dalam chatting. Aku menilainya sebagai pria yang arogan sekali, walaupun wajahnya lumayan bersih, tetapi tidak cukup tampan dan bahkan tidak mempunyai sex appeal sama sekali, untuk bisa memenuhi kriteriaku.<br /><br />Aku benar-benar kecewa, tetapi aku masih bisa bersikap wajar menghadapinya. Hingga kira-kira setelah satu setengah jam aku menghabiskan waktuku dengannya, aku meninggalkannya dengan satu alasan yang kukarang. Beruntung dia tidak berkeberatan hingga aku bisa langsung pergi tanpa meninggalkan nomor HP-ku padanya, jadi tak ada jejak yang tertinggal. "Weekend yang konyol.." aku tertawa sendiri dalam hati.<br /><br />Akhirnya sisa weekend-ku kuhabiskan dengan sendirian lagi di rumah, dari kejadian itu paling tidak aku mengambil hikmahnya, bahwa lain kali aku tidak akan pernah berharap banyak pada sesorang yang kutemui dalam cyberspace. Untuk itulah aku berbagi pengalamanku ini dengan rekan wanita lainnya, agar berhati-hati menghadapi setiap netter pria di internet, dan jangan keburu 'GR' dengan pujian dan kata-kata manis yang banyak diobral, kadang sikap santun yang tertangkap hanyalah jebakan dengan penuh muslihat dibaliknya. So, be careful girls don't do stupid things like I did.. OK?<br /><br />TAMATCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-89133222173329049812010-10-26T13:41:00.000+07:002010-10-26T13:52:28.445+07:00Ngentotin Vita si Bahenol"Teng.. teng!" aku mendengar suara gembok pagar dipukulkan ke pagar.<br />"Sebentar!" sahutku.<br />Ternyata Vita yang datang, wah senang banget ternyata dia tidak main-main.<br />"Sebentar Vit, wah sexy banget non, mau ke mana?" sambil buka kunci pagar aku nyerocos menyapa dia.<br />"Ya mau ke sini Fir. Eh, pakaianku terlalu terbuka ya?" Dia malah nanya.<br />Body yang sexy dibalut tank-top warna biru menonjolkan warna kulitnya yang putih dan tonjolan dadanya yang besar.<br />"He, kamu ngelihat apa kok gak pake bernafas..?" Dia merasa kalau mataku tidak terlepas dari arah dadanya.<br />"Ehm, eh.. gak pa pa. Silahkan masuk Vit." Aku jadi salah tingkah.<br />"Siapa Fir?" Nenekku yang ada di ruang keluarga mengeluarkan suaranya dengan nada bertanya.<br />"Vita Nek, anaknya Bu P yang tinggal di Jl. P itu lho." aku jawab saja sambil menggandeng Vita ke ruang tamu.<br />"Duduk Vit, mau minum apa?" tanyaku sambil berjalan ke dapur.<br />"Apa aja Fir, eh air putih aja deh. Oh ya jangan yang dingin ya, yang biasa saja." jawab dia.<br />"Kalau gitu kamu ambil sendiri aja. Aku mau mandi dulu, lengket nih tadi habis motong rumput di halaman belakang." sambil ngomong aku melirik kembali ke ruang tamu. Dan sempat terlihat sekilas warna putih pahanya saat Vita meluruskan kaki mau berdiri. Ada getaran asyik dan aneh setelah menyaksikan pemandangan indah itu.<br /><br />Segarnya guyuran air saat mandi menjadikan aku teringat dengan paha Vita, dan sedikit demi sedikit kemaluanku mengeras serta menimbulkan perasaan yang enak.<br />"Vita mau nggak ya aku ajak ML?" tanyaku pada diri sendiri.<br />Sambil masih berbalut handuk dari pinggang ke bawah, aku keluar menemui Vita.<br />"Fir, pakai dulu celanamu, gak sopan tuh." Nenekku nyeletuk, waduh jadi malu dan merasa salah tingkah. Tapi aku cuek saja.<br />"Iya Nek." aku jawab sekenanya sambil tetap jalan ke ruang tamu.<br /><br />Di sana Vita sudah menunggu sambil tangannya memegang segelas air putih yang diambilnya dari dispenser. Posisi duduknya menyebabkan sebagian pahanya yang putih terlihat sampai dekat bongkahan pantatnya. Aku menelan ludah, mungkin dia melihat gelagatku ini. Wah pasti deh wajahku kelihatan merah padam.<br />"Fir, ke atas yuk. Aku pingin tahu apa rumahku terlihat dari sini." pintanya.<br />"OK, tapi aku pake celana dulu ya." jawabku.<br />"Gak usah Fir, biar aja." wah dia ternyata dia gak punya pikiran aneh-aneh.<br />"Nek, aku ke atas..!" teriakku minta ijin ke Nenek.<br />"Iya. Fir, telponnya kamu bawa saja kalau-kalau nanti bapakmu telepon." sahut Nenek.<br />"Biar aja di bawah Nek, nanti kalau ada telpon Fir yang turun." sahutku lagi.<br />"Ayo Fir, cepetan. Ntar keburu malam, aku harus belajar Matematika." Vita merajuk sambil tangannya menarik lenganku yang masih membetulkan ikatan handuk. Akibatnya, handukku sedikit terbuka di bagian depan sehingga batang kemaluanku jadi terlihat oleh Vita.<br />"Hi, apa itu Fir. Kok hitam gitu, berambut lagi." celetuknya dengan ekspresi terkejut.<br />"Ini kemaluanku namanya Mr. P" jawabku sekenanya sambil membetulkan handuk.<br />Lalu kami melanjutkan perjalanan menaiki tangga ke lantai dua.<br /><br />Ruang di lantai dua sengaja aku atur tanpa menggunakan kursi, hanya meja rendah dan bundar model Jepang yang ada di tengah karpet tebal berwarna biru. Ada 4 bantal besar dengan cover bermotif oriental dengan warna biru muda yang dipakai sebagai alas duduk. Ada TV 21" dan VCD player di pojok ruang.<br /><br />"Fir, itu apaan? Kok aneh, tadi kan nggak ada?" tanyanya sambil pandangannya mengarah ke bawah perutku. Rupanya dia menyadari kalau dari tadi aku melihat ke arah dadanya, sehingga aku yang keasyikan menikmati pemandangan indah jadi terkejut.<br />"Ehm.. ini tho? Ini Mr. P yang lagi tegang, kamu pingin lihat?" jawabku sambil bertanya.<br />"Nggak deh, malu. Lagian buat apa?" dia malah balik bertanya.<br />"Kesempatan nih." pikirku.<br />"Ya biar kamu tahu bagaimana bentuk kelamin pria pada saat tegang." celetukku.<br />"Gimana ya?" dia berpikir sejenak. Lalu..<br />"OK deh. Tapi nggak ada efeknya negatifnya kan?" dia mulai terpancing.<br />"Oh ya Vit, biar asyik. Gimana kalau kita nanti gantian ngasih liat punya masing-masing. Dijamin deh, nggak bakalan ada yang dirugikan." aku mulai melancarkan seranganku.<br /><br />Matanya sedikit terbelalak ketika melihat Mr. P ku yang berukuran jumbo dengan diameter 4, 5 cm dan panjang 18 cm.<br />"Waah, gedhe banget ya. Fir, apa setiap pria berukuran segitu?" tanyanya.<br />Matanya masih menelusuri tubuhku mulai dada sampai pangkal pahaku. Nafasnya mulai sedikit cepat.<br />"Asyik nih, dia udah mulai terangsang" dalam hati aku bersorak gembira.<br />"Vit, gantian dong. Sekarang kamu yang buka baju, apa perlu aku bantu bukain baju kamu?" aku menghentikan tatapannya yang mulai bergairah.<br />"Ehm, boleh. Tapi jangan diapa-apain ya, cuman lihat aja ya." Dia berkata sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku.<br /><br />Aku tatap terus matanya lalu mulai membuka t-shirt nya ke arah atas. Pada saat t-shirtnya melintas di wajahnya dan kedua tangannya terangkat ke atas (bayangin deh, tubuhnya terbuka banget..), aku berhenti sejenak, sambil mencuri cium dadanya.<br />"Fir.! jangan ah, geli." Dia agak berteriak kaget, tapi tidak ada bagian tubuhnya yang mencoba menghentikan aksiku. Aku merasa ada lampu hijau buat meneruskan aksiku ini.<br /><br />Lalu terlepaslah t-shirt nya dan terlihatlah tubuh bagian atasnya yang terbuka dan hanya berbalut bra dengan model bikini warna putih. Payudaranya terlihat menonjol dan menantangku untuk meremasnya, tapi aku tahan keinginan itu.<br />"Wah, putih banget ya kulitmu. Jadi pingin tahu yang di dalam situ." celetukku sambil menunjuk ke arah payudaranya.<br />"Ya udah, lihat aja." sambil berkata gitu Vita melepas penutup dadanya.<br />Sekarang terpampang dengan jelas dua payudara putih dengan puting agak merah muda. Dekat sekali dengan aku, membuat aku jadi pingin meremas dan mengulumnya.<br /><br />"Sabar Fir, nanti juga dapat." dalam hati aku berkata.<br />"Fir.. ayo lanjutin buka bajunya Vita." pintanya dengan pandangan berbinar nakal.<br />Aku melanjutkan aksiku dengan memegang kedua pahanya dan menggerakkan kedua tanganku ke atas berbarengan. Sehingga roknya tersingkap ke atas sampai perut. Lalu aku raih CD-nya dan menariknya ke bawah dengan tiba-tiba.<br />"Ahh, Fir..!" Vita menjerit kecil karena tubuhnya terhuyung-huyung kebelakang. Lalu tangannya meraih pinggangku dan berpegangan agar tidak jatuh. Dan dengan tidak sengaja ujung Mr. P ku menyentuh bagian atas perutnya. Terasa sedikit geli. Vita terdiam dengan posisi masih memegang pinggangku lalu dia melepaskannya dengan tiba-tiba sambil mundur dan tangannya memegang bagian bawah perutnya yang masih terbungkus rok.<br /><br />"Hi hi, kok Vita nggak ngerasa kamu melepas CD. Pantas aja rasanya agak dingin." Dia tertawa kecil sambil berkata begitu.<br />"Hmm.. uhmm" mulut kami masih berpagutan dengan lidah saling menjilat.<br /><br />Ketika tangannya bergerak ke belakang tubuhnya, lalu terlepaslah pembungkus tubuhnya yang masih tersisa. Sekarang Vita benar-benar telanjang. Dan nafasku terasa berhenti ketika melihat kemaluannya yang punya bulu-bulu halus berbentuk segitiga. Aku menelan ludah dengan agak susah.<br />"Kenapa Fir, heran ya lihat punyaku." tiba-tiba Vita berkata mengagetkan aku yang masih terpesona dengan pemandangan di depanku.<br />"Eh, iya.. Vit, boleh aku pegang Miss V kamu?" aku memohon.<br />"Jangan Fir." Katanya sambil mendekatkan pinggangnya ke pinggangku.<br />Aneh juga, tidak mau tapi malah mendekat. Aku rasakan gesekan lembut antara Mr. P ku dengan rambut Miss V nya.<br />"Hmm.. ahh.. sshh" Vita mendesah lirih sambil memejamkan matanya.<br />"Wah kesempatan nih" pikirku.<br />Lalu aku rengkuh punggungnya dan kupagut lagi bibirnya. Dia membalas dengan penuh nafsu.<br /><br />"Ahh, jangan Fir. Aku takut hamil." rengeknya ketika aku mulai menyentuh Miss V nya.<br />"Santai aja Vit, gak bakalan hamil deh.<br />"Ya udah, Fir.. jangan kasar ya." gumamnya lirih.<br />Aku kecup lagi bibirnya sambil tangan kananku mengelus lembut bibir Miss V, sementara tangan kiri meremas lembut payudaranya bergantian kiri dan kanan.<br />"Hmm.. shh, terus Fir, enak banget. shh" Vita mulai meracau keenakan.<br />Tangannya yang sedari tadi terus memegangi pundakku mulai beraktifitas menjelajahi leher dan dadaku. Sementara itu aku kecup lembut puting sambil tangan kiriku masih mengelus daerah selangkangannya.<br />"Shhtt.. Fir.. ahhss.. terus Fir" Vita semakin keras meracau dan agaknya dia sudah hampir mencapai puncak kenikmatan.<br />"Ahh.." Sambil badannya melenting kebelakang dengan kepala mendongak Vita akhirnya mencapai kenikmatannya yang pertama.<br />"Hmmff..Fir, rasanya enak banget. Kok, kamu gak merasa apa-apa?" Tanyanya sambil memeluk leherku dan menatap mataku.<br /><br />Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat jelas kulit wajahnya yang berkeringat, dan dadanya yang masih membusung masih menempel di dadaku.<br />"Vit, kamu santai aja dulu, sambil berkata aku mulai lagi mengecup lehernya dengan lembut, lalu meniupkan nafasku ke dadanya. Hal ini membuat Vita mengerang lagi.<br />"Sst.. Fir.. eh kamu nakal ya. Lalu mulutku mulai merayap turun ke dadanya dan menjilati putingnya bergantian kiri kanan selama lebih kurang lima menit.<br />"Sst.. ahh.. hmm" Vita mulai meracau lagi. Gairahnya mulai muncul.<br /><br />Tangannya kini telah memegang Mr. P ku yang sedari tadi terus mendongakkan kepalanya. Lalu aku rebahkan Vita di atas meja. Aku beringsut mundur dan meraih kedua pahanya, lalu dengan tiba-tiba membenamkan kepalaku diantara kedua ujung pahanya.<br />"Ahh.. Fir geli.. ahh.. sstt.. ohh. Enak Fir" Vita kaget lalu mendesah nikmat.<br />Birahiku semakin menjadi mendengarnya. Mulutku menelusuri setiap inci tubuhnya yang berkulit putih dan lembut. Merayap naik dari Miss V nya sampai leher. Lalu kukecup bibirnya dengan lembut. Tangan kanan Vita mengelus-elus Mr. P ku dengan lembut.<br />"Terserah kamu fir." pelan Vita berkata.<br /><br />Setelah aku bisikkan, "Aku menginginkanmu Vit."<br />Lalu dengan lembut, aku tarik kedua kakinya sehingga menjuntai dari tepi meja, dan kakinya aku renggangkan sedikit tetapi masih menjejak karpet, sehingga Miss V nya yang sudah basah semakin menantangku. Kusentuhkan ujung kepala Mr. P ke Miss V nya, lalu aku gerakkan ke atas dan ke bawah dengan perlahan. Nikmat sekali.<br />"Hmm Fir, cepetan dimasukin, tapi pelan-pelan ya." Vita mulai memohon karena sudah tidak tahan dengan rangsangan yang aku berikan.<br /><br />Aku letakkan ujung Mr. P ku tepat di atas lubang Miss V nya, lalu dengan perlahan aku dorong. Agak susah juga, sering meleset, padahal cairan yang dikeluarkannya lumayan banyak. Aku hentikan usahaku, kudekatkan kepalaku ke Miss V nya lalu aku sedot cairan yang ada. Sekarang Miss V nya sudah agak kering.<br />"Sshh.. Fir.. geli.. ayo dong masukin.. cepet.. hmm" Vita mengerang kegelian.<br />Kucoba lagi memasukkan ujung Mr. P, sekarang berhasil. Lebih kurang 3 centimeter ujung Mr. P yang terbenam. Aku dorong dengan pelan, lalu kutarik lagi dengan pelan. Ku ulang sampai 4 kali. Hal ini membuat kepala Vita menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat.<br /><br />Lalu dengan tiba-tiba "Bles.." Mr. P ku berhasil menerobos keperawanannya.<br />"Ahh..Fir, sakit" Vita merintih.<br />"Cup.. cup.. ss" aku coba menenangkan Vita, lalu kukecup bibirnya dengan lembut.<br /><br />Mr.P masih terbenam di Miss V, sengaja tidak aku gerakkan pinggulku. Aku ingin merasakan sensasinya. Perlahan Miss V nya mulai berdenyut, dan Vita sudah tersenyum nakal. Lalu kami berpagutan dengan ganasnya. Pinggulku kudorong naik turun dengan pelan, sambil kedua tangan meremas payudaranya. Vita juga aktif mengelus punggungku dengan cepat. Sesekali didorongnya pinggulnya ke atas. Sehingga ujung Mr. P ku terasa menyentuh dinding rahimnya.<br /><br />Aktifitas ini berlangsung lebih kurang 20 menit, sampai ketika Vita menjerit tertahan sambil menggigit pundakku.<br />"Ahh.., Fir.. aku nyampai".<br />Pada saat yang sama kurasakan Mr. P ku seperti diremas-remas dan basah. Remasan yang seperti pijitan lembut menimbulkan rasa nikmat di batang Mr. P. Aku semakin mempercepat gerakan naik turun, lalu..<br />"Ahhrhh.." aku melenguh panjang menyemprotkan cairan hangat.<br />Kami berciuman mesra dengan Mr. P ku masih di dalam Miss V nya.<br />"Gila Fir, kok masih tegang" Vita kaget karena tahu kalau Mr. P ku masih tetap tegang.<br />Kami berdua tertawa lepas ketika terdengar suara nenekku memanggil.<br />"Fir, sudah hampir malam. Apa nak Vita nggak dicari ibunya?".<br />"Iya Nek, sebentar. Kami masih nonton film." sahutku sambil tersenyum ke arah Vita.<br />Vita membalas senyumku.<br />"Oh indahnya." dalam hati aku bersorak.<br />Setelah merapikan baju dan rambutnya, aku mengantar Vita pulang ke rumahnya. Semenjak itu kami jadian.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-74229296041025390462010-10-23T11:56:00.006+07:002010-10-23T12:05:16.844+07:00Ngentotian Anak MajikanAku dan Juraga<br />Pertama aku kerja dan berangkat ke kota Jember tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah juragan baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas. Juraganku sebut saja namanya Pak Beni, Ia Jajaran direksi Bank ternama di kota Jember, Ia mempunya dua Anak Perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA namanya Kristin, usianya kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka usaha sebuah toko busana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu perempuan Pak Beni namanya Bik Miatun usianya kira-kira 27 tahun.<br /><br />Teman Kristin banyak sekali setiap malam minggu selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga aku tak bisa tidur sebab harus nunggu teman Non Kristin pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga bergadang sampai pukul 04.00. Mungkin kacapekan atau memang ngantuk usai bergadang malam minggu, yang jelas pagi itu kamar Non Kristin masih terkunci dari dalam. Aku nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar Non Kristin, aku hanya ditugasi jaga rumah ketika Pak Beni dan Istrinya Pergi kerja dan merawat tamannya saja.<br /><br />Pagi itu Pak Beni dan Istrinya pamitan mau keluar kota, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aku, Bik Miatun dan Non Kristin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi Non Kristin masih belum bangun juga dan Bik Miatun sudah selesai memasak.<br />"Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci."<br />"Iya Bik!" jawabku sambil menyiram tanaman didepan rumah. Setelah Bik Miatun pergi aku mengunci pintu gerbang.<br /><br />Setelah selesai menyiram taman yang memang cukup luas aku bermaksud mematikan kran yang ada di belakang. Sesampai didepan kamar mandi aku mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar Non Kristin sedikit terbuka berarti yang mandi Non Kristin. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip. Aku mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh Non Kristin mulus dan susunya sangat kenyal, kuamati terus saat Non Kristin menyiramkan air ke tubuhnya, dengan perasaan berdegap aku masih belum beranjak dari tempatku semula. Baru pertama ini aku melihat tubuh perempuan tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi penisku yang memang sudah tegang, kulihat Non Kristin membasuh sabun keseluruh badannya aku nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku cepat-cepat pergi, sebab Non Kristin sudah selesai mandinya namun karena gugup aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan dengan kamar mandi, disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang dari tadi masih tegang.<br />Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil terus membayangkan yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aku tidak tahu kalau Bik Miatun berada didepanku. Aku baru sadar saat Bik Miatun menegurku,<br />"Ayo.. ngapain kamu."<br />Aku terkejut cepat-cepat kututup resleting celanaku, betapa malunya aku.<br />"Ng.. nggak Bik.." kataku sambil cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku lupa ngunci pintunnya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi.<br /><br />Esoknya usai aku menyiram taman, aku bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada Bik Miatun mencuci kuurungkan niat itu.<br />"Kenapa kok kembali?" tanya Bik Miatun.<br />"Ah.. enggak Bik.." jawabku sambil terus ngeloyor pergi.<br />"Lho kok nggak kenapa? Sini saja nemani Bibik mencuci, lagian kerjaanmu kan sudah selesai, bantu saya menyiramkan air ke baju yang akan dibilas," pinta Bik Miatun.<br />Akhirnya akupun menuruti permintaan Bik Miatun. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan Bik Miatun setiap mencuci baju selalu menaikkan jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku berdegap begitu cepat<br />"Begitu putihnya paha Bik Miatun ini" pikirku, lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa mengelus-ngelus paha putih Bik Miatun.<br />"Heh! kenapa melihat begitu!" pertanyaan Bik Miatun membuyarkan lamunanku<br />"Eh.. ngg.. nggak Bik" jawabku dengan gugup.<br />"Sebentar Bik, aku mau buang air besar" kataku, lalu aku segera masuk kedalam WC, tapi kali ini aku tak lupa untuk mengunci pintunya.<br /><br />Didalam WC aku hanya bisa membayangkan paha mulus Bik Miatun sambil memegangi penisku yang memang sudah menegang cuma waktu itu aku nggak merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat Bik Miatun masih asik dengan cucianya.<br />"Ngapain kamu tadi didalam Jon?" tanya Bik Miatun.<br />"Ah.. nggak Bik cuma buang air besar saja kok," jawabku sambil menyiramkan air pada cuciannya Bik Miatun.<br />"Ah yang bener? Aku tahu kok, aku tadi sempat menguntit kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin ee..nggak taunya benar," kata Bik Miatun<br />"Hah..? jadi Bibik mengintip aku?" tanyaku sambil menunduk malu.<br /><br />Tanpa banyak bicara aku langsung pergi.<br />"Lho.. kok pergi?, sini Jon belum selesai nyucinya, tenang saja Jon aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah malu sama Bibik " panggil Bik Biatun.<br />Kuurungkan niatku untuk pergi.<br />"Ngomong-ngomong gimana rasanya saat kamu melakukan seperti tadi Jon?" tanya Bik Miatun.<br />"Ah nggak Bik,"jawabku sambil malu-malu.<br />"Nggak gimana?" tanya Bik Miatun seolah-olah mau menyelidiki aku.<br />"Nggak usah diteruskan Bik aku malu."<br />"Malu sama siapa? Lha wong disini cuma kamu sama aku kok, Non Kristin juga sekolah, Pak Beny kerja?" kata Bik Miatun.<br />"Iya malu sama Bibik, sebab Bibik sudah tahu milikku," jawabku.<br />"Oalaah gitu aja kok malu, sebelum tahu milikmu aku sudah pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku dulu, enak ya?"<br />"Apanya Bik?" tanyaku<br />"Iya rasanya to..?" gurau Bik Miatun tanpa memperdulikan aku yang bingung dan malu padanya.<br />"Sini kamu.." kata Bik Miatun sambil menyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Miatun memegang penisku.<br />"Jangan Bik..!!" sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.<br /><br />Akhirnya aku hanya diam saja ketika Bik Miatun memegangi penisku yang masih didalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai menikmati pegangan tangan Bik Miatun pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan Bik Miatun. lalu Bik Miatun mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah. Penisku sudah mulai tegang dan tanpa rasa jijik Bik Miatun Jongkok dihadapanku dan menjilati penisku.<br />"Ach.. Bik.. geli," kataku sambil memegangi rambut Bik Miatun.<br /><br />Bik Miatun nggak peduli dia terus saja mengulum penisku, Bik Miatun berdiri lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tidak semuanya, kulihat pemandangan yang menyembul didepanku yang masih terbungkus kain kutang dengan ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, Bik Miatun membuka tali kutangnya dan membiarkan aku terus memegangi susu Bik Miatun, dia mendesah sambil tangannya terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu kuemut pentil Bik Miatun.<br />"Ach.. Jon.. terus Jon.."<br />Aku masih terus melakukan perintah Bik Miatun, setelah itu Bik Miatun kembali memasukkan penisku kedalam mulutnya. aku hanya bisa mendesah sambil memegangi rambut Bik Miatun.<br />"Bik aku seperti mau pipis," lalu Bik Miatun segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang basah, kulihat Bik Miatun nggak memakai celana dalam.<br />"Sini Jon..," Bik Miatun mengambil posis duduk, lalu aku mendekat.<br />"Sini.. masukkan penismu kesini." sambil tangannya menunjuk bagian selakangannya.<br /><br />Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina Bik Miatun.<br />"Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya.."<br />"Iya Bik" kuturuti permintaan Bik Miatun, lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali.<br />Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok.<br />"Jon.. gimana, tahu kan rasanya sekarang?" tanya Bik Miatun sambil membetulkan tali kancingnya.<br />"Iya Bik.."jawabku.<br /><br />Esoknya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aku selalu melakukan adegan ini dengan Bik Miatun. Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau Non Kristin pulang pagi. Saat kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan dengan Bik Miatun, Non Kristin memergoki kami.<br />" Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar! Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!"<br />Melihat Non Kristin kami gugup bingung, "Jangan Non.. ampuni kami Non," rengek Bik Miatun.<br />"Jangan laporkan kami pada tuan, Non."<br />Akupun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan Non Kristin, mungkin Non Kristin iba juga melihat rengekan kami berdua.<br />"Iya sudah jangan diulangi lagi Bik!!" bentak Non Kristin.<br />"Iy.. iya Non," jawab kami berdua.<br /><br />Esoknya seperti biasa Non Kristin selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu Bik Miatun juga sedang belanja sedang Pak Beny dan Istrinya ke Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar Non Kristin memanggilku,<br />"Joon!! Cepat sini!!" teriaknya.<br />"Iya Non," akupun bergegas kebelakang tapi aku tidak menemukan Non Kristin.<br />"Non.. Non Kristin," panggilku sambil mencari Non Kristin.<br />"Tolong ambilkan handuk dikamarku! Aku tadi lupa nggak membawa," teriak Non Kristin yang ternyata berada di dalam kamar mandi.<br />"Iya Non."<br />Akupun pergi mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya "Ini Non handuknya," kataku sambil menunggu diluar.<br />"Mana cepat.."<br />"Iya Non, tapi.."<br />"Tapi apa!! Pintunya dikunci.."<br /><br />Aku bingung gimana cara memberikan handuk ini pada Non Kristin yang ada didalam? Belum sempat aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku terkejut hampir tidak percaya Non Kristin telanjang bulat didepanku.<br />"Mana handuknya," pinta Non Kristin.<br />"I.. ini Non," kuberikan handuk itu pada Non Kristin.<br />"Kamu sudah mandi?" tanya Non Kristin sambil mengambil handuk yang kuberikan.<br />"Be..belum Non."<br />"Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama aku," kata Non Kristin.<br /><br />Belum sempat aku terkejut akan ucapan Non Kristin, tiba-tiba aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan Non Kristin, aku hanya bengong ketika Non Kristin melucuti kancing bajuku dan membuka celanaku, aku baru sadar ketika Non Kristin memegang milikku yang berharga.<br />"Non..," sergahku.<br />"Sudah ikuti saja perintahku, kalau tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan Bik Miatun pada papa," ancamnya.<br /><br />Aku nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu perbuatan Non Kristin mengundang birahiku, sambil tangan Non Kristin bergerilya di bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman yang lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Kristin yang singsat dan padat. Non Kristin mendesah, "Augh.."<br />Kuciumi, lalu aku tertuju pada selakangan Non Kristin, kulihat bukit kecil diantara paha Non Kristin yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk memegangnya. Non Kristin diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara selakangan Non Kristin.<br />"Sebentar Jon..," kata Non Kristin, lalu Non Kristin mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki dilebarkan, ternyata Non Kristin memberi kelaluasaan padaku untuk terus menciumi vaginanya.<br /><br />Melihat kesempatan itu tak kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm vaginanya.<br />"Augh.. Jon.. Jon," erangan Non Kristin, aku merasakan ada cairan yang mengalir dari dalam vagina Non Kristin. Melihat erangan Non Kristin kulepaskan ciuman bibirku pada vagina Non Kristin, seperti yang diajarkan Bik Miatun kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non Kristin. Non Kristin semakin mendesah, "Ugh Jon.. terus Jon..," desah Non kristin. Lalu kuarahkan penisku pada vagina Non Kristin.<br />Bless.. bless.. Batangku dengan mudah masuk kedalam vagina Non Kristin, ternyata Non Kristin sudah nggak perawan, kata Bik Miatun seorang dikatakan perawan kalau pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan penisku ke dalam vagina Non Kristin tidak kutemukan darah.<br /><br />Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti yang pernah kulakukan pada Bik Miatun sebelumnya. "Non.. aku.. mau keluar Non."<br />"Keluarkan saja didalam Jon.."<br />"Aggh.. Non."<br />"Jon.. terus Jon.."<br />Saat aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang penisku kedalam vagina Non Kristin, lalu gerkkanku semakin cepat dan cepat.<br />"Ough.. terus.. Jon.."<br />Kulihat Non Kristin menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyemprot ke penisku saat itu juga aku juga merasakan ada yang keluar dari penisku nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berangkulan keringat tubuh kami bersatu, lalu Non Kristin menciumku.<br />"Terima kasih Jon kamu hebat," bisik Non Kristin.<br />"Tapi aku takut Non," kataku.<br />"Apa yang kamu takutkan, aku puas, kamu jangan takut, aku nggak akan bilang sama papa" kata Non Kristin. Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa dan gurauan kepuasan.<br /><br />Sejak saat itu setiap hari aku harus melayani dua wanita, kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Miatun, maka aku melakukannya dengan Bik Miatun. Sedang setiap Minggu aku harus melayani Non Kristin, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang Non Kristin mencariku di luar rumah tempat aku jaga dan di situ kami melakukannya.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-31845573738358944862010-10-23T11:46:00.001+07:002010-10-23T11:54:09.289+07:00Ngentotin dua BersaudaraSeperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan akupun menutup pintu kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang ujian akhir.<br /><br />Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar mandi.<br /><br />"Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi.<br /><br />Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan.<br /><br />"Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku akan.<br />"Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki." Rayuku.<br /><br />Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.<br /><br />"Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku".<br /><br />Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.<br /><br />"Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi". Akupun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka.<br /><br />Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Silvi, kakak Evi, yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathropenya.<br /><br />Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Evi, karena aku belum pernah menyentuhnya.<br /><br />"Evi sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan" Kata Silvi sambil memainkan tali bathrope-nya.<br />"Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku"<br />"Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi" Kataku sambil mataku memandang wajah Silvi.<br /><br />Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Silvi boleh mendapat angka 8 hingga 8,5.<br /><br />"Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?" Tanya Silvi memancingku.<br />"Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih" Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat menggoda.<br />"Kamu sudah lama make love dengan Evi, Ren?" Tanya Silvi ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya.<br />"Tubuh Mbak harum sekali", kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.<br /><br />Silvi menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Silvi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Silvi semakin hangat.<br /><br />Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya.<br /><br />Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun.<br /><br />Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.<br /><br />"Hh" Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya.<br /><br />Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya.<br /><br />Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Silvi. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya.<br /><br />"Elus dong Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren" Ucapnya sambil mendesah.<br /><br />Bibir vagina Silvi sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Silvi, dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya.<br /><br />"Ahh, terus Ren", Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakn basah.<br />"Ohh Ren enak sekali Ren", desah Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat.<br /><br />Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat membuatku semakin terangsang.<br /><br />"Ahh Ren", Silvi pun merapatkan kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah.<br /><br />Remasan tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur.<br /><br />Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.<br /><br />Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali.<br /><br />"Ahh Ren, enak Ren", racau Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang hebat.<br /><br />"Terus Ren", desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi pun menalami orgasme yang kedua.<br /><br />"Ahh Ren, aku keluar Ren", aku pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Silvi yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.<br /><br />Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan.<br /><br />"Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi" Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami.<br /><br />Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Silvi bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Silvi dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok.<br /><br />Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku.<br /><br />"Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali sayang" Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.<br /><br />"Ahh.." desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur.<br /><br />Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat.<br /><br />Goyangan Silvi pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Silvi yang semakin liar.<br /><br />"Ren.. Kamu hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu besar keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren.." begitu racau Silvi di sela kenikmatannya.<br /><br />Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak dari Evi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku.<br /><br />"Mbak aku mau keluar Mbak" Kataku.<br />"Di dalam aja Ren biar enak" desah Silvi sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun.<br />"Ahh" Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya.<br /><br />Tangan Silvi menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Silvi. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.<br /><br />"Kamu hebat Ren, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya" Kata Silvi.<br />"Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi." Ucapku.<br />"Memang vagina Evi enggak" senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya.<br />"Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Evi" jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin melanjutkan lagi pikirku.<br />"Penis kamu masih keras Ren?" tanya Silvi sambil memutar pinggulnya.<br />"Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku<br />"Mau tapi Mbak diatas ya" Kata Silvi.<br />"Cabut dulu Ren"<br /><br />Setelah dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan mencium penisku, Silvi mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi yang harum membuatku melupakan Evi sementara waktu.<br /><br />Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Silvi, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Evi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-44705118414408391182010-10-23T11:46:00.000+07:002010-10-23T11:54:07.892+07:00Ngentotin dua BersaudaraSeperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan akupun menutup pintu kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang ujian akhir.<br /><br />Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar mandi.<br /><br />"Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi.<br /><br />Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan.<br /><br />"Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku akan.<br />"Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki." Rayuku.<br /><br />Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.<br /><br />"Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku".<br /><br />Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.<br /><br />"Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi". Akupun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka.<br /><br />Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Silvi, kakak Evi, yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathropenya.<br /><br />Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Evi, karena aku belum pernah menyentuhnya.<br /><br />"Evi sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan" Kata Silvi sambil memainkan tali bathrope-nya.<br />"Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku"<br />"Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi" Kataku sambil mataku memandang wajah Silvi.<br /><br />Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Silvi boleh mendapat angka 8 hingga 8,5.<br /><br />"Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?" Tanya Silvi memancingku.<br />"Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih" Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat menggoda.<br />"Kamu sudah lama make love dengan Evi, Ren?" Tanya Silvi ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya.<br />"Tubuh Mbak harum sekali", kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.<br /><br />Silvi menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Silvi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Silvi semakin hangat.<br /><br />Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya.<br /><br />Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun.<br /><br />Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.<br /><br />"Hh" Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya.<br /><br />Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya.<br /><br />Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Silvi. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya.<br /><br />"Elus dong Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren" Ucapnya sambil mendesah.<br /><br />Bibir vagina Silvi sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Silvi, dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya.<br /><br />"Ahh, terus Ren", Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakn basah.<br />"Ohh Ren enak sekali Ren", desah Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat.<br /><br />Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat membuatku semakin terangsang.<br /><br />"Ahh Ren", Silvi pun merapatkan kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah.<br /><br />Remasan tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur.<br /><br />Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.<br /><br />Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali.<br /><br />"Ahh Ren, enak Ren", racau Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang hebat.<br /><br />"Terus Ren", desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi pun menalami orgasme yang kedua.<br /><br />"Ahh Ren, aku keluar Ren", aku pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Silvi yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.<br /><br />Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan.<br /><br />"Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi" Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami.<br /><br />Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Silvi bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Silvi dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok.<br /><br />Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku.<br /><br />"Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali sayang" Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.<br /><br />"Ahh.." desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur.<br /><br />Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat.<br /><br />Goyangan Silvi pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Silvi yang semakin liar.<br /><br />"Ren.. Kamu hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu besar keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren.." begitu racau Silvi di sela kenikmatannya.<br /><br />Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak dari Evi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku.<br /><br />"Mbak aku mau keluar Mbak" Kataku.<br />"Di dalam aja Ren biar enak" desah Silvi sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun.<br />"Ahh" Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya.<br /><br />Tangan Silvi menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Silvi. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.<br /><br />"Kamu hebat Ren, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya" Kata Silvi.<br />"Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi." Ucapku.<br />"Memang vagina Evi enggak" senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya.<br />"Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Evi" jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin melanjutkan lagi pikirku.<br />"Penis kamu masih keras Ren?" tanya Silvi sambil memutar pinggulnya.<br />"Masih, Mbak masih mau lagi?" tanyaku<br />"Mau tapi Mbak diatas ya" Kata Silvi.<br />"Cabut dulu Ren"<br /><br />Setelah dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan mencium penisku, Silvi mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi yang harum membuatku melupakan Evi sementara waktu.<br /><br />Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Silvi, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Evi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-35654832109463643952010-10-23T11:37:00.000+07:002010-10-23T11:46:32.160+07:00Barter Pasangan NgentotSingkat cerita kami berangkat dengan mobil Vitaraku sesampainya di Puncak kami menginap di Villaku. Kami beristirahat sebentar lalu malamnya kami berputar-putar mencari angin. Di dalam mobil Sandy berpelukan dengan Lisa di belakang.<br />"San kamu kok sudah nggak sabar sih kan malam masih panjang" kataku.<br />"Habis dingin banget nih" jawabnya. Dengan kaca spionku aku dapat melihat dengan jelas mereka berciuman dan tangan Sandy bergerilya di sekitar dada Lisa, wah tegang aku jadinya melihat mereka dan Lisa tampak sangat cantik malam ini.<br />"San kalau kamu gitu aku jadi nggak tahan lho.." kata Olga.<br />"Kamu duduk belakang sekalian aja", jawab Lisa.<br />"Edan keenakan Sandy dong", jawabku.<br />"Nggak apa-apa to Ric kan sama temen kok dianggap sama orang lain", jawab Sandy.<br />"Boleh khan yang", tanya Olga.<br />"Terserah kamu aja jika pingin nyoba sana pindah" jawabku, lalu Olga langsung pindah ke belakang. Sandy jadi duduk di tengah, dia mencium Olga dan Lisa bergantian.<br />"Nanti sesampai di Villa ganti aku nyoba Lisa ya..", tanyaku.<br />"Boleh", sahut mereka serempak.<br /><br />Karena sudah tidak tahan aku putar mobilku dan langsung kembali ke villa. Aku langsung rangkul Lisa dan aku ciumi, aku lakukan itu di ruang tengah, sedang Olga dan Sandy nonton TV.<br />"Ric yuk kita main berempat di kamar aja" ajak Sandy.<br />"OK, aku dan Lisa sih pasti mau-mau aja cuman Olga apa mau jika kamu ikut? sebab kamu kan jelek, gantengan aku?".<br />"Ngejek ya aku sih malah takut jika Olga nanti ketagihan sama pelerku".<br />Lalu kami berempat mulai masuk ke kamar utama. Kami berempat lalu telanjang bulat.<br /><br />Pertama-tama kami ciuman aku dengan Lisa sedang Olga dengan Sandy. Kita sih sudah sering melakukan hubungan seks tapi kalau berganti pasangan dan main secara bersama sih baru kali ini. Aku lirik si Olga dia sudah mulai mengisap penis Sandy, sedang Sandy merem-melek keenakan. Aku sedang mainin clitoris Lisa dengan lidahku dia sangat terangsang kelihatannya.<br />Lalu aku ganti diisep oleh Lisa. Kalau isapannya sih enakan isapan Olga, si Lisa kurang pengalaman kali.<br />"Mari kita main bareng", ajakku.<br /><br />Lalu kita berempat tiduran di karpet si Lisa mengisap penisku dan aku mainin vagina Olga dengan mulutku, sedang Sandy diisap Olga dan Sandy mainin vagina Lisa. Kami main posisi begitu dengan berganti-ganti pasangan.<br /><br />Setelah puas aku main dengan lisa, vaginanya aku masukin penisku, penisku lebih besar dari punya sandy cuman kalah panjang. Vaginanya sih lebih nikmat punya Lisa sebab lebih kecil ukurannya dan tidak terlalu becek jadi lebih nikmat rasanya.<br /><br />Kami main berganti posisi dan juga berganti pasangan. Setelah puas aku dan Sandy keluarin di mulut pacar masing-masing. Dan malam itu aku tidur dengan Lisa dan Olga tidur dengan Sandy.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-25729641348202881652010-10-23T07:16:00.003+07:002010-10-23T11:36:52.727+07:00Nikmatnya Ngentot Dengan MertuaIni berawal saat ibunya sakit dan harus masuk rumah sakit dan Paul harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting. Paul tadinya tak setuju saat Emma meminta papanya, Jack, agar menginap di rumah mereka untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit, mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.<br /><br />Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu papanya ada 'perasaan lain' pada Emma istrinya. Emma merasa sangat marah pada Paul, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu. Bukan hanya kali ini Paul meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya.. Dan dia tahu dia akan membuat Paul membayar sikapnya yang menjengkelkan itu.<br /><br />Ketika itu terjadi, Jack tiba pada hari sebelum Paul terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya. Dia tidak membiarkan kedatangan Jack mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan papanya bersama Emma tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Emma harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Jack dengan secangkir teh yang menyenangkan..<br /><br />Dia bisa katakan dari perhatian Jack yang ditunjukkannya pada kunjungan itu. Mata Jack berbinar saat dia tahu Paul akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Emma sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Emma sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Emma, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.<br /><br />Emma tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.<br /><br />Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Emma menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.<br /><br />"Aku harus pergi dan mandi.. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti".<br />"Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan."<br /><br />Emma mau tak mau nanti akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Jack pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya.<br /><br />Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Paul bisa protes padanya jika dia ingin. Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu 'intim' saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Emma meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.<br /><br />"Aku menemukan salah satu jubah mandi Paul untuk Papa" dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya. Di dalam cahaya yang remang-remang Emma dapat melihat pantatnya yang atletis.<br /><br />Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Dan setelah dua gelas wine lagi, Emma tahu dia akan mendorong 'keinginan' manapun yang Jack ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Paul, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya. Mau tak mau Emma meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Jack sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Emma yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi. Jack akan dikejutkan nantinya jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar..<br /><br />Besok adalah hari ulang tahun Emma, dan Paul lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Emma kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang. Kenyataannya bahwa Jack tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.<br /><br />"Oh Papa.. Papa seharusnya tidak perlu.. Ini indah sekali"<br />"Tentu saja aku harus.. Tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik cintaku.. Sini biarku kupasangkan untukmu"<br />"Ohh Papa!"<br /><br />Emma merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya. Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Jack tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Emma yang menyenangkan.<br /><br />"Oh.. Apa rantainya kepanjangan?" ia berharap, menatap kalung yang melingkar di atas dada lezatnya.<br />"Tidak Pa.. Ini menyenangkan" dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.<br />"Oh terima kasih banyak.."<br /><br />Emma menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Jack menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua.<br /><br />"Selamat ulang tahun sayang" katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.<br />"Oh terimakasih Papa"<br /><br />Emma menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya 'bermalas-malasan' terhadapnya. Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Paul meneleponnya untuk mengucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Paul ingin bicara pada papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal. Mata Emma tertuju pada Jack saat dia menenteramkan hati putranya di telepon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun..<br /><br />"Aku sangat suka ini Pa.." Emma tersenyum ketika telepon dari Paul berakhir. Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.<br />"Apa kamu pikir ini cocok untukku?"<br />"Mm oh ya.." dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezatnya, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.<br /><br />Emma secara terbuka mempresentasikan payudaranya untuk kekasihnya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.<br /><br />"Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya" dia tersenyum.<br /><br />Nafas Emma yang memburu adalah nyata ketika tangan kekasihnya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat kekasihnya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang. Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti.<br /><br />Emma bisa melihatnya sekarang kalau 'pertunjukannya' yang nakal telah memberi efek pada gairah kekasihnya. Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan kekasihnya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.<br /><br />"Kamu sudah cukup merayuku.. Kamu nakal!" Emma tersenyum pada kata-kata terakhirnya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan itu berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain. Emma merasa tali jubahnya mengendur, dan Jack segera merasakan hal yang sama.<br /><br />"Oh Jack.. Kita tidak boleh" dia menjauh dari kekasihnya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.<br /><br />"Ohh Emma.. Aku tahu.. Tapi kita harus" dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaannya yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya. Detak jantung Emma bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolannya menghentak lebih tinggi ke udara saat kekasihnya memandang bagian paling intimnya.<br /><br />"Oh Jack sayang.." desahnya pelan saat kekasihnya memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolannya yang sangat besar di bagian bawahnya. Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang.. Dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.<br /><br />"Emma cintaku.. Betapa lamanya aku menginginkanmu.." katanya saat ia menggapai paha Emma.<br />"Oh Jack.. Seandainya aku tahu.. Setiap kali Paul bercinta denganku aku membayangkan itu adalah kamu yang di dalamku.. Papa termanis.. Apakah aku terlalu jahat untuk katakan hal seperti itu?"<br />"Tidak kekasihku.." jawabnya, mencium lehernya dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi untuk agar tangannya dapat memegang payudaranya. Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu..<br />"Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?"<br />"Oh Jack.. Ya.. Papa" erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penisnya.<br />"Aku sangat menginginkannya"<br />"Oh Emma.. Kekasihku, apakah ini yang kamu ingin?" dia mengerang, memegang jarinya di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.<br />"Oh ya Papa.. Penismu.. Aku ingin penis Papa di dalamku"<br />"Sayangku yang manis.. Apa kamu menginginkannya di sini?" kekasihnya melenguh, menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah itu, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat. Emma hampir merintih ketika dia menatap mata kekasihnya.<br />"Mm penis Papa di dalam vaginaku"<br />"Ahh anak manisku tercinta" Emma menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanannya yang terbakar, membuat kekasihnya merasa ngeri dengan kegembiraan.<br />"Kamu ingin jadi nakal kan Pa.. Kamu ingin orgasme di dalamku" Emma menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakarnya yang membengkak.<br /><br />Sekarang adalah giliran kekasihnya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan.<br /><br />"Kamu ingin meletakkan spermamu di dalam istri putramu.. Kamu ingin melakukan itu di dalam vagina gadis kecilmu"<br /><br />Dia hampir menembakkannya bahkan waktu Emma menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Emma, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.<br /><br />"Dan kamu ingin benih Papa di dalam kandunganmu kan.. Dalam kandunganmu yang dahaga.. Membuat seorang bayi kecil di dalam kandungan suburmu" dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya.. Emma telah memimpikan kekasihnya memberinya seorang anak, Emma gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan kekasihnya diselipkan di dalam saluran basahnya.<br /><br />"Papa.. Oh ya.. Ya.. Tolong.. Aku sangat menginginkannya.."<br /><br />Paul belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu.. Emma tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa. Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis.<br /><br />Emma membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berototnya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah. Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan antisipasi, pada pikiran bahwa dia menginginkan dirinya.. Bahwa seluruh gairah Emma akan terpenuhi dengan segera.<br /><br />"Oh gadis manisku yang jahat" lenguhnya saat bibir Emma menggodanya.<br />"Aku akan pergi sebentar" dia tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.<br />"Jangan pergi" Emma melangkah ke lantai atas, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya.<br /><br />Emma tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Emma mengenal bagaimana kebiasaanya. Jantung Emma dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia.. Pada Papa mertuanya.. Telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada kekasihnya.<br /><br />Ketika dia mendengar langkah kaki Emma pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan sekarang berlutut di atas permadani di depan perapian, menghadapinya ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian. Emma berlutut di depannya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Matanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Emma berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah penggemarnya. Kekasihnya mengelus payudaranya dan menggoda puting susunya yang gemuk itu.<br /><br />"Aku sudah siap Pa.. Malam ini seutuhnya milikmu"<br />"Emma sayang, kamu indah sekali.." kekasihnya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.<br />"Oh Papa.. Kumohon. Aku sangat menginginkannya.. Aku ingin benihmu di dalamku"<br />"Sepanjang malam cintaku.." kekasihnya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Emma.<br />"Kita berbagi tiap momen"<br /><br />Emma rebahan pada punggungnya, melebarkan lututnya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.<br /><br />"Ohh mm Papa sayang.." Emma melenguh saat jari kekasihnya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.<br />"Mm betapa aku sangat memuja perempuan kecilku.." Kekasihnya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.<br />"Ohh Papa.. Rasakan bagaimana basahnya aku untukmu"<br />"Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis Papa? Mm penis Papa di dalam vagina panas gadis kecilnya.. Penis besar Papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah.." kata-katanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak di antara pahanya, tongkatnya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya.<br />"Setubuhi aku Pa.. Masukkan penismu ke dalamku"<br />"Sayang.. Emma yang nakal.. Buka vaginamu untuk penis Papa" tangan mereka memandu, kejantanannya membelah masuk kewanitaannya.<br />"Papa.. Yang besar.. Itu penuh untukku kan?"<br />"Ya putriku manis.. Sperma yang penuh untuk kandunganmu.. Apa kamu akan membuat Papa melakukan itu di dalam tubuhmu?"<br />"Ahh ya Papa.. Aku akan membuatmu menembakkannya semua ke dalam tubuhku.. Ahh ahh ahh"<br /><br />Emma mulai menggerakkan pinggangnya.. Takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.<br /><br />"Papa akan menembakkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur.. Sperma Papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Emma sayang" tangan kekasihnya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap kekasihnya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya.. Memberinya hadiah yang sangat berharga.<br /><br />Penis besarnya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat.. Membayangkan waktunya akan segera datang.. Memancar dari kekasihnya.. Berenang di dalam dirinya.. Membuatnya mengandung anaknya. Dia menggelinjang saat kekasihnya menyusu pada puting susunya yang diremas keras, tangan besarnya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang.<br /><br />"Ohh Papa.. Penis besarmu membuatku orgasme.. Oohh" dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya. Kekasihnya menghentak lebih cepat, meremas pantatnya untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya.. Momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata kekasihnya.<br /><br />"Emma sayang.. Papa juga keluar.."<br />"Mm shh" Emma memperlambat gerakan kekasihnya, menenangkannya ketika waktunya datang..<br />"Aku ingin menahanmu saat kamu keluar.. Saat kamu memompa benihmu ke dalam tubuhku"<br />"Oh sayang.. Ya gadis manisku.. Tahan aku saat kukeluarkan spermaku ke dalam kandunganmu"<br /><br />Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penisnya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan. Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Emma membanjiri kekasihnya kala kekasihnya menyembur dengan deras ke dalamnya. Punggung Emma melengkung, mencengkeram penisnya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya. Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya..<br /><br />"Ohh Ohh aahh.. Papa melakukannya.. Isi aku.. Aahh" jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara.<br />"Oh Tuhan, Emma.. Aku sangat menginginkanmu.."<br /><br />Dan untuk beberapa hari ke depan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen itu..Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-21776720261839485942010-10-19T17:13:00.002+07:002010-10-19T17:16:02.116+07:00Birahi Anak Kost<span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 255, 0);">Birahi Anak Kost</span><br /><br />Kisah ini bermula ketika aku mencari tempat kost di daerah sekitar kampus. Setelah<br />sekian lama berputar-putar, akhirnya sampailah aku di suatu rumah. Lokasinya enak,<br />sejuk dan rindang. Dalam hati aku menjadikan rumah ini sebagai kost cadangan<br />seandainya aku tidak mendapatkan tempat kost. Setelah ngobrol dengan ibu kost tentang<br />masalah harga, datanglah anak ibu kost yang nomor 3, namanya Mbak Desi (itu<br />kuketahui setelah aku kost di situ).<br /><br />Pertama melihat Mbak Desi aku langsung bergetar, gila cantik sekali. Sempat terselip<br />di benakku untuk berhubungan badan dengannya tapi perasaan itu langsung kusingkirkan sebab di depanku ada ibunya, jadi aku berpura-pura manis dan tersenyum<br />pada Mbak Desi.<br /><br />Setelah sekian lama, akhirnya aku kost di situ. Dan hari-hariku kusempatkan mencuri<br />perhatian ke Mbak Desi, tiap kali kupandangi dia makin kelihatan inner<br />beauty-nya. Begitu cantik dan tidak bosan-bosan dipandang.<br /><br />Dan yang membuatku semangat untuk mengejarnya adalah dia juga memberi respon atas<br />kerlingan-kerlingan mataku dan tingkahku. Walaupun dia sudah bersuami dan<br />mempunyai anak satu, tapi keindahan tubuhnya masih kelihatan, ini terbayang dari baju<br />tidur yang dia kenakan tiap pagi, tipis dan tembus pandang, jadi kalau Mbak Desi<br />berjalan aku selalu ada saja acara untuk mengikutinya entah mandi, ke belakang atau<br />entah apa saja yang dia lakukan. Dan sesekali kalau rumah sedang sepi, aku berjalan di<br />belakangnya sambil mengocok batang kemaluanku yang selalu tegang bila melihat dia<br />sambil berimajinasi berhubungan badan dengan Mbak Desi.<br /><br />Ini kulakukan beberapa kali, sampai suatu saat ketika aku sedang mengocok batang<br />kemaluanku, tiba-tiba Mbak Desi berbalik dan berkata, "Entar kalau udah keluar di lap<br />ya..." tentu saja aku jadi belingsatan, tapi aku cepat menguasai situasi, dengan berterus<br />terang sama Mbak Desi, "Entar Mbak, tanggung nich..." dan aku pun makin<br />mempercepat kocokanku dengan harapan aku semprotkan di perut Mbak Desi, sebab<br />waktu itu Mbak Desi berbalik dan berhadap-hadapan denganku. Dan tanpa di sangka<br />Mbak Desi membungkuk dan mengulum batang kemaluanku, tentu saja aku makin<br />terangsang oleh sentuhan-sentuhan lidah Mbak Desi, tampak Mbak Desi mengulum<br />dengan penuh nafsu diiringi oleh sedotan-sedotan dan gigitan kecilnya, sesaat kemudian<br />kemaluanku mulai berdenyut dan makin menegang keras.<br /><br />"Terus Mbak... oh.. oh.. oh... enak Mbak..." bagaikan melayang di awan kepalaku mulai<br />berkunang-kunang, dan Mbak Desi pun sepertinya tahu situasi saat itu, dia pun mulai<br />mengocok dengan tangannya dengan irama cepat.<br />"Ooh.. Mbak.. Mbak.. aku mau keluar Mbak... oh.. oh.. oh... sshh.. shh.. ah..." Crott...<br />croott... keluarlah air maniku banyak sekali membasahi bibirnya berkilat-kilat diterpa<br />sinar lampu dapur. Dan tanpa pikir panjang aku langsung mengulum bibirnya yang masih<br />dipenuhi spermaku, sambil aku bergerilya di sepanjang dadanya, yang kira-kira<br />berukuran 36. Setelah beberapa saat dia mulai mengendurkan ciumannya dan berkata,<br />"Sekarang bukan waktunya Dik..." Kejadian di dapur itu selalu teringat olehku dan selalu<br />menjadi imajinasiku.<br /><br />Hari berikutnya aku makin sering menggoda dia, tanpa sepengetahuan suaminya. Suatu<br />saat suaminya ada keperluan keluar kota, saat itulah yang kutunggu-tunggu untuk iseng<br />mengajaknya jalan, dengan alasan ingin diantar ke Cihampelas membeli baju. Mbak Desi<br />pun mau, jadilah aku keluar bersama dia. Di tengah perjalanan aku ngobrol dengannya,<br />mengorek tentang rumah tangganya terutama masalah kehidupan seksualnya. Ternyata<br />dia saat itu sedang suntuk di rumah dan ingin main keluar, langsung saja kusambut<br />kesempatan itu, kuajak dia main ke daerah pegunungan di Lembang.<br /><br />Di sana dingin sekali, dan aku mulai memberanikan diri memegang tangan dan pahanya.<br />Sambil menggodanya, "Mbak dingin-dingin gini enaknya apa ya..." kataku.<br />"Ee... apa ya..." katanya.<br />"Kita sewa hotel aja yuuk.. Mbak Desi kedinginan nich..." katanya lagi.<br />Sebuah permintaan yang membuatku deg-degan, langsung saja kubelokkan ke sebuah<br />hotel yang kelas Rp 50.000-an,<br />"Gimana Mbak, udah anget belum..." tanyaku di dalam kamar.<br />"Anget gimana? tidak ada yang memeluk kok anget..." jawab dia.<br />"Bener nich..." kataku.<br /><br />Langsung saja kudekati dia dan tanpa canggung lagi aku mulai mencium bibirnya, dan<br />dia pun membalas, ternyata dia begitu mudah terangsang oleh ciumanku yang langsung<br />kuteruskan dengan menjilati leher disertai dengan gigitan kecil. Aku pun mulai bergerilya<br />dengan menelusupkan tanganku di balik kaosnya. Busyet, dia tidak memakai BH di<br />payudara yang berukuran 36B. Aku buka kaosnya dan tampaklah sebuah gundukan 36B<br />dengan puting yang merah kecoklatan. Begitu bersih dan putih tubuhnya, kujilati leher<br />dan pelan-pelan turun ke dadanya. Mbak Desi pun melengus perlahan sambil mengacak-<br />acak rambutku. Hingga sampai saat aku melingkar-lingkarkan lidahku di seputar puting<br />susunya, dia makin keras melenguh, hal itu makin membuat nafsuku memuncak, "Iseep...<br />Dik... iseepp... terusss... aahh..." Kusedot putingnya dan saking memuncaknya nafsuku,<br />kugigit putingnya, dia semakin menggila mendesah-desah tak karuan.<br /><br />Perlahan-lahan aku memasukkan tanganku di balik celana jeansnya. Oh, begitu lembut<br />bulu kemaluannya disertai dengan basahnya bibir kemaluannya. Kulepas baju dan<br />celananya sampai keadaan telanjang bulat, begitu mulus tubuhnya, sejenak kupandangi<br />tubuhnya dengan tertegun, lalu aku gantian melepas semua baju dan celanaku hingga<br />kami berdua telanjang bulat tanpa selembar benang pun. Kugigit-gigit kecil dan jilati<br />perutnya perlahan-lahan sambil terus turun ke arah pangkal pahanya, terus turun sampai<br />ke telapak kaki kiri dan kanan. Kubalikkan badannya hingga dia tengkurap, lalu dari<br />belakang leher kujilati perlahan-lahan sambil menggigit kecil dan turun, "Ohh... Diikk...<br />terus Dikk... oh... oh... enak Diikk..." erangan Mbak Desi disertai dengan belaian usapan<br />telapak tangan lembutnya. Terus turun dari punggung ke arah pantat, sampai di pantat<br />kugigit dia saking menahan nafsuku, dia pun meregang menjerit kecil.<br /><br />Lalu hingga tiba di daerah selangkangannya, kulihat kemaluannya merah dan basah<br />berkilat-kilat oleh karena lendir birahi, pelan-pelan kujilati pinggiran kemaluannya<br />dengan gerakan melingkar di pinggir kemaluannya. Aku pun mulai membuka bibir<br />kemaluannya dengan kedua tanganku tampaklah klitorisnya yang sudah menegang<br />berwarna merah. Perlahan-lahan kujilat klitorisnya pelan tapi pasti sambil kugerakkan<br />naik turun sepanjang garis kemaluannya. Mbak Desi pun makin mengerang,<br />menghempaskan badannya ke kiri dan ke kanan sambil sesekali menjambak rambutku<br />disertai teriakan kecil.<br /><br />Beberapa saat kemudian Mbak Desi mulai mengejang dan bergetar sambil meringis<br />menahan sesuatu, "Ahh... ahh... Dik... aku keluuaar...." sambil menggigit bibirnya. Mbak<br />Desi bangkit lalu mambalikkan badanku hingga aku pun terhempas telentang, dia mulai<br />mencium bibirku, leher dan tibalah di daerah paling sensitifku, di kedua putingku, aku<br />mulai mendesah ketika Mbak Desi menjilatinya, Mbak Desi tanggap akan hal itu, dia<br />terus menjilatinya dan karena aku tidak tahan lagi kusuruh dia menggigitnya keras-keras.<br />Aku pun blingsatan menahan nikmat tak terkira, makin keras gigitannya makin puas<br />kurasakan.<br /><br />Di tengah kenikmatan itu tiba-tiba ada sesuatu yang merasuk dan menancap di<br />kemaluannku, gila rasanya mau meletup dan pecah kepala ini merasakan kenikmatan itu,<br />ternyata Mbak Desi sambil mengigit putingku dia memasukkan batang kemaluanku ke<br />lubang kemaluannya. "Bless..." batang kemaluanku yang masih kering itu pun terbenam<br />di belahan daging hangat dan basahnya. Aku sempat menggigit dada Mbak Desi karena<br />kenikmatan itu. Perlahan-lahan Mbak Desi menggerakkan badannya naik turun,<br />sedangkan aku hanya terpejam diam menikmati surga dunia itu, "Aah... ah... ah... gila kau<br />Mbak... gila kamu... ah... Mbak pintar sekali... enak Mbak... oh... terus... ah... ah..." aku<br />mengerang kenikmatan.<br />Mbak Desi yang terus menggoyang badannya membungkuk lalu menjilati dan menggigit<br />putingku, satu gaya yang bisa membunuhku dengan kenikmatan, aku pasrah pada situasi.<br />"Bunuh aku dengan tubuhmu Mbak..." kataku, Mbak Desi hanya tersenyum simpul.<br />Mbak Desi tetap di atasku tapi posisi punggungnya membelakangiku, aku kurang sreg<br />lalu kusuruh dia berbalik lagi, Mbak Desi berbalik lagi dan dia menyodorkan<br />payudaranya ke arah mulutku, aku pun mulai menghisap dan mengulum sekuatku.<br /><br /><br />Tiba-tiba tubuh Mbak Desi bergetar hebat sambil meremas kedua lenganku dan kadang-<br />kadang mencakarku, dia keluar untuk kedua kalinya. Aku berhenti sebentar, supaya<br />kondisi kemaluannya pulih kembali sebab dia sudah mencapai puncak orgasmenya. Aku<br />ganti di atas, perlahan-lahan kuarahkan kemaluanku ke depan bibir kemaluannya, sengaja<br />tidak kumasukkan dulu tapi kubuat main-main dulu dengan cara kuserempetkan ujung<br />kepala kemaluanku ke klitorisnya, dia mulai mengerang lagi. Dengan perlahan<br />kumasukkan batang kemaluanku ke lubang kenikmatannya yang sudah basah oleh<br />semprotan cairan Mbak Desi.<br /><br />"Bluess..." batang kemaluanku dengan gagahnya maju memasuki liang surga Mbak Desi.<br />"Ooh... Dik... enak Dik... oh... terruus... Dik... ohh... oohh..." sambil tangannya meremas<br />kedua putingku. Aku semakin mempercepat goyangan, setelah beberapa lama keringatku<br />pun membasahi dada Mbak Desi, butir demi butir laknat pun jatuh seiring dengan<br />bertambahnya argo dosaku, tubuh kami berdua berkeringat hingga kami pun bermandi<br />peluh. Justru hal itulah yang membuatku makin bernafsu. Sambil merem melek aku<br />menikmati hal itu, hingga perutku mulai mengeras, otot perut mulai mengencang siap<br />untuk meledakkan sesuatu, bergetar hebat.<br /><br />"Oh... Mbak aku mau keluar... Mbak... oh... aku mulai keluar Mbak... Keluarin di mana<br />Mbak... dalem ya.. oh... oh..." aku mengerang kenikmatan.<br />"Keluarin di dalam aja Dik, Mbak juga sudah mulai keluar kok... yah... yah... terus Dik...<br />dipercepat... ya begitu... oh... oh terus Dik..." dengan menjerit Mbak Desi terlihat pasrah.<br />"Ooh... Mbak... sekarang... Mbak... oh... ah... ahh... sshh... ah..."<br />"Croot.. croott.. croooooott.. crett..." kusemburkan spermaku di dalam liang kemaluan<br />Mbak Desi, begitu banyak spermaku sampai-sampai tertumpah di sprei.<br /><br />Aku menjatuhkan badan di sisi Mbak Desi dengan mengeluarkan kata-kata sumpah<br />serapah, Mbak Desi bangun dan mengulum batang kemaluanku yang masih berlepotan<br />spermaku, menjilat dan mengulumnya sampai bersih, rupanya dia menelan sisa-sisa<br />sperma yang ada di batang kemaluanku, lalu terjatuh di sisiku juga. Kami berdua<br />terengah-engah dengan nafas memburu, mencoba memahami apa yang kami lakukan<br />tadi.<br />"Thank's Mbak..." kukecup kening dan pipinya sambil meremas payudaranya.<br />"Ya aku puas dengan kamu Dik..." kata Mbak Desi.<br /><br />Akhirnya kami terus melakukan hubungan itu, di mana pun dan kapan pun, di dapur, di<br />kamar mandi, di kamarku, di saat sepi. Hingga kini kami terhanyut oleh kenikmatan<br />surga dunia yang tiada bosan-bosannya kami rasakan.<br /><br /><br />TAMMATCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-27674368430862672372010-10-19T17:09:00.001+07:002010-10-19T17:11:49.145+07:00Memperkosa Tanteku<span style="font-weight: bold; font-style: italic; color: rgb(51, 255, 51);">Memperkosa Tanteku</span><br /><br />“Brak..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata, “Wah ribut lagi.” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Timornya dan pergi entah ke mana.<br /><br />Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.<br /><br />Tiba-tiba Tante Sis berkata, “To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Stardust di Jakarta, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.<br /><br />Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).<br />“Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”<br />“Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”<br />Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).<br />“Tapi Tante denger dia punya pacar di Jakarta, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”<br />“Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”<br />Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.<br /><br />Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.<br /><br />Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.<br /><br />Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.<br /><br />“Mau apa kamu To?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget.<br />“Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”. Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.<br /><br />“Lepasin Tante, Gito,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.<br /><br />Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).<br /><br />Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang kewanitaannya. “To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi rengekannya. Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.<br /><br />“Auuhhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun… tolong To jangan.. lepasin Tante To..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah masuk ke dalam, saya akan berusaha membuat Tante menikmatinya, tolong Tante sekali ini saja, biarkan saya menyelesaikannya,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.<br /><br />Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, dan Tante Sis sudah tidak meronta lagi. Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Gito yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.<br /><br />Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat (mungkin dia sudah orgasme), dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya. Setelah pemerkosaan itu kami hanya diam saja. Tidak berkata apa, hanya diam. Aku sendiri harus ngapain. Tanteku kembali menitikkan air matanya. Dan aku pamit kepadanya, untuk keluar kamarnya, aku terus merenung, mengapa bisa begini.<br />selesai.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-89020947150581887572010-10-19T17:05:00.001+07:002010-10-19T17:09:02.043+07:00Dientotin 5 cewek bergiliran<span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Dientotin 5 cewek bergiliran</span><br /><br />"Hallo Nia.."<br />"Iya Man pa kabar?"<br />"Baik, kamu ada dimana?"<br />"Aku lagi di tempat kost temanku nih, main donk kesini teman-teman ku pingin kenalan sama kamu..", katanya<br />"Ehmm.. di daerah mana?" tanyaku.<br />"Daerah Radio Dalam, dateng ya sekarang"<br />"Ok deh nanti kalau aku dah deket aku telpon ya" kataku<br />"Ok aku tunggu ya, jangan lupa siapin diri, hehehe..", katanya lagi<br />"Lho, emang aku mau diapain?", tanyaku penasaran<br />"Mau diperkosa rame-rame siap nggak?"<br />"Siapa takut..", jawabku sekenanya<br /><br />Lalu aku pun meluncur ke arah Radio Dalam dan sekitar 15 menit akupun sampai di tempat yang telah dijanjikan.<br />"Hallo Nia, aku dah di depan nih..", kataku<br />"Ok aku keluar ya, sabar.."<br /><br />Lalu munculah seorang gadis yang sangat seksi tingginya sekitar 175 dengan berat sekitar 55 kg, woww.. buah dadanya lebih besar dari pada punya Nia. Lalu dia menghampiri mobilku dan mengetuknya.<br />"Iya, ada apa?", jawabku dengan mataku yang tak lepas dari buah dadanya yang montok itu.<br />"Firman ya..", kata dia.<br />"Iya", kataku.<br />"Aku Melly temennya Nia yuk masuk yuk..", katanya dengan senyum nakalnya.<br />"Oh.. yuk", jawabku agak sedikit tergagap.<br /><br />Wah, bakal ada pesta besar nih pikirku dalam hati. Sesampai dikamarnya aku disambut dengan pelukan dan ciuman oleh Nia dan aku diperkenalkan kepada 3 temennya yang lain yang satu bernama Dita, Ayu dan Kiki. Dan harus kuakui mereka bertiga tidak kalah menggiurkannya dengan si Melly.<br /><br />Tiba-tiba Nia membuka omongan yang bagiku sifatnya hanya basa-basi dan kemudian diteruskan oleh teman-temannya dan lama-kelamaan omongan kami berlanjut ke arah selangkangan. Dan tiba-tiba dari arah belakang ada yang memelukku saat aku akan menengok, dengan cepatnya Melly mencium bibirku dengan liarnya, maka akupun tak kalah bernafsunya aku balas dengan liarnya pula.<br /><br />Dan ternyata yang memelukku dari belakang adalah Nia dia terus menciumi leherku dan terus turun ke bawah mencoba membuka bajuku sementara aku masih saja berciuman dengan Melly. Ketika bajuku dilepaskan oleh Nia tiba-tiba ada tangan yang membuka celanaku termasuk celana dalamku maka langsung saja adekku yang telah tegang sedari tadi keluar dari sarangnya. Dan seketika itu juga "Adekku" langsung dilahap dengan liarnya setelah aku lihat ternyata Dita dengan ganasnya sedang mengulum kemaluanku.<br /><br />Saat aku sedang diserang oleh tiga wanita ini aku sempat mencari kemana Ayu dan Kiki ternyata mereka ada di sofa dekat situ dan keduanya sudah telanjang bulat dan aku lihat Kiki sedang menjilati vagina Ayu dan Ayu pun mendesah-desah dan meliuk-liukan badannya diatas sofa tersebut sementara aku sendiri sedang kewalahan menangani seranga dari tiga wanita ini, maka aku tidak memperhatikannya.<br /><br />Langsung saja aku buka baju Melly yang terdekat dengan aku dan ketika Melly sedang membuka seluruh bajunya aku tarik Dita keatas dan kami pun berciuman sementara itu Nia menggantikan posisi Dita mengulum kemaluanku. Begitu pula dengan Dita aku buka bajunya dan posisinya digantikan oleh Nia sedangkan posisi Nia digantikan oleh Melly, wow.. ternyata kuluman Melly lebih enak dari pada Nia dan Dita sampai akhirnya aku merebahkan diri di ranjang yang berada disitu.<br /><br />Nia setelah melepas bajunya langsung saja memgang kemaluanku dan diarahkannya ke liang vaginannya yang ternyata sudah basah sedari tadi setelah pas maka diturunkan pantatnya perlahan-lahan hingga akhirnya..<br />Bless.., "Aah..", desah Nia.<br />Sementara Nia sedang asiknya menaik turnkan pantatnya diatasku, maka aku tarik Melly keatasku dan aku menjilati vaginanya.<br />"Ahh.. enak Man terus Man ohh.." desah Melly.<br />"Ahh.. ohh.sst" desah Nia yang bersahut-sahutan dengan Melly dan Ayu.<br />"Ohh.. yess lick my pussy Man ohh yess sst" racau Melly ketika klitorisnya aku hisap-hisap.<br /><br />Sementara itu aku tarik pula si Dita dan aku masukan jari tengahku ke liang vaginanya sehingga membuat Dita meracau dan meliuk-liukan badannya.<br />"Ohh yes Man enak Man dalem lagi Man ohh.." racau Dita.<br />Sementara setelah berada dalam posisi seperti selama kurang lebih 15 menit akhirnya Nia menggenjotnya semakin cepat dan mengerang.<br />"Ahh.. Man aku keluar Man ah.." desah Nia dan seketika itu pula tubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata tanpa aku sadari dibawahku sudah ada si Ayu yang dengan cepatnya langsung melumat kemaluanku maka aku pun menggeliat menahan nikmat hisapan Ayu dan Melly segera turun dari mulutku dan memasukan kemaluanku ke vaginanya dan langsung digoyangkannya naik turun dan kadang memutar, sementara Dita tidak mau kehilangan kesempatan maka dia menyodorkan vaginannya ke mulutku dan akupun menjilati dan mengihisap-hisap vaginanya.<br /><br />Setelah 5 menit aku jilati vagina nya maka tubuh Dita mengejang dan dia berteriak, "Man ahh.. aku keluar Man.. ah.." sambil menekan vaginanya ke mulutku langsung saja aku menghisap vaginanya kuat-kuat dan aku merasakan mengalir deras cairan dari vaginanya yang langsung aku sedot dan aku telan habis.<br /><br />Setelah Dita merebahkan diri di sampingku ternyata Kki juga tidakmau ketinggalan dia menaiki aku dan kembali aku disodorkan vagina ke 3 siang ini yang langsung aku lumat habis baru aku memulai menjilati vagina Kiki Melly yang masih bergoyang diatasku akhirnya mengerang kuat.<br />"Man aku keluar Man ah.. sst ahh.." racaunya.<br />Terasa sekali cairanya mengalir deras mambahasi kemaluanku dan seketika itu pula ubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata Kiki sudah tidak tahan dan langsung menurunkan tubuhnya ke bawah dan memasukan penisku ke vaginanya dan..<br />"Ahh.. sst ahh.. Man mentok Man.. ah.." desahnya.<br />Sedangkan Ayu yang sedari tadi hanya melihat sambil masturbasi sendiri aku tarik keatasku dan aku jilat dan hisap vaginannya<br />"Ohh yess ohh lick it honey oh.." desah Ayu.<br />Setelah 10 menit Kiki diatasku dan menggoyangkan pinggulnya akhirnya dia pun mengalami klimaks.<br /><br />Sementara aku sendiri yang sedari tadi belum keluar karena tidak konsentrasi maka setelah Kiki rebah di sampingku maka aku membalikan badan hingga Ayu berada di bawahku dan perlahan-lahan aku masukan penisku ke vaginanya terasa sangat sempit, ketika kepala penisku mulai menyeruak masuk hingga Ayu berteriak.<br />"Ahh.. pelan-pelan Man sakit"<br />Maka perlahan-lahan aku masukan lagi setelah setengahnya masuk aku diamkan sebentar agar vagina Ayu terbiasa karena aku melihat Ayu mengerenyitkan dahinya menahan sakit setelah Ayu tenag maka aku sorong pantatku dan akhirnya seluruh penisku berada dalam vagina Ayu<br />"Ahh Man sakit ah.." desah Ayu.<br /><br />Dan perlahan-lahan Ayu mulai menggoyangkan pinggulnya maka aku pun menggenjot pantatku keluar masuk. Terasa semppit sekali vagina Ayu dan ketika aku melirik kebawah aku melihat ada teesan darah keluar dari vaginanya yang akhirnya baru aku ketahui bahwa memang Ayu yang termuda diantara semuanya dia baru masuk SMU kelas 1 dan hanya dia yang masih perawan.<br />"Ahh.. sst.. terus Man enak Man oh.. dalam lagi Man.." racau Ayu.<br />Maka aku menarik Ayu kepinggiran tempat tidur dengan posisi kakinya berada di bahu aku sementara aku berdiri memang Ayu tidak kelihatan seperti anak baru masuk SMU dengan tingginya sekitar 170 dan buah dadanya berukuran 36 B.<br /><br />Setelah 10 menit aku menggenjot Ayu akhirnya dia pun mengerang.<br />"Man aku keluar Man ohh.. Man.."<br />Namun aku tidak perduli aku terus menggenjot Ayu karena aku sendiri mengejar klimaks ku, setelah itu aku balikan tubuh Ayu sambil terus menggenjotnya hingga akhirnya Ayu berada dalam posisi menungging dan aku terus menggenjotnya dari belakang sambil meremas buah dadanya 36Bnya yang mengayun-ayun.<br /><br />Ketika aku sedang menggenjot dari arah bawah belakang aku merasakan ada yang menjilati buah pelirku dan ternya Melly sudah bangun lagi sehingga setelah 10 menit aku menggenjot Ayu dari belakang dia pun mengalami orgasme kembali.<br />"Ahh Man aku keluar lagi Man ah.." dan seketika itu tubuhnya benar-benar melemas melihat kondisinya yang seperti itu maka aku tidak tega dan langsung aku tarik Melly untuk mengangkang dan aku tusukan penisku ke vaginanya dan Melly dengan posisi dibawah mendesah-desah seperti orang yang kepedasan.<br />"Ahh.. Man terus Man.. esst enak Man terus Man oh.." racaunya.<br />"Enak Mel, aah.. esst ahh", racauku tidak karuan karena merasakan sedotan-sedotan di vagina Melly yang kata orang-orang 'empot ayam'.<br />Maka dengan semangatnya aku menggenjot Melly dan setelah 10 menit Melly berkata, "Man aku mau keluar Man.. Man ahh"<br />"Ntar Melll gue juga mau keluar barengan ya ahh" kataku.<br />Akhirnya, "Man gue nggak kuat Man ah..", ser.. ser.. ser.., terasa deras sekali semprotan Melly.<br />"Ahh gue juga Mell ah..", crot.. crot.. crott.., akhirnya akupun orgasme bersamaan.<br /><br />Akhirnya Kamipun ketiduran dengan posisi aku diatas Melly. Kira-kira aku tertidur 15 menit tiba-tiba aku merasakan penisku dijilat-jilat dan dihisap-hiasap setelah aku membuka mataku ternyata Dita sedang mengulum penisku.<br />Maka seketika itu juga aku langsung meracau, "Ah.. ohh.. enak Dit terus Dit"<br />Tapi Dita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada dia langsung naik keatas tubuhku dan memasukkan penisku ke liang vagiannya, memang dari 'peperangan' tadi hanya Dita yang belum merasakan penisku maka ketika yang lain lain sedang tidur Dita memanfaatkan momen tersebut sebaik-baiknya.<br /><br />Terus dia menggoyangkan pinggulnya.<br />"Ahh.. esst enak Man ah.."<br />Aku pun merasakan keenakan dengan goyangan Dita karena goyangannya benar-benar seperti penari ular dia memutar-mutarkan pantatnya diatas penisku. Lama dia melakukan itu hingga akhirnya kami keluar bersamaan.<br />"Ahh Man enak Man ayo Man keluarin barengan ohh.."<br />Akhirnya, "Dit aku mau keluar ahh ohh crot.. crot.."<br />Kami pun lemas dan Dita menciumku bibirku mesra "Makasih ya Man, enak lho bener yang Nia bilang" katanya.<br />"Emang Nia bilang apa?" tanyaku penasaran.<br />"Kontolku kamu enak, kamu bisa bikin memekku, ketagihan nanti lagi ya" katanya.<br />Aku hanya tersenyum dan memeluk dia.<br /><br />TAMATCerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-11648685240635917992010-10-19T16:57:00.001+07:002010-10-19T17:05:45.875+07:00Sang PengintipPada saat itu saya mempunyai teman akrab yang bernama Deni. Saya dan dia sama-sama <br />sekolah di sekolah yang sama, hanya berbeda kelas, dia di kelas II-E, sedangkan saya di <br />kelas II-F, tetapi kami berteman. Deni adalah seorang anak yang berkecukupan dan bisa <br />dibilang kaya. Deni mempunyai dua rumah, rumah yang satu dipakai oleh kedua orang <br />tuanya, sedangkan rumah yang satunya lagi oleh orang tuanya dikontrakkan ataupun <br />dikoskan kepada para pegawai atau mahasiswa, dan kebetulan sekali Deni diam di rumah <br />yang dikontrakkan tadi. Dengan alasan biar tidak susah dan jauh dari sekolah dan ingin <br />belajar hidup sendiri, maka Deni diperbolehkan tinggal di rumah yang satunya itu. <br /> <br />Memang kebutuhan hidup Deni selalu dipenuhi oleh orang tuanya, dimana kedua orang <br />tuanya bekerja dan Deni mempunyai adik 2 orang, tetapi masih kecil-kecil. Di rumah <br />Deni yang dikoskan tersebut, dari sekian banyak orang yang tinggal, ada seorang wanita yang bernama <br />Eka. Sebut saja Mbak Eka, Mbak Eka tersebut mempunyai bentuk tubuh yang aduhai, dengan ciri-<br />ciri dia mempunyai tinggi sekitar 160 cm dengan badan ideal dan wajah imut-imut, kulit putih, <br />pokoknya cantik dan rambut hitam panjang sebahu. mbak Eka tersebut sudah keluar sekolah SMA telah 2 <br />tahun dan pada waktu itu Mbak Eka bekerja di perusahaan swasta yang masuk kerjanya selalu <br />kebagian masuk siang atau biasa disebut shift dua. <br /> <br />Deni dan saya sendiri suka pulang sekolah siang hari,kira-kira pukul 13:00 siang, karena saya sekolah pagi. <br />Setiap pulang sekolah Deni selalu pulang ke rumah. Yang ada di rumah hanyalah tersisa Mbak Eka saja, <br />sebab yang lainnya bekerja berangkat pagi dan baru pulang sore hari. Setiap sehabis pulang sekolah, Deni <br />sering sekali dan bahkan hampir tiap hari mengintip Mbak Eka yang sedang mandi untuk pergi ke kantor. <br />Kamar mandi di rumah Deni hanya satu, dan Deni tidur di kamar atas, sedangkan kamar mandi tersebut ada celah yang menembus dari atas. <br />Kata si Deni biar cahaya matahari masuk ke kamar mandi untuk mengirit uang. Deni <br />mengintip Mbak Eka yang imut-imut dan berbody mulus itu. Mbak Eka pun mempunyai <br />payudara yang tidak kalah dari model model majalah top Idonesia dan mempunyai bulu<br />bulu yang seksi di sekitar alat kelaminnya. <br /> <br />Pada saat mandi Mbak Eka sering sekali selalu seperti meraba raba payudaranya sendiri, <br />dan tidak jarang juga Mbak Eka suka seperti menggosok gosokkan tangannya ke alat <br />kelaminnya. Pernah juga Mbak Eka sepertinya memasukkan tangannya sendiri ke dalam <br />alat kelaminnya atau goa hiro-nya itu dengan mendesah seperti kesakitan dan <br />kenikmatan, "Eeh... ehhh... uuuhh.. uuuhh... iiihhh... ahhh..." <br /><br />Karena Deni sering sekali mengintip Mbak Eka mandi pada siang hari untuk pergi ke <br />kantor, Deni menjadi terobsesi untuk menyetubuhi Mbak Eka. Deni pun setelah <br />mengintip Mbak Eka mandi, dia sering sekali langsung melakukan kocokan terhadap alat <br />kelaminnya (loco loco), karena Deni terangsang oleh bentuk tubuh sensual milik Mbak <br />Eka. Karena Deni sering melakukan hal tersebut, akhirnya Deni pun meminta foto-nya <br />Mbak Eka dengan alasan buat kenang kenangan. Mbak Eka pun memberikannya tanpa <br />curiga sedikit pun. Rasa nafsu birahinya Deni pun semakin meningkat, sebab Deni <br />melakukan onani terhadap alat kelaminnya sambil memandangi foto Mbak Eka. Hampir <br />tiap hari Deni setelah pulang sekolah selalu melakukan aktifitasnya seperti itu. Hubungan <br />Deni dan Mbak Eka memang dekat, karena Mbak Eka pun kepada Deni sudah <br />menganggap seperti adik sendiri, sedangkan Deni ingin sekali menjadi pacar Mbak Eka, <br />apalagi berhubungan badan dengannya, itulah impian Deni. <br /> <br />Mbak Eka memang selalu hobby nonton film yang semi porno, seperti film remaja barat. <br />Tidak jarang juga menonton bersama Deni di ruang tengah tamu. Bila ada film baru, Deni <br />selalu membawa teman teman kami, khususnya cowok dan kalau cewek sulit diajaknya, <br />bahkan banyak yang bilang film yang kami tonton itu jorok. <br /> <br />Hingga suatu hari, Mbak Eka kebetulan libur dan Deni setelah habis pulang sekolah <br />langsung bertanya kepada Mbak Eka, "Mbak kok belum mandi..? Enggak masuk kantor <br />yah Mbak..?" <br />Dengan nada semangat Mbak Eka pun menjawab, "Enggak Den, kan Mbak hari ini libur <br />Deni..." <br />Pada waktu itu munculah ide gila dibenak Deni. Deni langsung pergi ke sebuah rental <br />VCD yang letaknya tidak jauh dari rumah Deni. Waktu itu Deni sangat beruntung, Deni <br />mendapatkan kaset vcd tersebut, dan film yang dipinjam Deni bukanlah film cerita <br />tentang kehidupan remaja yang selalu dipinjam dan ditonton oleh kami. Film yang <br />dipinjam Deni pada waktu itu film luar yang memang sebuah film yang bukanlah film <br />semi, melainkan film vulgar atau blue film ataupun bisa dibilang film porno. <br /> <br />Setelah dari tempat penyewaan VCD, Deni segera pulang dengan perasaan sudah tidak <br />sabar ingin menonton film tersebut bersama sama Mbak Eka. <br />Sesudah sampai, Mbak Eka bertanya pada Deni, "Deni habis dari mana, kok kayaknya <br />cape Den..?" <br />Deni langsung menjawab dengan nafas kelelahan, "Ohh... oh.., i.. ini Mbak, habis pinjam <br />film, Mbak mau nonton enggak..?" dengan hati yang berharap supaya Mbak Eka pun ikut <br />menonton. <br /><br />Dan Mbak Eka pun menjawab, "Emangnya film apaan tuh Den..?" <br />"Oh.., ini filmnya pasti deh okey, Mbak pokoknya pasti ingin nonton deh..!" <br />Mbak Eka pun akhirnya ingin tau juga apa film tersebut, "Oke deh Den, tapi Mbak Eka <br />beres beres dulu yach Den..!" <br />"Iyah deh Mbak, Deni tunggu di atas..." <br />Memang di kamar Mbak Eka tidak ada TV dan kebetulan di kamar Deni ada TV. <br /> <br />Setelah menonton Mbak Eka sangat terkejut melihat film tersebut. <br />"Den kok ini film-nya full gar amat, dan Kamu harusnya enggak nonton yang ginian <br />Den..?" <br />"Ah Embak.., kan Deni udah gede Mbak, masa harus nonton film Doraemon melulu, <br />bosankan Mbak... lagian biar tidak jenuh." <br />Mbak Eka pada waktu itu terlihat dirinya terangsang oleh adegan adegan yang <br />diperagakan di film tersebut, terlihat Mbak Eka saat menonton duduknya tidak mau diam <br />dan sekali-kali Mbak Eka pun sepertinya menelan air ludahnya. Deni pun pada waktu itu <br />sudah pasti batang kejantanannya sudah menegang, yang rasanya ingin juga melakukan <br />adegan adegan seperti di film tersebut, karena sang putri sebagai lawan mainnya sudah <br />di depan mata dia. <br /> <br />Tapi setelah film kedua selesai, Mbak Eka langsung meminta ijin untuk pergi ke kamar <br />tidurnya dan Deni pun membereskan kaset VCD tersebut. Tidak lama kemudian Mbak <br />Eka masuk ke kamar mandi, tetapi Deni pada saat itu tidak ingin lagi mengintip Mbak <br />Eka, melainkan ingin sekali berhubungan tubuh bersama Mbak Eka. <br /> <br />Deni sambil menunggu Mbak Eka keluar dari kamar mandi, berpura-pura menonton TV <br />di tengah rumah tersebut. Tidak lama kemudian terlihatlah Mbak Eka keluar dari kamar <br />mandi yang hanya memakai handuk saja sehingga pada saat itu Deni pun semakin <br />terangsang ingin sekali langsung menerkam Mbak Eka. <br />Mbak Eka pun sambil jalan menuju ke kamar tidurnya bertanya kepada Deni, "Deni <br />Kamu mau mandi juga..?" <br />Deni langsung menjawab, "Ah enggak Mbak..!" <br /> <br />Tidak lama kemudian Mbak Eka masuk kamar, dan Deni pada saat itu langsung saja <br />secara diam diam ingin mengintip Mbak Eka. Hari itu adalah suatu keberuntungan bagi <br />Deni, karena ternyata pintu kamar Mbak Eka tidak ditutup rapat. Pada waktu itu Deni <br />yang tidak berpikir panjang langsung saja masuk ke dalam kamar Mbak Eka dan <br />langsung menutup pintu Mbak Eka dan menguncinya. Mbak Eka sangat terkejut karena <br />pada saat itu Mbak Eka sedang memakai CD-nya yang baru sampai ke pahanya. <br />"Deni.., Kamu apa apaan Deni..? Kamu berani kurang ajar Den..?" kata Mbak Eka <br />terkejut. <br />Tanpa dihiraukannya omongan Mbak Eka, Deni langsung menerkam Mbak Eka bagaikan <br />harimau menerkam rusa. Langsung saja Mbak Eka berontak dan marah. Deni mendorong <br />Mbak Eka ke kasur tidur dan langsung menutup mulut Mbak Eka agar bungkam seribu <br />kata. <br /> <br />Deni pada saat itu memang sudah kemasukan setan, Deni langsung menyiumi bibir Mbak<br />Eka sampai dengan payudara Mbak Eka sambil memegang kedua tangan Mbak Eka. <br />Posisi mereka pada saat itu Deni di atas badan Mbak Eka yang hanya memakai CD <br />sampai dengan pahanya. Mbak Eka pun berontak, sehingga Deni menyiumi bibir Mbak <br />Eka tersebut merasa sulit. Setelah itu, Deni menyiumi bibir, leher dan sampai payudara <br />Mbak Eka. Setelah ada 10 menit dengan gigitan kecil, akhirnya Mbak Eka sepertinya <br />sudah pasrah akan tindakan Deni tersebut. <br /> <br />Karena terlihat di wajah Mbak Eka sudah pasrah dan tidak berontak lagi sambil <br />meneteskan air mata, akhirnya Deni melepaskan bajunya dan celananya hingga Deni <br />tidak memakai sehelai kain apa pun. Deni langsung saja melepaskan CD yang akan <br />dipakai oleh Mbak Eka yang hanya sampai di pahanya. Secara sepontan Deni memegang <br />kedua kaki Mbak Eka dan langsung menariknya sehingga alat kelamin Mbak Eka sudah <br />di ujung pintu kenikmatan. Tanpa basa basi Deni memasukkan batang kejantanannya <br />yang sudah menegang dari tadi dengan bantuan tangannya, tetapi anehnya batang <br />kejantanan Deni sulit sekali dimasukkan ke dalam liang keperawanan Mbak Eka, <br />sehingga Deni berusaha secara paksa. <br />Akhirnya Deni dapat menembus tembok sempit liang kewanitaan Mbak Eka, sehingga <br />Mbak Eka langsung menjerit kesakitan, "Ahhh... ahh... aawww..." karena pada saat itu <br />kesucian Mbak Eka sudah hilang oleh batang kejantanannya Deni. <br /> <br />Karena mendengar Mbak Eka menjerit, nafsu birahinya Deni semakin bertambah. Deni <br />terus mengayun batang keperkasaannya ke depan, mundur-depan-mundur untuk menuju <br />gerbang kenikmatan yang diharapkan Deni pada klimaksnya berhubungan seks. Sekitar <br />15 menit kemudian, Mbak Eka merasakan liang senggamanya sudah lecet, sehingga <br />Mbak Eka ingin sekali melepaskan batang kejantanan Deni dari liang kewanitaannya. <br />Tetapi Deni tidak melepaskannya, malahan menarik paha Mbak Eka agar tetap pada <br />keadaannya. Hal ini mengakibatkan Mbak Eka terlihat lemas sekali dan tidak lagi <br />berontak, karena memang sudah benar-benar lelah di 20 menit terakhir setelah perlakuan <br />tidak senonoh yang dilakukan Deni terhadapnya. Tidak lama kemudian, batang <br />kejantanan Deni pun terasa hangat, lecet, dan akhirnya terasa deyutan deyutan seperti <br />ingin mengeluarkan cairan. Dan akhirnya cairan penyumbur Deni pun menyempot ke <br />dalam liang senggama milik Mbak Eka. <br /> <br />Karena deni melihat Mbak Eka sudah lemas, Deni pun segera mengambil tindakan <br />langsung menggenjot kembali batang kemaluannya ke dalam dan keluar liang senggama <br />Mbak Eka secara cepat. Dari mulai sempit hingga terasa liang senggama Mbak Eka <br />semakin lebar. Memang kali ini tidak menyempit lagi, laju jalannya batang kemaluan <br />Deni tidak terhimpit lagi dan terasa saat itu pula terlihat adanya cairan yang dikeluarkan <br />dari liang senggama Mbak Eka. Pemandangan ini membuat Deni bertambah semangat. <br />Mbak Eka pada saat kelelahan hanya bisa mengucapkan, "Ahhh... ahhh... iiih... uuhh... <br />aaaw... uuuh... iiihh... eehhh..." saja. <br />Dan deni tidak berkata apa apa karena terlalu nikmatnya perasaan yang dapat Deni <br />rasakan saat itu. <br /><br />Hingga ada 1 jam berlanjut, Deni akhirnya melepaskan batang kejantanannya dari dalam <br />liang kewanitaan Mbak Eka. Terlihat cairan mani yang bercampur antara yang <br />dikeluarkan oleh batang keperkasaan Deni dengan air mani yang dikeluarkan oleh Mbak <br />Eka. Mbak Eka hanya tergeletak setelah Deni tidak lagi menggagahinya. Mbak Eka <br />terhempas ke dalam penderitaan birahi dengan tubuh tidak tutupi apa apa dan matanya <br />sayu meneteskan air mata. Deni karena kelelahan juga tergeletak di samping Mbak Eka <br />dan menikmati keberhasilan dirinya yang telah mencapai kenikmatan dalam berhubungan <br />badan yang selalu diinginkannya. <br /> <br />Setelah beberapa lama, Deni dan Mbak Eka tergeletak di kasur. Deni segera bangun dan <br />langsung menerkam Mbak Eka kedua kalinya dengan memeras payudara Mbak Eka, <br /> sehingga Mbak Eka kembali mengucapkan desahannya. <br />"Ahh.. ahhh.. Den jangan... diterusin Dennn... jangann... Denn..!" <br />Deni tidak menghiraukan ucapan Mbak Eka tetapi justru langsung Deni meraba raba dan <br />sekali-kali memasukkan tangannya ke dalam liang kewanitaan Mbak Eka. Mbak Eka <br />menjerit kesakitan karena liang senggamanya seperti dirobek robek oleh tangan nakal <br />Deni. <br />"Aaawww... awww... iiihhh... uuuhhh... aaauuw..!" <br /> <br />Seteleh itu keluarlah cairan yang hangat dari liang senggama Mbak Eka. Deni langsung <br />menjilati cairan tersebut dari liang kewanitaan yang sudah banjir milik Mbak Eka. Mbak <br />Eka pun anehnya tidak kesakitan, tetapi justru kegelian. <br />"Den... Den... aduh... geli... Den... geli... Den..!" <br />Karena batang keperkasaan Deni masih sangat tegang tetapi Deni juga melihat Mbak Eka <br />sudah benar benar kelelahan. Akibatnya, Deni langsung mengocok (mengonani) batang <br />kejantanannya dengan tangannya dengan frekuensi yang sangat cepat, sehingga Deni <br />ingin mengeluarkan air maninya. Tanpa memberi aba-aba, Deni langsung menyodorkan <br />kemaluabnnya tepat di mulut Mbak Eka. Tidak lama kemudian air mani menyempot ke <br />mulut Mbak Eka dan langsung Deni menyusut-nyusutkan batang kejantanannya ke mulut <br />Mbak Eka yang masih tergeletak kelelahan di kasur. <br /> <br />Deni langsung mengambil tangan Mbak Eka dengan bantuan tangannya sendiri untuk <br />memegang batang keperkasaannya yang sudah loyo. Deni menyuruh Mbak Eka untuk <br />memegang dengan kepalan yang keras dengan bantuan tangan Deni dan langsung <br />mengayunkan keluar ke dalam hingga Deni merasa puas pada saat itu. <br /> <br />Setelah kejadian tersebut, hubungan Deni dan Mbak Eka menjadi renggang. Dan <br />beberapa minggu sesudah itu, akhirnya Mbak Eka pindah kontarkan. Tidak lagi di rumah <br />Deni. Dan akhirnya Deni sangat kehilangan Mbak Eka karena memang secara diam diam <br />Deni pun mencintai Mbak Eka. <br />"Mbak Eka-ku sayang Mbak Eka-ku malang..." ucap Deni dengan menyesal.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-329761991650563223.post-79923772614085449662010-10-19T16:43:00.001+07:002010-10-19T16:56:46.716+07:00Ngentot dengan Bantal GulingSetahun setelah suamiku tiada, sendi-sendi kehidupan ku mulai<br />tersusun kembali. Pekerjaan sebagai sekretaris memberikan padaku nafkah<br />yang cukup, kalau lah tidak bisa dikatakan pas-pasan. Atas anjuran<br />mertuaku, aku menjual rumah yang dulu dibeli mendiang untuk tempat<br />tinggal kami. Rumah itu tidak besar, dan terjual dengan harga tidak<br />terlalu tinggi karena lokasinya tak seberapa populer. Tapi uang hasil<br />penjualannya dapat kutabung sebagian, dan sebagian lagi kupakai untuk<br />mengontrak sebuah paviliun di tengah kota, tak terlalu jauh dari kantor.<br /><br />Aku hidup sendirian, dengan cara yang jauh lebih sederhana daripada<br />ketika masih bersuami. Sebagian besar gajiku habis untuk makan<br />sehari-hari dan membeli pakaian. Sewaktu masih bersuami, aku tak begitu<br />peduli dengan pakaian, sehingga tak banyak membelinya. Kini, setelah<br />bekerja, aku memerlukan pakaian-pakaian yang sesuai. Selain itu, aku<br />juga mulai menata masa depan: aku sekolah lagi, kursus bahasa Inggris.<br />Setiap akhir bulan, hanya sedikit yang bisa ku sisakan untuk menambah<br />tabungan.<br /><br />Paviliun tempat tinggal ku tertata apik. Ada satu kamar tidur, dapur<br />kecil, kamar mandi dan ruang tamu. Sepi sekali rasanya hidup sendirian<br />pada bulan-bulan pertama. Tetapi entah kenapa, aku menyukai kesendirian<br />itu. Terlebih lagi, baru kali ini aku merasa mengurus diriku sendiri,<br />setelah sejak lahir diurus orang lain. Bahkan semasa remaja sampai<br />menikah pun hidupku selalu diintervensi orang lain. Kini aku bebas, dan<br />ternyata melegakan!<br /><br />Kehidupan seks ku kini muncul kembali, setelah lama tak tersentuh. Aku<br />tak punya teman khusus pria, dan perlahan-lahan kebutuhan seks aku<br />penuhi secara mandiri. Betul-betul lengkap rasanya kesendirian ku; tak<br />ada suami pemberi nafkah, tak ada laki-laki pemuas dahaga birahi.<br />Semuanya kujalankan sendiri saja.<br /><br />Jika birahi ku datang, pada saat sendirian menonton televisi, aku akan<br />menutup semua korden. Volume tivi ku besarkan, lampu aku matikan. Duduk<br />di sofa, aku angkat kedua kaki ku, bersandar santai ke jok yang empuk.<br />Di dalam rumah, aku tak pernah memakai pakaian dalam, dan daster longgar<br />adalah satu-satunya pembalut tubuhku. Dengan kaki terkangkang dan mata<br />setengah terpejam, aku menikmati tangan dan jariku sendiri.<br /><br />Aku biasanya mulai dengan mengelus-elus daerah sekitar kewanitaan ku<br />yang terasa hangat. Telapak tangaku dengan ringan menekan-nekan bagian<br />atas, tempat bulu-bulu halus yang menghitam lebat. Pada saat seperti<br />itu, kedua tangan ku aktif di bawah sana. Yang satu mengusap-usap bagian<br />atas, yang lain meraba-raba bibir-bibirnya, menguak sedikit dan<br />menyentuh-nyentuh bagian dalam yang cepat sekali menjadi basah. Dengan<br />pangkal ibu jari, ku tekan-tekan pula klitoris ku, yang selalu<br />tersembunyi di balik kulit kenyal. Aku sering mendesis nikmat setiap<br />kali klitoris itu seperti tergelincir ke kiri ke kanan akibat perlakuan<br />tanganku. Dengan cepat, rasa hangat menyebar ke seluruh tubuh ku, dan<br />cairan-cairan cinta terasa merayap ke bawah, ke liang kewanitaan ku.<br /><br />Mata ku akan terpejam, menikmati kegelian itu. Kadang-kadang aku<br />membayangkan almarhum suami ku, tetapi akhir-akhir ini semakin sulit<br />rasanya. Aku lebih mudah membayangkan sembarang pria, atau bintang film<br />pujaanku, atau sama sekali seorang yang tak pernah ku temui. Seseorang<br />yang hanya ada dalam hayal ku.<br /><br />Tak berapa lama, bibir kewanitaan ku terasa menebal, dan saling menguak<br />seperti bunga yang merekah. Dengan jari tengah dari tangan yang lain, ku<br />telusuri celah-celah kewanitaanku. Aku tidak pernah punya kuku panjang,<br />karena selain menghalangi aku mengetik dengan cepat, juga karena aku<br />malas merawatnya. Tanpa kuku, jari tengah ku dapat leluasa menimbulkan<br />geli-gatal di bawah sana. Turun ke bawah, sampai mendekati lubang<br />pelepasan ku, lalu naik lagi, melewati liang senggama yang mulai<br />berdenyut-denyut lemah, melewati lubang air seni, terus ... naik lebih<br />tinggi, bertemu telapak tangan ku yang lain yang masih mengusap-usap<br />klitoris ku. Oh,.. betapa nikmat permainan yang perlahan-lahan dan<br />sepenuhnya dalam kendali ku ini. Terkadang jauh lebih nikmat daripada<br />dilakukan orang lain!<br /><br />Lama-lama, aku tak tahan lagi. Sekaligus dua jari ku masukkan ke dalam<br />liang kewanitaan ku. Aku memutar-mutar kedua jari itu di dalam, agar<br />dinding-dinding kewanitaan ku mendapat sentuhan-sentuhan. Mula-mula<br />sentuhan itu cukup ringan saja. Tetapi lalu aku mulai mengerang, karena<br />geli-gatal semakin memenuhi seluruh tubuhku, dan rasanya ingin<br />digaruk-diurut di bawah sana. Terutama di dinding bagian atas, tempat<br />sebuah bagian yang sangat sensitif, entah bagian apa namanya. Bagian itu<br />membuat tubuhku mengejang jika tersentuh jari. Ke sanalah jari tengah ku<br />menuju, mengurut-urut dan menekan-nekan. Semakin lama semakin cepat dan<br />keras. Aku bahkan sampai merasa perlu mengangkat pinggulku, membuat<br />posisi duduk ku semakin terkangkang.<br /><br />Pada saat seperti itu, tak ada yang bisa menghentikanku. Kalau telpon<br />berdering, aku biarkan. Kalau pun ada yang mengetuk pintu, barangkali<br />juga akan ku diamkan (tetapi belum pernah ada tamu pada saat seperti<br />ini!). Mungkin gempa bumi pun tak kan mampu mengehentikanku. Tangan ku<br />bergerak dengan cepat dan keras. Mata ku terpejam erat, mulut ku tak<br />berhenti mengerang, karena itu aku perlu mengeraskan volume televisi.<br /><br />Lalu klimaks akan datang dengan cepat, menyerbu seluruh tubuhku, berawal<br />dari dalam liang kewanitaanku, tempat kedua jariku (kadang-kadang tiga<br />jari) mengaduk-aduk. Tanganku yang lain tak lagi sanggup berada di atas<br />klitoris, karena pada saat klimaks aku perlu berpegangan ke sofa, kalau<br />tidak ingin jatuh bergelimpangan ke lantai. Klimaks ku selalu<br />menggelora, selalu membuatku mengejang-menggelinjang hebat. Kedua kaki<br />ku akhirnya terhempas ke lantai, menegang dan menekan seperti hendak<br />melompat. Tubuh ku berguncang. Nafas ku memburu. Kenikmatan ku tak mudah<br />tergambarkan kata-kata.<br /><br />Lalu timbul perasaan nyaman, tetapi gatal-geli belum hilang. Maka<br />biasanya aku langsung mematikan tivi dan pergi ke kamar tidur. Di<br />ranjang, aku melanjutkan lagi kegiatan itu, kali ini dengan bantuan<br />bantal guling. Kujepit erat bantal guling yang terbungkus kain<br />halus-licin. Ku gesek-gesekan kewanitaan ku di sana, sehingga sering<br />kali bungkus bantal harus kucuci keesokan paginya. Setelah<br />menggesek-gesek dengan bantal guling, kembali ku masukkan jari-jari<br />tanganku. Dengan cepat jari-jari itu membawakan pada ku klimaks yang<br />berikutnya, yang seringkali lebih nikmat daripada yang pertama, apalagi<br />karena ku lakukan sambil tidur, dengan kedua kaki terangkat sampai kedua<br />lutut menyentuh payudara ku.<br /><br />Baru lah kemudian aku tertidur dengan rasa letih yang nyaman. Otot-otot<br />tubuhku terasa bagai sehabis dipijat. Seperti sehabis berolahraga, lalu<br />dipijat seorang yang ahli. Nyaman dan damai sekali tidur ku, dengan<br />senyum kepuasan membayang tipis di bibirku. Biasanya aku baru terbangun<br />di pagi hari.Cerita Dewasahttp://www.blogger.com/profile/15885951670384404168noreply@blogger.com2